Malam semakin larut, angin dingin bertiup kencang, di jalan panjang yang sepi itu hanya ada sebuah mobil sedan milik Ira yang di parkir di pinggir jalan, mobil sedan itu tampak bergoyang-goyang dan dari jendela mobil yang terbuka sebuah sepatu wanita hak tinggi tampak terlempar keluar dan ... tuk! tuk! tuk! ... jatuh diatas aspal.
Hmmmm ... gumam lembut suara Ira dari dalam mobil.
Groarr !! rrrrrrr ...!!! breeettt!!!
"aww pelan-pelan jangan robek bajuku."
Groaaarrrrr !!!
"aww ! .. aww!"
di kejauhan tampak sebuah mobil petugas polisi berjalan.
"Ah lihat ada yang lagi pesta di pinggir jalan rupanya." kata petugas polisi yang bernama Rendi pada rekannya Rio yang mengendarai mobil itu.
"Ada yang tidak mampu menyewa kamar hotel." jawab Rio dari balik kemudi.
Mobil petugas polisi itu meluncur semakin mendekat dan saat sudah sangat dekat dengan mobil Ira, petugas polisi itu menyalakan lampu sirine ..
"Ah, sial ! bangun! ada polisi." kata Ira yang berbaring di kursi mobilnya sementara Dilman menindih tubuhnya.
"Cepat! cepat! awas !" kata Ira.
Dilman duduk di kursi dan merapikan pakaiannya.
Drrrttttt !!!! mobil petugas itu berhenti di dekat mobil Ira, debu berterbangan dari ban mobil itu, klek ! kedua pintu mobil petugas itu terbuka, kedua polisi berseragam itu keluar dari dalam mobil.
Tap ! tap ! tap ! kedua langkah kaki petugas polisi itu terdengar mendekati mobil Ira.
"Sial, bajuku robek, kau sih!" kata Ira yang sedang merapikan pakaiannya, sementara Dilman tampak linglung, perubahan yang sejak tadi dialaminya mulai dari sepasang mata yang menguning dan kedua gigi taringnya yang memanjang perlahan-lahan kembali menjadi normal. Perlakuan lembut Ira membawa perubahan yang positif pada fisik Dilman, apa yang dialami Dilman bersama Ira adalah pengalaman pertama Dilman yang membuat hormon-hormon di tubuhnya berubah dan menjadi tidak seimbang, mahluk gelap yang berdiam di dalam diri Dilman yang sejak tadi ingin keluar kini tampak kembali tenang .. Dilman melihat kuku-kuku tangannya yang tadi panjang kini kembali normal ...
"Selamat malam." kata petugas polisi di depan jendela mobil Ira.
"Malam pak!" kata Ira sambil tersenyum lebar pada petugas polisi yang bernama Rio.
"Bisa lihat tanda pengenal kalian?"
Ira menyerahkan kartu pengenalnya pada petugas polisi yang berdiri di dekat jendelanya.
"Kau turun.." kata polisi Rendi yang berada dekat jendela dimana Dilman sedang duduk.
"Aa .. apa?"
Klek ! polisi itu membuka pintu mobil dekat kursi Dilman.
"Turun!" Polisi itu menarik baju Dilman dengan keras, Dilman bangkit dari kursi, menunduk-nunduk kemudian jatuh ke atas tanah keras berdebu.
"Apa salah saya pak?" kata Dilman sambil menoleh kearah polisi itu.
Bruuk!! polisi itu menduduki punggung Dilman yang terbaring diatas tanah, dan menekan leher Dilman dengan lengannya dari belakang.
"Uhuk! uhuk! uhuk!" Dilman terbatuk-batuk, dan debu segera berterbangan dari tanah di dekat wajah Dilman.
"Jangan! jangan!" kata Ira dari dalam mobil.
"Kau mengenal siapa dia nona?" kata polisi yang berada dekat dengan Ira.
"Dia temanku pak."
"Teman?"
"Ya."
"Apa yang kalian lakukan di dalam mobil sepertinya tidak dilakukan oleh 'teman' kan?"
Ira hanya bisa diam, ia tidak sedang ingin berdebat, kepalanya masih terasa pusing akibat banyak minum alkohol dan ia tidak sedang ingin cari masalah dengan siapapun.
"Kau jagoan ya?" kata polisi itu dan plak! plak ! sambil memukuli kepala Dilman.
"Bukan, pak." jawab Dilman.
"Masih bisa menjawab ya?" Plak ! plak ! plak!
"Makan nih!"
Bruupffttt !!! polisi itu menekan kepala Dilman hingga wajah terjerembab kedalam tanah berdebu ..
"Ampun pak!"
"Apa?"
"Ampun ..hfffpppttt.." Dilman berusaha mengangkat kepalanya namun polisi yang menduduki punggungnya segera membenamkan wajahnya sekali lagi ke atas tanah keras berdebu ..
"Amm ..punn ... grroooaaarrrr !!!" Mahluk ganas dalam diri Dilman kembali muncul ke permukaan, pupil mata Dilman tampak mengecil, kemudian nafasnya semakin kuat diatas tanah berdebu itu .. hoorrrr !!! hoorrrr !!! .. hooorrrr !!! debu-debu berterbangan dari atas tanah keras itu, nafas Dilman terkesan kuat dan menghembuskan debu seperti nafas seekor banteng liar yang sedang marah ...