Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 8 - Part 8

Chapter 8 - Part 8

Kring kring (bunyi telepon di mejanya)

"Iya. Dengan siapa ini?"Alice mengangkat gagang telepon dan mendekatkannya ke telinganya.

"Saya Rama."Rama bisa merasakan kalau Alice pasti terkejut sekali diteleponnya.

"Oh ya Pak. Ada apa."Alice berusaha menata suaranya.

"Nanti pulang kerja bareng saya aja. Karena saya mau bicara penting dengan kamu."Rama meminta Alice pulang bersama dengannya.

"Gimana ini. Kebetulan sih hari ini aku nggak naik motor hari ini. Kok dia bisa tahu kalau aku nggak naik motor."Alice bergumam dalam hati.

"Iya pak."Alice terpaksa menjawab karena bosnya ingin bicara penting dengannya.

"Nanti kasih tahu, saya jemput dimana dan jam berapa. Saya ini baru di Tangerang ada proyek yang harus diselesaikan."Rama ternyata ada di Tangerang karena ada proyek disana.

"Iya pak."Alice terlihat kebingungan ada masalah apa lagi ini.

"Selamat bekerja."Rama menyemangati Alice darisana.

"Siap Pak."Alice membalasnya dengan sedikit malu. tapi berusaha ditutup-tutupinya biar Rama tidak mengetahuinya.

Setelah ditelepon Rama, perasaan Alice menjadi deg degan memikirkan pulangnya nanti. Kenapa Rama ingin bareng dengannya. Dan kenapa akhir-akhir ini Rama terlihat begitu mendekatinya. Kenapa Rama datang dikehidupannya saat hubungannya dengan Panji sedang renggang.

Sempat terpikirkan kalau Rama memang tengah mendekatinya dan meanruh cinta padanya. Tapi Alice dengan cepat langsung menepis anggapannya itu. Dia sadar kalau Rama adalah bosnya mana mungkin bisa jatuh cinta sama karyawannya sendiri. Lagipula hatinya masih tertaut pada Panji seorang.

Kring kring, bunyi suara hp Alice.

"Kamu dimana? Sudah pulang?"chat dari Rama. jam pulang sudah tiba.

"Ya saya sudah pulang pak. Saya tunggu di gang sebelah PT. Karunia ALam."Alice sudah menunggu di gang sebelah perusahaan.

Setelah menunggu beberapa menit di dekat gang tersebut, muncul mobil warna hitam dan berhenti di depannya. Dari dalam ada seseorang yang telah membukakan pintu untuknya.

"Silahkan masuk."Rama membukakan pintu mobil dari dalam.

"Hmm."Alice langsung buru-buru masuk.

"Lancar tadi kerjanya?"Rama membuka pembicaran dulu. Setelah Alice duduk di kursi samping Rama.

"Iya Pak."Alice menjawab dengan canggung karena dia agak kurang nyaman semobil dengan Rama.

"Santai saja. Kita jalan-jalan dulu."Rama berusaha menghibur Alice agar tidak canggung.

"Iya pak."Alice berusaha menjauhkan pikiran kotornya.

Setelah lama mengendarai mobilnya, Rama akhirnya berhenti di pinggir jalan yang sepi. Sontak saja Alice merasa takut. Alice menengok ke kanan kiri, sepi dari orang. Rama melihat Alice cinglak cingluk takut, berusaha untuk menenangkan Alice.

"Alice."tangan kiri Rama menggenggam tangan kanan Alice.

"Ya. "Alice menjawab dengan terkejut sambil menatap Rama yang ada disampingnya.

"Aku mau bicara serius sama kamu."Rama tidak mau bertele-tele.

"Ada apa Ram."saking takutnya sama Rama, takut diapa-apain, hingga membuat Alice menjawab dengan terbata-bata.

"Jangan takut. Aku nggak akan berbuat aneh-aneh."Rama masih menggenggam tangan kanan Alice.

Rama masih menggenggam tangan kanan Alice dan menatap mata Alice agar dia tidak takut sama dirinya. Rama paham kalau Alice tengah takut ketika harus berdua di dalam mobil di tempat yang sepi.

