"Kok dia tidak memberi kabar sih? Apa sesibuk itu dia bekerja hingga lupa memberiku kabar." Kesal Alice yang lama menunggu kabar Panji namun sama sekali tak menghubunginya sampai sekarang.
Alice duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya. Ditatapnya foto kebersamaannya dengan Panji yang tersimpan di galeri ponselnya. Sungguh dia sangat merindukan kekasihnya itu.
Lama berkutat dengan pikirannya sendiri, Alice memberanikan diri untuk menghubungi Panji lebih dulu. rasa rindu yang bersemayam di hatinya sudah bergejolak tak bisa ditahan lagi.
"Kamu sibuk?" Alice mengirimkan pesan kepada Panji.
Alice membaringkan tubuhnya di ranjang menatap langit-langit kamar sembari menunggu penuh harap pesannya segera dibalas Panji."Maaf, lama tidak menghubungimu. Aku fokus bekerja. Bagaimana kabarmu, sayang?"
Alice tersenyum merekah melihat balasan Panji, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berterbangan dari perutnya. Walau tidak bisa melihat secara langsung Panji namun hanya berupa pesan saja sudah bisa membuatnya senang.
"Nggak papa. Yang semangat bekerjanya, sayang. Aku disini baik-baik saja."
"Syukurlah. Gimana sekarang, kamu disana?"
"Aku masih di rumah, tapi aku sudah melamar kerja di salah satu perusahaan."
"Aku senang dengarnya. Dimana kamu melamar kerja?"
"Rahasia. Nanti kalau aku sudah diterima, akan kuberitahu."
"Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu sayang. Semoga kamu diterima kerja disana."
"Terima kasih supportnya. Oh ya kamu masih menyimpan kertas yang aku beri?"
"Aku selalu menyimpannya karena itu adalah rumah masa depanku. Tunggu aku menitih karir dulu, baru setelah itu aku akan datang ke rumah orangtuamu untuk meminangmu."
"Aku menunggunya."
Tidak terasa hari sudah semakin larut, keduanya masih terlibat percakapan di dunia maya untuk melampiaskan rasa rindu masing-masing. inilah yang membuat Alice kembali bersemangat mendengar kabar kekasihnya yang berada jauh di kota seberang.
Ting
"Besok datang ke aula pertemuan kantor PT. Karunia Alam untuk mengikuti tes wawancara. Datang tepat waktu pukul 9 pagi. Harap berpenampilan sopan dan rapi." Pesan masuk membuat kedua bola mata Alice membelalak sempurna karena kaget. Akhirnya ini yang ia tunggu, pertanda baik untuk dirinya diterima di perusahaan yang ia lamar kemarin.
Sinar matahari sudah terpancar menyilaukan membuat sebagian bumi terang. Beberapa orang sibuk akan urusan masing-masing. Seperti sekarang, Alice tengah duduk menyenderkan tubuh di sebuah kursi. Melepaskan penat dan pikiran setelah melewati tes wawancara bersama dengan peserta lainnya.
Jujur dia merasa senang sekali. Kurang sedikit lagi dia bisa bekerja di salah satu perusahaan. Melihat peserta lainnya yang bernasi dan seperjuangan dengannya sedikit membuatnya pesimis, akankah dia bisa diterima. Entahlah dia juga tidak tahu. Tapi satu yang pasti, dalam hatinya tak berhenti untuk berdoa berharap dirinya diterima.
Ditengah tengah waktu istirahat Alice, terlihat seorang laki-laki berpenampilan rapi khas kantoran sedang menempelkan selembar kertas yang berisi nama peserta yang lulus seleksi wawancara dan diterima bekerja disana. Alice langsung beranjak dari tempat duduknya menghampiri papan tersebut disusul oleh peserta lain. Sehingga Alice tidak bisa terhindar dari desakan kerumunan itu.
"Namaku disana. Aku diterima." Alice bersorak gembira mendapati namanya terpampang jelas di papan pengumuman itu.
"Papah mamah, tau nggak. Alice diterima kerja."Alice berlari ke meja makan. orantuanya yang sedang makan hanya bisa melongo dan tidak percaya sama ucapa ALice barusan.
"Beneran pah mah. Tadi malam aku dikasih tahu. dan sekarang aku mau tanda tangan kontrak."Alice duduk di kursi.
"Syukurlah."orangtua ALice memanjatkan rasasyukurnya atas diterimanya ALice.
Alice sarapan dengan terburu-buru. Pak Salim hanya bisa memandanginya dengan ketawa ke arah istrinya. Mererka memaklumi tingkah aneh anaknya karena saking bahagianya telah diterima kerja.
