Celina Hua , menyesap Tehnya dengan tenang sambil memandangi siluet pagi hari yang menenangkan jiwa. dalam hidupnya yang penuh kerja keras, ini adalah satu-satunya ketenangan yang bisa dia nikmati dengan sepenuh jiwa.
Celina Hua harus bekerja keras untuk merawat ayahnya yang sakit jantung dan adiknya yang memiliki gangguan mental.
Selain bekerja sebagai pelayan di Rumah Tua Long, Celina juga bekerja paruh waktu di restoran kecil sebagai purchasing, bagian pembelian bahan-bahan makanan setiap dini hari. Sebelum ke Rumah Tua Celina Hua akan pergi kepasar terlebih dahulu untuk berbelanja keperluan dapur Restoran.
Dzzrt.. Celina memandang Ponselnya, alisnya pun menaik begitu melihat nama yang tersimpan di Ponselnya. Paman Xie . hatinya bergedup kencang, berurusan dengan paman yang satu ini pastilah tidak ada yang baik.
"Halo Paman". jawab Celina
"Celina aku ada atur perjodohan untukmu, Menurut lah jika kau ingin pengobatan ayah dan adikmu terjamin".
Paman bukankah ini seperti paman menjual aku". jawab celina Hua.
"perjodohan apa, tanpa bantuanmu selama ini aku masih sanggup mengobati ayah dan adikku". gumam Celina Hua dalam hati
"Tuan Feng Teng sangat menyukaimu, ini adalah kesempatan emas untukmu. Tuan Feng Teng bisa membantumu mengobati ayah dan adikmu". Pamam Xie mencoba meyakinkan Celina Hua lagi.
"Tidak usah Paman , Terima kasih aku masih sanggup membiayai pengobatan ayah dan adikku". Jawab Celina Hua dengan tegas dan langsung menutup sambungan ponselnya.
"Pria botak itu benar-benar merusak siluet pagiku". Celina Hua mendengus marah.
Hari ini Paman Yuen Yue selaku kepala pelayan mengumpulkan para pelayan. Dalam sepekan kedepan akan ada pesta perjamuan makan dan pertemuan seluruh keluarga Long di Rumah Tua. Paman Yuen Yue membagi-bagi tugas secara terperinci.
Masing-masing kelompok memiliki tugas yang berbeda-beda. Celina Hua ditugaskan untuk membersihkan tiap-tiap kamar tidur. Kelompok lain ada yang ditugaskan membersihkan dan merapihkan taman. sementara yang lain bertugas untuk membersihkan ruangan lain dan bertugas di dapur.
Beberapa hari membersihkan kamar-kamar yang luas ini benar-benar menghabiskan tenaga Celina Hua. Dini hari pergi berbelanja kebutuhan Dapur Restoran, pagi hari memulai pekerjan bersih-bersih Kamar di Rumah Tua. Malam hari menjaga ayah dan adiknya.
Jika saja Otak Celina Hua bukan buatan Tuhan mungkin saja ini sudah Meledak karena terlalu banyak beban.Celina Hua melihat Bath Up yang sangat luas di kamar mandi kamar utama ini.
"Sepertinya berendam air hangat sebentar disini bisa menghilangkan lelah di tubuhku". Ide Celina Hua dalam hati.
"Baiklah mari kita berendam sebentar saja". Celina senyum dan mulai mengisi Bathup dengan air hangat juga membuat busa-busa sabun beraroma vanilla .
Celina Hua mulai melucuti pakaiannya sendiri, membiarkan rambutnya yang panjang terurai. Celina Hua benar-benar menikmati sensai mandi air panas ini. Kulitnya yang putih berubah menjadi kemerahan karena hawa dari uap panas.
"Ah benar-benar nyaman". ucap Celina Hua.
Braak pintu kamar mandi terbuka lebar, nampak Pria tinggi tegap menatap Celina Hua dengan perasaan haus di kerongkongan. Badannya bergetar seperti menahan sakit yang teramat dalam, wajah putihnya memerah seperti sedang menahan sesuatu dengan keras. Pria itu mendekati Celina Hua, menatapnya dan menariknya keluar dari Bath Up.
Celina Tercengang kaget. "Maaf Tuan, aku salah. Aku hanya ingin beristirahat sebentar di Bathup ini". Celina menjelaskan sambil mempertahankan tubuhnya agar tidak ditarik keluar.