"Alice tenang, tatap mata aku."Rama masih berusaha menenangkan Alice yang ada di sampingnya dengan suara tenang.

"Hmmm."Alice menarik nafas dengan pelan agar tidak merasa takut lagi.

"Alice aku mau jujur sama kamu.Aku suka sama kamu."Rama mengungkapkan isi hatinya sambil menatap kedua mata Alice. Alice seperti tersambar petir hingga tubuhnya serasa kaku dan tidak bisa digerakkan. Dia berharap apa yang sedang terjadi padanya hanyalah mimpi.

Seketika Alice langsung melongo dan kaget mendengar perkataan Rama tadi. Apakah dia salah dengar. Mana mungkin Rama bisa jatuh cinta padanya. Akhirnya Alice manarik tangannya dari genggaman Rama dan menepuk nepukkan ke pipinya.

"Ini nyata."Alice berbicara sendiri sambil menampar pipinya dengan pelan berusaha menyadarkan dirinya.

"Kamu nggak mimpi. Ini beneran."Rama menarik kedua tangan Alice menjauhkan dari pipinya.

"Ram kamu bercanda kan?"Alice menganggap perkataan Rama barusan adalah bercanda.

"Emang dari wajahku terlihat aku bercanda?"Rama memasang wajah serius dari tadi.

"Kamu nggak terlihat bercanda. Tapi masak iya kamu beneran suka sama aku. Kamu kan teman kecilku. Kamu udah aku anggap seperti kakakku sendiri."Alice bicara dalam hati sendiri.

"Alice aku sudah suka sama kamu sejak lama. Dan baru sekarang aku bisa mengungkapkannya."Rama menegaskan lagi akan perasaannya di depan Alice.

"Kamu tahu kan kalau aku udah punya pacar??"Alice bertanya dengan serius kepada Rama.

"Aku tahu kalau kamu sudah punya pacar. Menurutku selagi pacarmu itu belum menikahimu maka aku masih punya kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku. Dan aku siap segala jawabannya nanti kalaupun aku harus ditolak. Yang penting aku udah mengutarakan perasaanku padamu."Rama terus menatap mata Alice.

"Jujur aku itu udah lama suka sama kamu. Sejak kita masih kecil aku udah merasa suka pada kamu. Semenjak aku berpisah denganmu aku sering kangen denganmu. Hingga akhirnya aku bekerja bertemu dengan Intan. Dia perhatian denganku. Sikapnya sama seperti dirimu. Aku rindu akan perhatianmu dulu yang bisa aku temukan pada diri Intan saat itu. Hingga akhirnya aku berpacaran dengan Intan. Tapi pada akhirnya rasa kepercayaanku hilang pada diri Intan setelah dia berselingkuh dibelakang aku."Rama masih menatap Alice dengan wajah yang seolah terasa sakit jika harus mengingat masa lalunya.

"Dan sekarang kamu masih cinta sama Intan?"tiba-tiba Alice bertanya aneh. Alice tidak tahu kenapa dia seakan-akan terus menguji rasa suka Rama padanya. Bahkan dirinya juga sudah lupa dengan Panji yang notabennya adalah pacarnya sendiri. Setelah hilang kontak dengan Panji, perasaan lice memang terasa kosong.

"Aku sudah tidak cinta lagi dengan Intan. Bahkan kini aku benci dengan dia. Tapi untuk apa aku benci sama dia. Lagian itu udah terjadi dan itu berarti kita emang nggak jodoh. Setelah aku berpisah dengannya dan bertemu denganmu aku menemukan kembali kebahagiaanku yang dulu. Cinta pertamaku hadir ketika aku sedang sedih."Rama bercerita panjang lebar dan diakhir ceritanya dia merasa lega karena telah dipertemukan lagi dengan Alice.

"Gimana ya."Alice menjawab dengan terlihat bingung karena di dalam piikirnannya ia masih menunggu Panji.

