Wajah Bu Reni yang kurus tampak tegang mendengar perkataan putri semata wayangnya itu, ia kemudian mematikan TVnya dan berdiri, sosoknya yang kurus kerempeng tampak sangat aneh saat berdiri di ruang tamu ..
"Bella!" suara itu terdengar tegas dan meyakinkan dan membuat Bella takut ...
"Bella ...tunggu ... ibu ikut, ibu ambil senter dulu." Kata Bu Reni.
Sementara itu kembali pada Dilman yang sedang berjalan di pinggir jalan dengan sebuah mobil sedan berjalan pelan di belakangnya memainkan klakson ... tin! tin! tin!
"arrggghhh ... grooooarrrr." Dilman bergumam, kedua matanya tampak menguning karena marah, dan hidungnya menjadi sangat sensitif dengan bau-bauan, Dilman mulai mengembangkan insting hewan liar yang bersembunyi di dalam dirinya. Dilman membalikan tubuhnya dan berjalan menghampiri mobil sedan di belakangnya.
"Kau ada masalah apa?" kata Dilman dengan kesal berdiri di pintu dekat kemudi. Mobil sedan itu berhenti dan ... kreeeettt !!! jendela kaca mobil itu di turunkan, diluar dugaan di dalam sedan itu tampak wanita cantik mengunyah permen karet di depan kemudi.
"Kau mau ikut?" kata si wanita pada Dilman. Bibirnya yang merekah itu tersenyum.
Hmmmm ... Dilman bisa mencium bau alkohol di mulut wanita itu. Wanita itu mabuk, ia mungkin baru saja keluar dari night club.
"Wah," kata si wanita menatap kedua mata Dilman. "Matamu berwarna kuning apa itu kontak lens? bagus sekali .."
"Groooaaarrrr ..." Dilman bergumam pelan, dan menunduk ia bisa merasakan kalau aliran darah di tubuhnya menjadi semakin cepat sesuatu akan segera terjadi pada Dilman, jantungnya juga berdetak semakin cepat. Dan tiba-tiba saja Dilman meraih leher wanita yang duduk di depan kemudi itu dengan kedua tangannya dan mulai mencium bibir wanita itu dengan rakus ... hffffffpppppttttt ..
Dilman tidak menyadari kalau kuku-kuku tangan dan kakinya mulai tumbuh semakin panjang ... bulu-bulu halus juga mulai terlihat tubuh di leher Dilman, kedua telinganya memanjang, Dilman sedang berubah menjadi suatu mahluk yang mengerikan dan siapapun yang berada dekat dengannya akan berada dalam bahaya.
Muaachhhhh ... Mereka selesai berciuman dan Dilman mulai menegakan pungungnya dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi lalu mulai melolong seperti serigala ... auuuuuoooooooooooo !!!
"Hahahaha ... kau liar sekali." kata si wanita yang kini bibirnya tampak blepotan lipstik. "Aku suka, ayo masuklah ke mobil, kita cari tempat yang bagus untuk pesta, serigala liar ! hahaha .."
Grooooaarrrrr !! Dilman menatap wanita itu dengan mulut mengangga kini kedua taringnya telah tumbuh memanjang dan kedua matanya tampak menyala dalam gelap. Sesaat leher wanita yang jenjang dan mulus itu mengoda naluri hewan liar dalam diri Dilman untuk menerkam dan menghisap darahnya, namun naluri hewab liar itu masih belum seluruhnya menguasai jiwa Dilman, Dilman tampak malu melihat wanita yang tampak kaget di depan kemudi sedan itu.
"Sii .. sii ..siapa namamu? kii ..kii ..kita belum berkenalan." kata Dilman sulit sekali rasanya berbicara sambil berusaha keras menyembunyikan dua taring giginya yang mulai memanjang.
"Ira .."
"Aku Dilman."
"Masuklah ke mobil cepat!" kata si wanita mabuk itu seolah ia tidak mengetahui perubahan pada diri Dilman. Dilman segera menuju ke pintu dekat kursi penumpang, Dilman kemudian masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya .. bam !!
brooaammmmm !!! ... mobil sedan itu melaju dengan kencang di jalan sepi yang gelap.
"Bella berjalan di belakang sementara ibunya yang memegang senter berjalan di depan. Suara tangisan bocah kecil itu semakin jelas terdengar saat mereka berdua mendekati rumah bu Cindy.
"Seingat ibu, Bu Cindy punya putra bernama Hasan berusia tiga tahun."
"Itu pasti suara tangisan Hasan." kata Bella. Mereka berdua sudah berdiri di depan pintu utama rumah bu Cindy yang tampak gelap.
"Cepet bu, buka pintunya kasihan Hasan." kata Bella sementara ibunya mencoba membuka pintu rumah ..
Klak! klakk! klakk! Bu Reni mengerakan gagang pintu rumah itu.
"Pintunya dikunci." kata Bu Reni. Bella mengunakan mode lampu senter di HPnya dan mulai memeriksa pot-pot bunga di halaman rumah, di bawah pot bunga kecil yang ditanami pohon cabai ia menemukan anak kunci. Kebiasaan ibu Cindy menaruh kunci rumah di bawah pot bunga mirip kebiasaan Bella menaruh kunci di bawah batu-batu krikil, jadi Bella bisa dengan cepat menemukan kunci rumah itu.
"Yes!" kata Bella.
"Apa Bell?"
Bella kemudian membuka pintu dengan anak kunci yang ia temukan di bawah pot bunga. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumah dan menuju sumber suara. Dan di kamar mereka menemukan bocah kecil yang sedang menangis memeluk bantal.
"Mama .. mama .." kata bocah kecil itu sambil menangis terisak.
"Tenang nak, tenang sayang." Ibu Reni segera memeluk bocah kecil itu. Tapi Hasan kecil malah semakin kuat menangis melihat wajah Bu Reni yang mengerikan. Bella kemudian yang memeluk Hasan kecil.
"Tenang sayang .."
"Mama .." kata Hasan kecil memeluk Bella erat.
Bu Reni dan Bella berinisiatif mengajak Hasan kerumah mereka.
"Kalau ada apa-apa panggil ibu di bawah." kata Ibu Reni sepelan mungkin sambil menutup pintu kamar Bella. Hasan tertidur pulas dalam selimut di kamar Bella.
"Tidur yang nyenyak ya adik kecil." kata Bella membelai rambut Hasan kecil.