Rama membicarakan hal serius kepada ibunya. Bu Amira saat itu sedang duduk di ruang tamu sendirian. Tetapi hal itu dibatalkan Rama karena ada suara ketukan tamu dari luar dan mamahnya langsung beranjak dari kursi dan membukakan pintu.
"Iya."Bu Amira membukakan pintu.
"Halo tante."sapa Intan dari luar dengan semangat.
"Kamu."Bu Amira terkejut dengan Intan. Disisi lain dia juga merasa kecewa dengan Intan yang telah melukai anaknya.
"Iya tante saya Intan. Di rumah ada Rama?"Intan seolah-olah bersikap biasa saja dan tidak merasa bersalah atas kesalahannya pada Rama.
"Ngapain kamu kesini. Kan aku udah bilang ke kamu, kita sudah nggak ada hubungan."Rama langsung muncul dari belakang Bu Amira. Bu Amira hanya bisa diam saja.
"Rama."Intan terlihat memelas kepada Rama.
"Udahlah kamu pergi sana. Pergi sama cowokmu sana."usir Rama menyuruh Intan untuk tidak hadir di kehidupan Rama lagi.
"Kok kamu gitu sih."Intan terlihat sedih.
"Maaf aku nggak mau diganggu."Rama langsung menutup pintunya dan terlihat Intan berusaha mencegah pintu tertutup.
Melihat Rama yang emosi saat itu, membuat Bu Amira yang berdiri disamping Rama hanya bisa diam saja. Ia paham dengan kondisi Rama saat itu. Sehingga ia tidak mau ikut mencampuri urusan keduanya.
"Mah masuk, aku mau bicara penting."Rama menggandeng Bu Amira masuk ke ruang kelaurga dan tidak menghiraukan Intan yang masih memanggilnya dari luar.
"Mau bilang apa nak."Bu Amira juga ikut tidak peduli dengan Intan.
"Mah, Rama mau jujur. Rama suka sama Alice. Sudah lama Rama suka sama Alice. Rama mau serius sama Alice."Rama berbicara dengan bersimpuh di hadapan mamahnya.
"Kamu serius ini? Kamu kan tahu kalau ALice sudah punya pacar."Bu Amira kaget mendengar pengakuan Rama barusan. sebenarnya dia juga suka kalau Alice yang menjadi kekasih Rama.
"Rama serius mah. Rama juga tahu kalau dia sudah punya pacar. Cuma Rama nggak bisa bohongi perasaanku sendiri. Sebenarnya aku itu udah suka sama dia sejak kita masih kecil."Rama membuat mamahnya semakin bingung dan tambah kaget.
"Aduh mamah malah jadi bingung."Bu Amira tidka bisa memberikan solusi pada Rama.
"Mamah jangan bilang sama papah ya tentang ini. Mamah aja yang tahu."Rama bangkit dan duduk di samping Bu Amira.
Diam-diam Rama memang sudah menaruh hati pada Alice sejak masih kecil tepatnya ketika mereka masih bermain bersama. Namun saat itu dia masing menganggap Alice hanya sebagai teman, karena tidak mungkin dia mengungkapkan perasaannya disaat masih kecil. Sehingga dia hanya bisa memendamnya sendiri dan Alice tak tahu.
Alice di rumah merasa bingung sendiri. Akhir-akhir ini Panji tidak menghubunginya. Memang semenjak Alice pulang ke Bandung, Panji sudah hilang kabar. Alice berusaha sabar dan berpikiran positif pada Panji. Tapi sekarnag kesabarannya sudah tidak ada lagi. Hingga dia kadang menelpon Panji balik namun nomor teleponnya tidak bisa dihubungi. ALice semakin bingung dan ingin sekali marah kenapa Panji bisa berubah seperti itu.
Sudah hampir satu minggunan Alice dan Panji hilang kontak. Panji juga tidak pernah menampakkan untuk menghubunginya lagi. ALice kini merasa ragu pada kesetiaan dan perasaan Panji padanya.
sekarang Alice berusaha bangkit dari bayang-bayang Panji. Mungkin mereka memang harus berpisah setelah sudah lama hilang kontak. Alice ingin fokus pada masa depannya. lagian kalau dia berjodoh dengan Panji pasti akan dipertemukan lagi.
Orangtuanya juga sudah tahu kalau anaknya sekarang sudah tidak berkomunikasi lagi dengan pacarnya. Alice dipesani orangtuanya untuk selalu pasrah dan berdoa demi kebaikan hidupnya di masa yang akan datang.