"Jujur aku memang sekarang sudah nggak pernah kontak-kontak lagi dengan kekasihku, Panji. Mungkin karena dia sibuk apa gimana. Entahlah aku pasrah saja. Kalau emmang jodoh pasti nanti kita akan dipertemukan lagi."ucap Alice dengan jujur. Rama mendengarnya merasa senang karena dia kini punya kesempatan untuk memepet Alice tapi disisi lain juga ikut merasa kasihan pada ALice.

"Aku juga tahu perasaanmu sekarang. Yang penting sekarang aku udah jujur akan perasaanku sekarang."kata Rama yang terlihat lega.

"Memeng siapa sih yang nggak suka sama kamu. Diluaran sana pasti banyak cewek yang suka sama kamu. Bukannya aku nggak suka sama kamu. Tapi rasanya aneh saja kamu teman lama ku malah suka sama aku. "Alice bergumam dalam hati.

"Kamu kok diam."Rama memegang kedua pundak Alice yang masih menghadapnya.

"Nggak papa kok."Alice berpura-pura tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Ya udah kita makan dulu yuk."Rama langsung merubah posisinya dan mulai menyetir mobilnya.

"Hmm."Alice menjawab setuju.

"Kamu mau makan apa?"Rama melirik Alice sebentar.

"Terserah kamu aja. Aku ikut aja."jawab ALice.

"Ya sudah kalau gitu."Rama suka dengan sikap Alice. Ternyata ALice masih tetap dengan yang dulu yaitu masih menjadi cewek penurut.

"Alice memang anaknya nggak banyak menuntut. Lihat saja, aku main hp dari tadi dia nggak ngganggu. Beda sama Intan. Aku tiinggal main hp sebentar aja langsung marah, terus dia juga nggak seramah seperti Alice. Alice saja ramah dengan pelayan, bicaranya sangat sopan."Rama bergumam sendiri dalam hati sambil menatap Alice yang sedang memainkan jari-jarinya diatas meja karena dari tadi Rama sedang sibuk deng hpnya.

"Alice."panggil Rama dengan pelan.

"Iya."Alice menjawab dan menghentikan jari-jemarinya.

"Kamu nggak papa?"Rama terlhat kasihan sama Alice.

"Emangnya aku kenapa?"Alice penasaran kenapa Rama menatapnya dengan tatapan kasihan.

"Kamu kok mainin jari-jemarimu."Rama menatap kearah jari jemari ALice.

"Nggak papa. Kamu kan lagi sibuk sama urusan kantor."Alice memahami kesibukan Rama.

"Maaf tadi ada chat masuk. Dari teman partnerku kerja dari Tangerang."jawab Rama.

"Alice memang anaknya pengertian nggak kayak Intan."Rama berbicara dalam hati sambil menatap Alice dengan tatapan kagum.

"SIlahkan dimakan."Rama menata makanan yang telah diserahkan pelayan restaurant.

"Makasih."Alice mengucapkan terima kasih kepada pelayan.

"Iya Kak. Selamat menikmati."jawab pelayan.

"Kalau sama Intan, dia nggak pernah bilang makasih. Pasti hanya aku aja. Memang Alice orangnya itu cocok banget menjadi pendampingku."Rama bergumam sendiri sambil memuji Alice.

"Rama kenapa yak kok lihat aku terus. Aku kok jadi malu."Alice terlihat malu karena Rama menatapnya begitu lama.

Mereka berdua menikmati makanannya. Sampai tidak terasa waktu sudah malam. Sore tadi sepulang kerja ALice menyempatkan chat ibunya kalau dia pergi sama Rama dulu. Karena ada urusan. Sempat ibunya tadi bertanya kenapa pergi sama Rama. Alice hanya bisa menjawab nanti setelah pulang ke rumah saja akan menjelaskannya.

"Udah masuk?"Rama membukakan pintu mobil untuk Alice setelah selesai makan di restaurant.

"Makasih."Alice langsung masuk ke mobil dan duduk.

"Alice kalau misalanya nih, dengan hubunganmu seperti itu dengan Panji apakah kedua orangtuamu akan tetap meretuimu untuk berhubungan denganmu?"tanya Rama sambil menyetir mobil. Rama berusaha bertanya dengan santai agar tidak tegang diantara keduanya.

