Chereads / Mutatio (Mutasi) / Chapter 16 - Amnesia

Chapter 16 - Amnesia

Mobil-mobil petugas kepolisian dan dua ambulan terparkir di sekitar gudang B. Begitu juga beberapa sepeda motor wartawan.

Polisi segera mendatangi gudang B di Cikarang dan melakukan pemeriksaan, mereka mengumpulkan banyak bukti mulai dari kacamata Dilman, bajunya, sepatu, dan mengumpulkan banyak sampel darah di lokasi kejadian, dan juga sampel air liur yang terdapat dimana-mana milik mahluk serigala jadi-jadian. Sementara para wartawan sibuk melakukan wawancara pada Baim,Alamsyah,Iskandar, Murdani dan Doddy.

"Kemana temanmu yang menghilang?Siapa namanya?" tanya seorang wartawan yang tampak masih muda berusia dua puluh tujuh tahun bernama Muri.

"Dilman." jawab Doddy.

"Ya, kemana dia?"

"Aku tidak tahu tanya saja Baim dia teman satu kosnya."

Muri mematikan alat perekam suara yang sejak tadi ia gunakan untuk merekam pembicaraannya dengan Doddy mengunakan alat perekam suara di HPnya.

"Terima kasih." katanya kemudian mencari Baim. Tidak lama kemudian Doddy melihat Muri berbicara banyak dengan Baim.

Dua kantong jenazah berisi potongan mayat tidak utuh milik kedua satpam yang bertugas jaga malam itu diangkut ke dalam mobil jenazah. Wajah petugas medis yang mengangkut mayat-mayat satpam itu tampak pucat salah satu dari mereka bahkan turun dari mobil ambulan berlari ke tempat sepi dan mulai muntah-muntah. Temannya sesama perawat datang memegang bahunya.

"Kau tidak apa-apa sobat?"

"Damn! man selama lima tahun bekerja aku tidak pernah melihat mayat seperti itu."

"Ya, aku juga."

Mereka berdua kemudian kembali ke mobil ambulan, dan mobil-mobil ambulan itu kemudian langsung pergi dari lokasi gudang horror itu.

"Dimana Dilman kenapa keberadaannya tidak diketahui?" tanya seorang petugas polisi pada Pak Yudha.Petugas polisi itu berusia empat puluh tahun, berbadan tegap, dengan wajah tampak murung dibalik kacamata bingkai tipisnya.

"Aku tidak tahu, apa mungkin ia termasuk yang tewas diserang mahluk serigala itu?"

"Gak, kita gak menemukan potongan tubuhnya di gudang."

"Apa mungkin mahluk serigala itu mengigit dan membawanya?"

"Dua satpam itu tewas di serang mahluk serigala jadi-jadian, satu diantaranya sepertinya diterkam dan di bawa oleh mahluk serigala itu sampai ke atap gudang tapi satpam itu masih mengenakan baju seragam dan sepatunya."

"Hmmm ..."

"Sedangkan Dilman seluruh pakaian dan sepatunya compang camping tanpa sedikitpun noda darah terlihat di pakaiannya."

"Benar, aneh .."

"Banyak pertanyaan yang ingin kami ajukan pada Dilman, kau telepon kami pak jika melihat Dilman." petugas polisi itu menyerahkan kartu namanya.

"Pak Her .. on." Pak Yudha membaca nama yang tercetak di kartu nama itu.

"Detektif Heron." tegas polisi itu pada pak Yudha. Detektif Heron sedang berjalan ketika Muri memanggil-manggil namanya dari belakang. Detektif Heron tetap berjalan seolah-olah ia tidak mendengarkan suara panggilan di belakangnya.

"Hasil pemeriksaan sampel darah dan air liur disini kapan keluarnya pak?!" Muri berteriak kencang, wartawan muda itu pemberani. Detektif Heron menarik nafas dan tampak kesal namun ia tidak memiliki waktu untuk meladeni wartawan amatir. Semua kejadian mengerikan di gudang B di cikarang itu diliput semua media cetak yang terbit sore harinya.

Dilman sempat berjalan telanjang di pinggir pantai di banten sebelum kemudian ia mencopot bendera partai yang terikat di pohon kelapa di pinggir pantai.  Bendera itu besar namun tipis namun cukup untuk di lilitkan di pinggul dan menutup sebagian tubuh Dilman. Saat berjalan di jalan yang ramai Dilman menjadi perhatian orang-orang. Yang pertama dilakukan Dilman saat keluar dari pantai adalah menuju pom bensin dan minum air keran di kamar mandi pom bensin. Rasa air keran itu aneh dan tidak enak di tenggorokan.

"Sial !" kata Dilman melihat bayangan wajahnya sendiri di cermin kaca di dinding kamar mandi. "Bagaimana aku bisa sampai di banten? bagaimana aku pulang? HP dan dompetku, bahkan pakaianku hilang, sebenarnya aku kenapa?"

byuurrr !!!

Dilman membasuh wajahnya dengan air dari wastafel.

tok! tok!

Dilman kaget karena pintu kamar mandi diketuk dengan keras dari luar. saat Dilman membuka pintu itu ia melihat pria tambun kekar dan hitam berdiri di depan pintu, wajah pria itu terlihat sangar dengan rambut gimbal yang di kuncir.

"Hei kau ini kenapa?" kata pria hitam berambut gimbal itu melihat Dilman yang hanya mengunakan bendera partai untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Dilman tidak menjawab.

Dilman makan roti yang tinggal setengah dari bak sampah dan duduk sendiri di halte mobil yang sepi sambil membaca koran. Judul di koran itu terpampang jelas di tulis dengan huruf besar-besar

'Teror mahluk aneh dan ganas di Gudang B di Cikarang, Bekasi, dua satpam yang berjaga malam tewas dengan tubuh tercabik-cabik, satu karyawan menghilang tanpa jejak.'

Dilman tidak ingat sama sekali kejadian di gudang B, Dilman bukannya tidak menyadari hal aneh tentang dirinya dimana ia sering kehilangan ingatan dan terbangun dalam keadaan telanjang di tempat-tempat yang jauh yang tidak ia ingat bagaimana ia bisa sampai ke tempat-tempat jauh itu hanya dalam waktu singkat seolah-olah ia pergi naik kuda.

Saat Dilman sedang melamun dan duduk sendiri di halte yang gelap tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang dan ....