Evereet menahan tubuh Celina dan malah menariknya menuju kamarnya di lantai atas. Melemparnya ke lantai. "Paman Yue". Panggil Evereet.
"Mulai hari ini Nona Celina tidak di izinkan keluar kamar selama seminggu, ambil ponselnya". Perintah Evereet.
Paman Yue mengangguk dan segera mengunci pintu kamar Celina begitu Evereet keluar. Celina memandang benci melihat punggung Evereet yang pergi. Jika Bukan karena bayi yang dikandungnya sungguh dia tidak akan bisa sekuat saat ini.
Celina mengangkat tubuh lunglainya ke tempat tidur. Meringkuk menangis bagai anak kecil berusia lima tahun.
Memikirkan Jason, adiknya itu bisa sangat Panik jika dalam waktu lama tidak melihatnya, atau tidak bisa menghubunginya. Hati Celina tidak bisa tenang, mengkhawatirkan jika Jason pergi seorang diri mencari dirinya.
Paman Yue mengantarkan makan malam ke kamar celina. "Nona Makanlah". Celina Hanya menatap makanan tanpa menyentunnya.
Evereet menugaskan Paman Yue selama seminggu di Villa. Makan pagi, makan siang dan makan malam diantarkan ke kamar Celina. Paman Yue memastikan dalam sstu minggu ini Celina benar-benar terisolasi dari dunia luar, menjalani perintah dari Evereet.
Keesokan paginya, Paman Yue mengantarkan makan pagi dan melihat makan malam yang kemarin di antar tidak disentuh oleh Celina.
"Nona , pikirkan Bayi yang ada di dalam kandungan. Mohon makanlah dengan baik demi kebaikan si bayi". Nasihat paman Yue.
Celina hanya terdiam tanpa menoleh dan tidak menjawab apapun. Celina hanya memandang ke arah jendela. Pikirannya melayang ke Ayah dan adiknya. Dan berharap semoga Jason tidak melakukan sesuatu yang bodoh. Wajah Evereet mengeras, ketika mendengar laporan Paman Yue bahwa Celina enggan makan .
"Wanita itu begitu mencintai pria itukah, sampai kehilangan selera makan karena hukuman yang kuberikan membuat dia tidak bisa bertemu dan menghubunginya". Pikir Evereet.
Evereet mengambil Jas nya dan pergi meninggalkan kantor menuju Villa . Braak pintu kamar Celina dibuka dengan kasar. Paman Yue berdiri di belakang Evereet dengan membawa makan siang Celena.
Evereet melihat makan pagi yang belum tersentuh. Evereet memandang sinis ke arah Celina. Eveeret menarik Celina duduk ke Sofa. Paman Yue menaruh makan siang Celina di atas meja.
Celina hanya diam tanpa menyentuhnya. Eveeret melihatnya dan merasa Celina sudah menyentuh batas ambang kesabarannya. Evereet menyesap Soup yang ada di depannya dan menarik dagu Celina, lalu memasukan soup yang ada dimulutnya ke mulut Celina.
"Masih mau makan tidak?. Tanya Evereet
Celina menatap Evereet dengan penuh kemarahan. Mengelap bibirnya yang masih basah. lalu mulai memakan makan siangnya.
"Ingat kau sedang mengandung anak ku, jika sampai kau membahayakan nyawanya, tamat riwayatmu". Ujar Evereet dan bergegas pergi. ketika menuruni tangga tiba-tiba Evereet menghentikan langkah kakinya.
Dia memandang sekeliling ruangan. Nampak ada yang berbeda, rasa kehangatan yang dia rasakan waktu itu menghilang. Dengan dikurungnya Celina maka otomatis tidak ada rangkaian bunga yang menghiasi ruangan-ruangan.
Celina menangis dengan kuat, "Maafkan ibu sayang, sudah membuatmu kelaparan beberapa hari ini, hanya saja ayahmu ". Celina menghentikan ucapannya tak ingin menanamkan kebencian pada anaknya.
"Nona harap menjaga kesehatan, jangan menyusahkan bayi dalam kandungan, bagaimanapun juga Tuan Muda menginginkan bayi ini lahir dengan sehat". Ucap paman yue sambil membereskan makan siang celina.
Mendengar hal ini Celina merasa lega, Evereet tetap menginginkan anak ini