"Jujur kalau aku lihat orangtuaku ya kayaknya nggak suka kalau anaknya diginiin. Orangtuaku sendiri ingin kalau aku segera menikah saja dan nggak usah pacaran kayak gini. Takutnya ya kayak gini kalau aku pacaran. tapi mau gimana lagi. entahlah Ram. aku juga bingung."Alice pasrah dengan keadaanya sekarang.

"Semisal kalau Panji tak kunjung datang dan serius sama kamu, apa kamu akan bersedia kalau aku langsung datang ke orangtuamu untuk meminta restu tuk menikamu?"Rama memberanikan bertanya seperti itu. Alice terkejut mendengarnya. Melihat raut wajah ALice yang terkejut itu membuatnya langsung berpura-pura kalau dia bercanda. ALice merasa lega.

"Jujur aku lebih menghargai cowok yang langsung berani menghadap ke orangtuaku untuk bilang kalau dia mau serius sama aku. Entah itu Panji apa siapa, yang penting dia baik padaku dan orangtuaku tentunya."kata ALice. Rama mendengarnya sambil menyetir. Rama semakin percaya diri kalau dia bisa mendapatkan ALice secepetnya.

"Kayaknya ini macet deh. Udah pukul 7."Rama terlihat khawatir karena sudah malam dan Alice masih bersamanya, pasti kedua orangtuanya khawatir dengannya.

"Udah nggak papa. Sabar."Alice menenangkan Rama yang sedang menggerutu.

"Kamu tadi udah ngasih tahu orangtuamu kalau kamu pergi sama aku?"Rama bertanya kepada Alice.

"Tenang saja. Udah kok tadi pas sepulang kerja."Alice melirik ke Rama.

"Baguslah."Rama terlihat lega.

"Hmm."Alice terlihat sedang menguap.

"Kamu ngantuk ya?"Rama melihat Alice sedang menguap.

"Hmm."

"Bentar ya. Ini udah nggak macet lagi."Rama menatap kondisi jalan dimana beberapa mobil sudah berkurang.

Tidak berselang lama, Alice sudah terlelap tidur di samping Rama. Alice tidur sambil memiringkan wajahnya ke Rama. Sehingga Rama bisa melihat wajah manis Alice yang sedang ketiduran. Kecantikan Alice semakin terpancarkan ketika dia terlelap tidur.

"Kamu pasti kedinginan di mobilku."Rama melepaskan jaket hitam yang sedang dikenakannya dan memakaikannnya ke tubuh Alice.

"Hmm."Alice terlihat merasa hangat ketika jaket Rama menutupi bagian dadanya.

Ketika sudah sampai di rumah Alice, Rama langsung turun dari mobil dan mengetuk pintu rumahnya. Karena tdak tega membangunkan Alice yang masih ketiduran di mobilnya, akhirnya dia memberitahukan ke orangtua Alice kalau dia sedang ketiduran di mobilnya.

"Tante om tadi aku sama Alice keluar ada urusan. Dan kini dia ketiduran di mobil saya."Rama mengakuinya di depan orangtuanya.

"Ya, tadi tante udah dikasih tahu sama Alice."Bu Zubaidah menjawab.

"Terus keadaan dia sekarang gimana?"Pak Salim penasaran sama Alice.

"Masih tidur di mobil om."Rama menjawab sambil mengarahkan jarinya kea rah mobil.

"Alice?"Pak Salim bertanya dengan pelan dan menggoyang goyangkan tubuh Alice.

"Hmm."Alice hanya menjawab tanpa sadar dan tertidur.

"Nak tolong bawa Alice masuk ke kamarnya."Bu Zubaidah meminta pertolongan pada Rama untuk menggendong Alice ke kamarnya karena Suaminya juga belum tentu kuat menggendong Alice masuk ke kamarnya.

"Nggak papa Tante?"Rama bertanya meminta izin karena dia akan menggendong Alice masuk.

"Iya nggak papa. Bantu Alice."Pak Salim mengizinkannya.