"Anak ini benar-benar aneh tapi ya lucu."Pak Salim berbicara sendiri dengan pelan agar tidak terdengar oleh Alice.
"Dadah semua."Alice menyempatkan bersalaman dengan kedua orangtuanya setelah sarapan.
"Hati-hati nak."saran dari kedua orangtuanya bersamaan.
"Ok siap."jawab Alice dengan cepat dan keras.
Selama perjalanan Alice mengendarai motor sambil berdoa dalam hati agar hari awal kerjanya di PT. Karunia Alam lancar dan tidak melakukan kesalahan. Walaupun manusia sering membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat tapi tetap saja dia tidak mau membuat kesalahan di hari awal ia kerja. hari pertama kerja Alice berangkat pukul 6.15 dan tiba di PT. Karunia ALama tepat pukul 0640.
Betapa senangnya dia bisa sampai lebih awal walaupun jam masuknya jam 7. Sesampainya disana ia langsung menuju ruang HRD tempat ia akan disuruh tanda tangan kontrak kerja. Ternyata saat itu ruangan HRD masihterlihat kosong jadinya dia langsung duduk sendirian di loby.
"Alice ya?"tanya Pak Renald (HRD yang menerima lamaran kerja dan menyeleksi berkas lamaran Alice).
"Iya."jawab Alice sambil berdiri menatap Pak Renald.
"Silahkan masuk."Pak Renald berjalan di depan Alice dan masuk ke ruangan HRD.
"Iya Pak."Alice memasuki ruangan Pak Renald.
Setalah sampai di ruangan Pak Renald, Alice disuruh duduk dan langsung tandatangan kontrak. Bahkan Pak Renald langsung menawarkan ke Alice untuk bekerja mulai hari ini atau besok. Keputusan ada di tangan Alice.
"Kamu langsung kerja sekarang apa besok?"Pak Renald bertanya kepada Alice yang duduk di depan Alice.
"Saya siap bekerja mulai hari ini Pak."Alice menjawab dengan tenang dan mantap.
"Kamu akan bekerja di bagian keuangan HRD hari ini . Untuk ruanganmu ada di sebelah situ."Pak Renald menunjukkan ruangan Alice dengan jari telunjuknya kea rah ruangan tepat berada di depannya tapi agak jauh sedikit kira-kira sejauh 3 meter.
"Makasih pak."Alice menjabat tangan Pak Renald dan setelah itu melangkah menuju ruangan barunya.
"Wajah kok manis banget gitu ya."Pak Renal bergumam sendiri karena terpana akan manisnya paras wajah Alice.
Di ruangan barunya ia langsung menata letak barang-barangnya. Bahkan ia langsung menatap layar computer yang sudah menyala untuk melihat detail tugas yang telah dikerjakan oleh pekerja sebelumnya. Memang nanti ada yang akan membantunya dalam mengerjakan tugasnya tapi ia mau latihan dulu sendiri.
Setalah dirasa semua orang HRD telah berangkat semua, Alice di persilahkan Pak Renald untuk memperkenalkan dirinya di depan semua karyawan HRD. Alicepun langsung menyetujui dan mulai memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan nama saya Alice Larasati. Saya karyawan baru. Saya bekerja di bagian keuangan disini. Saya berharap nanti bisa turut berpartisipasi dalam memajukan perusahaan ini dan memohon bantuannya untuk bersedia membantu saya dalam bekerja khususnya ketika saya sedang mengalami kesulitan. Makasih."Alice mencoba memperkenalkan dirinya didepan karayawan2 Hrd.
"Halo Kak Alice."kata beberapa karyawan dan karyawati di bagian HRD itu.
Manis juga , cantik juga anak baru ini.terdengar ada beberapa orang yang memuji kecantikan Alice.
Pak Renald yang melihat cara bicara Alice terlihat sangat mengaguminya bahkan terlihat sekali kalau dia juga terpesona dengan kecantikan wajah Alice. Sayangnya dia telah memiliki istri jadi tidak memiliki kesempatan untuk mendekati ALice. Setelah memperkenalkan dirinya, Alice langsung kembali menuju ruangan barunya dengan sesekali melirik dan melempar senyum kepada teman-teman kerja barunya. Alice memang tergolong anak yang mudah bergaul dengan orang-orang sekitar sehingga tidak membuatnya susah bersosialisasi.
"Alice kamu lulusan baru y?"tiba-tiba Rini bertanya kepada Alice membuka percakapan awal . Rini yang bekerja di bagian keuangan, ruang kerjanya berada tepat di samping Alice.
