Amel dan Gavin masuk kedalam mobil yang akan mengantar mereka ke bandara. Amel dan Gavin memang tidak membawa koper atau baju ganti. Amel dan Gavin sempat meninggalkan beberapa potongan baju dirumah Amel. Kalaupun kurang, mereka akan belanja baju disana.
Sepanjang jalan, Amel cenderung diam. Gavin menyadari itu, namun dia mendiaminya saja. Gavin sesekali mengelus tangan Amel yang ada digenggamnya.
"Aku ngantuk," keluh Amel. Gavin menoleh lalu menarik kepala Amel untuk ditidurkan di bahunya.
"Sini," ucap Gavin.
Akhirnya, Amel menidurkan dirinya di dalam pelukan Gavin yang super hangat. Gavin mengelus punggung Amel dengan sabar, sesekali Gavin menciumnya.
***
Gavin dan Amel sudah sampai dibandara dengan Amel yang masih tertidur. Gavin menoleh ke arah Amel, Amel tidurnya terlihat sangat lelap.
"Hmm pak, nanti sekitar empat hari lagi saya pulang, jemput di tempat biasa aja pak. Takutnya Amel tidur di pesawat, kasian kalau di bangunin." ucap Gavin pada sang supir. Supir yang ber-nama Aryo itu mengangguk paham.
"Siap pak!" Balas sang supir. Gavin perlahan keluar dan membiarkan Amel merebahkan dirinya di kursi mobil dengan pintu di bagian kepala terbuka.
Gavin mulai mendudukan Amel dan menariknya perlahan. Gavin menariknya pelan pelan agar Amel tidak terganggu tidurnya.
"Enghh," Lenguh Amel. Gavin buru buru menyembunyikan wajah Amel dari sinar matahari. Setelah agak tenang, Gavin mulai bisa menarik Amel sampai Amel keluar. Setelah keluar, Gavin menggendongnya ala bridal style.
"Aish!" Keluh Gavin. Amel memang agak berat walaupun tubuhnya kecil. Gavin mulai berjalan memasuki bandara dengan tenang.
Gavin memiliki bandara sendiri, sehingga dia bebas untuk melakukan apapun yang dia ingin. Gavin menaiki berjalan memasuki pesawat jet pribadi miliknya.
Saat sampai di dalam, Gavin meletakannya di kursi khusus dan membantu membenarkan letak posisi ternyaman seorang Kamelia Putri.
"Selamat bobo sayang," ucap Gavin. Gavin duduk di sebelahnya sambil membuka ponselnya.
Sesekali Gavin akan melirik Amel dengan perasaan khawatir, takut takut Amel sudah tidak nyaman dalam posisi seperti itu. Gavin harus beberapa kali membantu Amel yang ingjn merubah posisinya.
Saat pesawat mulai take off, Gavin memasangkan sabuk ke tubuh Amel dan dirinya. Gavin memegangi tubuh Amel agar saat take off tidak terganggu.
Setelahnnya, Gavin melepaskan sabuk pengamannya dan Amel. Gavin mulai menidurkan dirinya, karena Gavin mulai merasakan sakit di bagian tertentu yang ada tubuhnya.
***
Gavin membuka matanya, namun yang dia lihat Amel yang sedang menonton film di ponselnya dengan headphone yang bertengger di kepalanya.
"Sayang," panggil Gavin, sambil menyentuh lengannya. Amel yang merasakan sentuhan seseorang itu, langsung memberhentikan acara menonton filmnya.
"Iya, kenapa?" Tanya Amel. Gavin hanya memberikan kode lewat tepukan di pahanya. Amel berdiri dan mulai duduk dipangkuan Gavin.
Gavin memeluk Amel dengan erat. Amel terkekeh kecil lalu membalas pelukan Gavin. "I miss you," ucap Gavin. Amel mengangguk, "I miss you too," balas Amel.
Gavin menyembunyikan wajahnya di leher jenjang Amel dengan menghirup dalam dalam wangi khas seorang Amel, yaitu Vanila. Amel hanya mengelus rambut lebat serta legam milik Gavin.
"Sayang," panggil Gavin.
"Hmmm." Amel hanya berdehem sambil memainkan rambut milik Gavin.
"Aku kangen banget ngajarin kamu," ucap Gavin. Amel tersenyum.
"Kangen gimana makshudnya?" Tanya Amel. Gavin mendongkan kepalanya untuk menatap Amel. Amel menaikan alisnya seolab bertanya 'Apa?'.
"Aku kangen banget kita berangkat bareng. Aku kangen banget ngajarin kamu dikelas. Aku kangen masakan kamu. Aku kangen banget sama kelakuan kamu saat di kelas," ucap Gavin. Amel tersenyum tipis mendengar ucapan Gavin.