Setelah diizinkan kedua orangtua Alice, Rama langsung menggendong Alice masuk ke kamarnya. Melihat dia begitu terlelap tidur di gendongannya sampai-sampai tidak bangun membuat Rama merasa kasihan. Pasti dia kecapekan sekali setelah seharian bekerja di kantor apalagi sepulang dari kantor dia harus menemani Rama keluar.

"Tante, maaf Rama tadi mengajak Alice keluar. Pulangnya jadi kemalaman."Rama terlihat bersalah atas perbuatannya yang telah membawa Alice sampai malam-malam.

"Nggak papa. Memang tadi kalian ngapain aja?"Bu Zubaidah ingin tahu apa yang mereka lakukan di luar sana hingga pulangnya malam.

"Sini sini kita bahas di ruang tamu aja."Pak Salim mengajak bicara di ruang tamu. Karena merasa tidak enak kalau bicaranya berdiri di dekat pintu kamar Alice.

"Tadi Rama mengajak Alice keluar untuk jalan-jalan. Maaf sebelumnya tante, sebenarnya tadi ngajakin dia keluar karena saya ingin mengutarakan isi hati saya pada Alice. Seharusnya tadi sore kita udah pulang. Tapi berhubung kita makan dulu di pinggir jalan jadi pulangnya kemalaman."Rama menjelaskan kejadian sebenarnya.

"Nak Rama suka sama Alice?"Bu Zubaidah melongo dan tidak percaya sama pernyataan Rama sebelumnya.

"Iya tante. Udah lama saya suka sama Alice. Sejak kecil saya sudah suka sama dia. Dan baru sekarang saya berani mengutarakannya.. "Rama mengakuinya di depan kedua orangtuanya. Kedua orangtua Alice hanya bisa saling tatap menatap sambil tidak percaya dengan pengakuan Rama barusan.

"Lha Intan, pacarmu yang kemarin?"Bu Zubaidah yang sudah tahu sosok Intan dari Bu Amira kemarin.

"Saya sudah putus sama dia. Sudah ada 2 minggunan saya putus sama dia."Rama menjelaskan kondisi hubungannya dengan Intan.

"Gimana nih yah?"Bu Zubaidah bertanya kepada suaminya yang duduk di sampingnya.

"Gimana jawaban Alice, setelah kamu mengungkapkan perasaanmu padanya?"Pak Salim terlihat tenang menanggapi penjelasan Rama yang duduk di depannya.

"Dia hanya bilang kalau dia sekarang bingung om. soalnya hubungannya dengan kekasihnya itu masih terjalin tapi sudah renggang karena tidak ada komunikasi diantara keduanya."Rama menjelaskan jawaban ALice di mobil tadi kepada orangtuanya.

"Jujur ya nak Rama. Kita sebagai orangtuanya tidak ingin kalau dia berpacaran. maunya kita kalau memang ada cowok yang mau serius dengannya langsung datanglah ke rumah untuk meminta restu ke kami. Dan kami lebih menghendaki kalau dia langsung menikah. Biar dianya juga nggak kayak gini digantung."orangtuanya terlihat sedih ketika tahu anaknya sedang ada maalah dengan pacarnya.

"Oh yanak masalah kamu dengan Alice, kami tidak ingin ikut campur. Semua saya serahkan sama dia. dia yang menjalani. Tapi saya juga meminta tolong sama kamu untuk selalu menjaga Alice. Soalnya kami hanya bisa memantaunya dari kejauhan."u Zubaidah terlihat sedih dan pasrah. Rama senang secara tidak langsung orangtua ALice tidak melarangnya untuk menyukai anaknya.

Setelah Rama sudah pergi, Pak Salim dan Bu Zubaidah masuk ke dalam rumah dan melihat kamar Alice. Mereka berniat melihat kondisi Alice lagi. Ternyata setibanya di dalam kamar Alice, dia masih tertidur pulas. Mereka paham kesibukan Alice karena seharian telah bekerja sehingga menutup pintu kamarnya kembali dan membiarkan anaknya tidur.