"Iya saya baru lulus tahun ini."jawab Alice dengan cepat.
"Kenalin aku Rini. Aku juga bekerja di bagian keuangan. Disini ada 3 orang yang mengurusi bagian keuangan. Yang satunya namanya Mas Galuh. Tapi kali ini dia lagi sibuk di luar jadi ini belum kelihatan. Aku harap kita bisa jadi tim solid nantinya."Rini menjelaskan panjang lebar kepada Alice.
"Ok Kak Rini. Senang bisa kenal denganmu. Kak Rini sudah lama ya kerja disini?"Alice mencoba lebiih mengenal Rini.
"Jangan panggil kak, panggil aja Rini. Disini aku sudah 5 tahun ini sih."terlihat Rini menganggukkan kepalanya.
"Wah lama bener ya."puji Alice kepada Rini.
"Lebih lama lagi Mas Galuh. Dulu pas aku jadi karyawan baru disini sering dibantu dan diajarin Mas Galuh. Orangnya itu baik banget. Sabar banget."Rini mulai memperlihatkan karakternya yang cerewet kepada Alice.
"Gitu ya. Nanti aku bolehlah minta bantuan ke kamu untuk ngajarin aku kalau aku lagi kesusahan ngerjain tugas."Alice terlihat menggoda Rini dan terlihat mulai akrab.
"Berani berapa? Nggak ngak. Bercanda lho ya jangan dimasukin ke hati. Gampang lah. Nanti kalau aku nggak ada kamu bisa tanya ke Mas Galuh aja.dijamin deh pasti diajarin sampai bisa."Rini menatap dengan senyum ke arah Alice.
"Ok lah. Mari kita mulai kerja kita hari ini."ajak Alice.
"Ok. Lets go."balas Rini.
Tidak terasa Alice sudah bekerja setengah hari. Dan dia belum menemui kesulitan. Teman sekantornya sangat baik hati dan ramah kepadanya. Setiap apapun yang dibingungi oleh Alice pasti teman-temannya tidak sungkan membantunya.Jam menunjukkan pukul 11 siang, itu pertanda waktu istirahat telah tiba. Semua karyawan mulai keluar ruangan untuk berisitirahat. Ditengah sepinya ruangan HRD yang ditinggal semua karyawannya, terlihat seorang perempuan yang bernama Rina. Dia terlihat sibuk mencari berkas dan sangat panik sekali. Alice merasa tidak tega melihatnya sehingga menyuruh Rini untuk istirahat dulu saja nanti Alice nyusul. Sepeninggal Rini, Alice menghampiri Rina dan menawarkan bantuan. Walaupun dirinya sendiri belum mengenal Rina.
"Ada yang bisa saya bantu ?"Alice mendekati Rina.
"Oh Alice. Ini berkas ku ada yang hilang dan belum ketemu."Rina terlihat panik sekali mencari berkas yang hilang tadi.
"Saya bantu cari ya. Ciri-cirinya gimana?"Alice berusaha mencari tahu gimana wujud berkas yang dicari.
"Berkasnya itu saya masukkan ke dalam map warna kuning."Rini menatap Alice dengan penuh harapan kalau dirinya bisa membantu Rina menemukannya.
Selang beberapa waktu Alice menemukan berkasnya. Ternyata berkasnya jatuh di bawah meja dan terselip diantara kaca dengan meja sehingga sulit ditemukan. Beruntungnya Alice bisa melihatnya.
"Wahduh aku bingung banget. Anak aku nggak ada yang jemput. Hanya aku yang bisa jemput. Trus berkasnya ni gimana ya."gumam Rina dengan nada pelan.
"Gimana ada yang bisa saya bantu lagi?"Alice mendengar dengan jelas walaupun suaranya pelan berniat mau membantunya lagi.
"Gimana ya...Nggak tau lagi mau minta bantuan kemana lagi selain kamu. Disini Cuma ada kamu."Rina terlihat tidak enak meminta bantuan lagi kepada Alice.
"Udahlah santai saja. Kita itu harus saling bantu. Lagian aku juga free kok."Alice menepuk bahu Rina agar dia tidak sungkan untuk meminta bantuan.
"Hari ini anakku nggak ada yang jemput. Biasanya mamahku yang jemput. Tapi sekarang mamahku sedang sakit jadi nggak ada yang jemput. Maunya aku sih yang jemput tapi sekarang aku harus menghantarkan ini ke ruangan direktur untuk menyerahkan dan meninta tanda tangan berkas ini. Padahal aku harus buru-buru banget jemput anakku di PAUD. Tahulah kamu kalau ada keperluan sama Direktur itu lama. Nunggu dulu ngurusin inilah itulah."belum selesai Rina menjelaskan, Alice sudah paham maksudnya.