"Sayang, itu kan udah lalu banget," ucap Amel.
"Ya iya sih, tapi aku agak nyesel," balas Gavin. Amel mengkerutkan keningnya heran.
"Nyesel kenapa?" Tanya Amel. Gavin mengangkat bahunya.
"Ya gitu. Kejadian itu bikin aku nyesel," jawab Gavin. Gavin menyandarkan bahunya di kursi. Amel tersenyum mendengar jawaban Gavin. Amel mulai ikut merebahkan dirinya di dada bidang Gavin.
"Ga boleh gitu. Itu udah kehendak yang di atas, kalau kamu nyesel sama apa yang kamu jalanin, kamu berarti ga bersyukur. Kamu hanya melewatkan beberapa momen, ya walaupun itu ga bisa diulang kembali. Kenapa kita ga buat momen yang baru? Momen yang pastinya bisa buat kamu selalu ingat aku. Momen yang pastinya buat aku selalu ingat kamu?" Nasihat Amel. Gavin tersenyum lebar.
"Kamu emang paling bisa banget nenangin hati aku," balas Gavin. Gavin mulai menegakan tubuhnya dan memeluk Amel kembali.
"Iya dong, siapa dulu?" Ucap Amel dengan senyum yang tidak pudar.
"Hahahaha. Oh ya, kamu ini kerjaannya apa sih?" Amel menegang mendengar pertanyaan Gavin.
"Kenapa sayang? Soalnya kamu kerjaannya aneh banget, tiap hari depan laptop, trus ngetik ngetik gitu." Gavin mengelus punggung Amel agar agak rileks. Amel menghembuskan nafasnya.
"Kalau aku kasih tau, jangan kaget, oke?" Ucap Amel. Gavin mengangguk.
"Salaman dulu!" Ajak Amel. Gavin menahan tubuh Amel dengan tangan kirinya dan menjabat tangan kanan Amel.
"Deal?" Tanya Amel.
"Hmm, deal!" Jawab Gavin. Amel tersenyum dan melepaskan tangannya dari Gavin. Amel mulai memeluk Gavin dan merebahkan dirinya di dada bidang Gavin. Gavin yang mengerti Amel ingin berposisi apa merebahkan dirinya di kursinya.
"Jadi, aku ini penulis," jawab Amel. Gavin mengkerutkan keningnya heran.
"Sejak?" Tanya Gavin.
"Sejak aku masuk SMP, aku udah mulai suka nulis di aplikasi online gitu!" Gavin mengangguk anggukan kepalanya paham.
"Terus?" Tanya Gavin.
"Yaaa, karya karya aku dijadiin buku semenjak aku sembuh dari kecelakaan itu." Gavin mengkerutkan keningnya.
"Yang nerbitin?" Amel menyengir.
"Karya aku kan dari bahasa Indonesia, kebetulan yang nerbitin itu dari penerbit buku yang asalnya dari Jerman. Mau ga mau aku nulis ulang versi bahasa Inggrisnya, terus yang Indonesia juga di bukuin dan di pasarkan di Indonesia," jelas Amel. Gavin mengangguk.
"Tapi di terbitin di penerbit yang sama? Apa engga?" Tanya Gavin.
"Yaa sama," jawab Amel. Gavin mengangguk paham.
"Terus sekarang udah ada berapa buku yang kamu buat, dan udah ada berapa yang jadi buku? Atau sampe jadi film?" Tanya Gavin. Amel tersenyum.
"Karya yang aku tulis sekitar 20, tapi yang di bukuin baru sampe 7, yang di film-in baru 2," jawab Amel. Gavin membulatkan matanya.
"Heyy sayang? Who are you?" Gavin menegakan dirinya dan menegakan Amel.
"Perkenalkan saya 'Queen Imagination'," balas Amel. Gavin membulatkan matanya.
"Ja-jadi ka-kamu pembuat novel THE COUNTRY?" Amel tertawa lalu mengangguk.
"Iya!" Jawab Amel dengan semangat.
"Ya ampun! Ternyata, ternyata aku udah nikahin idola aku, eh malah mau nikahin idola aku dua kali!" Amel tertawa mendengar ucapan Gavin.
"Kamu keren banget sayang, akh sempet nonton film 'BLACK ROSE'. Itu keren banget! Alurnya bikin gemes, ya ampun sayang," kagum Gavin.
"Hahaha, makasih. Ternyata aku nikah sama penggemar aku, hmm cocok buat ide cerita!!" Ucap Amel. Gavin mengangguk anggukan kepalanya.
"Bagus!"
Tanpa sadar, ada yang mengambil vidio mereka, yang sedang mengobrol.
***