"Ya sudah kamu jemput anakmu. Biar aku yang nyerahin dan minta tandatangan ke direktur.."Alice langsung mengambil berkas warna kuning dari genggaman tangan Rina.
"Makasih ya Alice."Rina terharu terhadap kebaikan hati Alice dan tidak tahu bilang apa lagi selain makasih.
"Sama sama. Hati hati di jalan."pesan Alice menatap Rina yang berlari keluar sambil sesekali menatap wajah Alice.
Tidak butuh waktu lama Alice langsung pergi keluar ruangan dan menuju ke ruang direktur. Dia saat itu belum tahu dimana ruang direktur sehingga dia bertanya kepada salah satu karyawan disana. Hingga akhirnya dia tahu dimana letak ruangan direktur itu.
"Kok jadi deg degan sendiri ya hatiku ini. Kok aneh. Apa ini karena ini hari pertama ku kerja dan langsung berhadapan sama direktur."ungkap Alice dengan pelan berharap tidak ada yang mendengarnya.
Saat mendekati pintu ruangan direktur, jantung Alice tambah berdebar-debar entah apa yang tengah ia rasakan saat itu.
Tok tok
"Permisi Pak."salam dari Alice setelah masuk ke dalam ruangan direktur dan menatap ujung rambut seorang laki-laki yang tengah memunggunginya.
"Iya."pria tersebut membalikkan badannya lalu menatap Alice.
"Rama?"ucapan pertama kali yang keluar saat melihat pria tersebut membalikkan badan dan merasa kaget setengah mati kalau direkturnya itu adalah Rama yaitu tetangganya sendiri bahkan teman akrab kecilnya.
"Alice. Gimana kaget ya."Rama tidak begitu merasa kaget karena kemarin dia telah mendengar kalau Alice telah melamar kerja di perusahaanya. Dan dia telah menduga kalau Alice akan dipaggil kerja disana karena dia memang pandai.
"Kak Ram....maaf. Maksut saya Pak Rama direktur di perusahaan PT. Karunia Alam.?"Alice bertanya sambil menunjukkan wajahnya yang dipenuhi dengan heran dan tidak percaya.
"Lebih tepatnya begitu."Rama menjawab dengan tersenyum sambil melihat ekspresi lucu Alice yang terlihat masih tidak percaya.
"Ini saya mau menyerahkan berkas ini dan meminta tanda tangan bapak."Alice berusaha menutupi rasa herannya agar Rama tidak memandangnya begitu aneh dengan buru-buru menyodorkan berkas ke Rama dengan sedikit gugup.
"Oh ya."membuka map kuning dan membaca isi berkas tersebut. Setelah dibaca secara cermat ia langsung menandatanginya.
"Sudah ini saja.?"Rama menyodorkan kembali berkas tersebut ke arah Alice tapi malah yang ada di depannya itu tengah melamun sambil menatap dirinya.
"Alice ...kamu nggak papa?"Rama berusaha menyadarkan Alice yang tengah melamun karenanya.
"Eh ya Kak Rama. Maksut saya Pak Rama."Alice langsung sadar dan mengambil berkas dari tangan Rama dengan pelan.
"Ya sudah Pak. Terimakasih. Saya izin keluar."Alice menundukkan kepala karena merasa melu atas tingkahnya dan mengucapkan pamit.
"Ya silahkan."Rama mempersilahkan Alice keluar dari ruangannya.
"Alice hati hati. Jangan melamun lagi."pesan Rama ketika Alice sedang mebuka pintu ruangannya. Dan Alice langsung menengok Rama yang ada di belakngnya yang masih menatapnya sambil tersenyum.
"Ya Pak."Alice menjawab sambil menutup pintu ruang Rama.
Sepulang kerja ia langsung disambut Bu Zubaidah. Dan ibunya langsung menyuruh putrinya itu untuk isitrahat dulu. Terlihat sekali raut wajah putrinya menujukkan kelelahan. bukannya istirahat sesuai perintah mamahnya, ini malahan ALice menyempatkan untuk berbicara dengan ibunya. ALice ingin memberitahu kalau direktur utama di perusahaan tempat dia bekerja adalah Rama. mendengar cerita anaknya Bu Zubaidah hanya bisa melongo dan tidak percaya. Bagaimana bisa kemarin Rama tidak mengaku dihadapan ALice dan dirinya kalau dirinyalah pemilik perusahaan Karunia Alam. Keduanya sama-sama tidak percaya.