"Li, Lo pulangnya sama siapa?" Tanya Dinda. Keduanya tengah berada di koridor sekolah, dan Ara sudah pulang terlebih dahulu karena telah di jemput.
"Sama bokap gue" Jawab Lia diangguki Dinda. Keduanya pun sudah berada di luar sekolah.
Tin...tin...
"Lia gue pulang duluan ya" Ucap Dinda diangguki Lia.
Dan sekarang Lia hanya sendirian menunggu sang papah. Namun tak lama dering ponsel nya berbunyi membuat Lia melihat ponselnya tersebut.
"Halo pah" Ucap Lia disaat menerima telfon tersebut
"Lia, maaf papah tidak jadi jemput kamu. Papah ada meeting mendadak siang ini" Suara yang berasal dari Matteo disebrang sana terdengar. Suara penyesalan pun ikut terdengar oleh Lia.
Senyuman tipis terukir di bibir Lia "Gak apa apa pah, nanti Lia pulangnya naik taksi aja"
"Enggak, kamu telfon Pak Ali aja ya minta jemput" Ucap Matteo di sana.
"Gak usah pah, nanti Lia naik taksi aja. Lia gak apa apa ko" Lia mencoba meyakinkan sang papah. Hingga suara helaan nafas terdengar di sebrang sana.
"Ya sudah, hati hati pulangnya oke"
"Iya pah, aku tutup telfonnya ya pah. Semangat papah!" Ucap Lia memberikan semangat kepada Matteo.
Sedangkan pria di sebrang sana terkekeh kecil mendengar sebuah ucapan semangat dari sang putri "Thank you, dear"
"You're welcome, Papah " Balas Lia lalu mematikan sambungan tersebut.
Lia berjalan menuju halte sekolah dengan senyuman, ia menunggu dalam waktu yang lama namun tak ada satu pun taksi.
Lia menundukkan kepalanya memainkan kakinya. Dan sesaat kemudian ia merasakan bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ia mendongakkan kepalanya menatap ke samping untuk melihat orang tersebut.
"Lo?" Ucap Lia terkejut sedangkan lelaki itu terus memperhatikan Lia dengan mata hitam nya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Lia kembali namun tak dijawab oleh lelaki itu.
"Lo kenapa sih gak ngomong ngomong, masih sariawan?" Tanya Lia dengan nada kesalnya.
Karena tak kunjung dapat jawaban dari lelaki tersebut lagi lagi Lia bangkit dari duduknya ingin meninggalkan lelaki aneh itu.
"Tunggu" Ucap lelaki itu membuat Lia berhenti.
Lia menoleh ke arah lelaki itu "Kenapa?" Tanya nya.
"Pulang bareng" Ucap nya singkat membuat Lia bingung.
"Maksudnya? Gue pulang bareng Lo?" Tanya Lia diangguki lelaki itu.
"Gak usah makasih, gue udah di jemput" Ucap Lia lalu kembali melanjutkan jalannya.
"Bohong" Ucap lelaki itu yang lagi lagi membuat Lia berhenti.
"Bohong apa sih? Gue emang udah di jemput" Ucap Lia dengan nada kesal nya. Ia sangat malas bertemu dengan lelaki ini.
"Buat apa disini?" Tanya lelaki itu membuat Lia terdiam seribu bahasa.
"Ya buat nunggu jemputan lah, emang gak boleh gitu nunggu disini" Ucap Lia membuat lelaki itu terdiam.
Lelaki tersebut pergi meninggalkan Lia yang menatap nya heran.
"Loh tuh cowok mau kemana? Huh gue kira dia mau ngajak pulang beneran" Gumam Lia.
Lia berjalan kaki untuk mencari taksi di sekitar sekolahnya, hari sudah menjelang sore dan ia takut jika mamahnya mencarinya.
Brum...Brum...
Motor sport berwarna abu abu berhenti di samping Lia. Sedangkan Lia menatap heran kepada pengendara tersebut, saat kaca full face tersebut terbuka membuat Lia lagi lagi terkejut.
"Ngapain Lo?" Tanya Lia ketus. Ia sudah kesal dengan lelaki yang berstatus sebagai adek kelasnya ini.
"Pulang bareng" Ucap lelaki itu.
"Gak gue udah di jemput" Tolak Lia.
"Jalan kaki" Ucap lelaki itu yang dapat dimengerti oleh Lia.
Lia menghela nafasnya pelan lalu menghadap ke arah lelaki itu "Gini ya, kalau pun gue mau jalan kaki atau enggak itu bukan urusan lo. Lagian Lo juga gak bakal rugi" Ucap Lia jengah dengan lelaki ini.
"Naik" Ucap lelaki itu tak membalas perkataan Lia.
"Gak gue ga-"
"Udah sore" Timpal lelaki itu memotong ucapan Lia.
'Huh, gue males banget deket sama nih cowok tapi kalau gue gak nebeng nanti mamah nyariin gue lagi' Batin Lia.
"Ya udah gue bareng sama Lo" Ucap Lia lalu berjalan ke jok belakang. Ia menaiki jok belakang lelaki itu dengan wajah malasnya.
Lelaki tersebut menutup kaca helm nya lalu mulai mengendarai motornya untuk mengantar Lia, sedangkan Lia hanya diam dengan memandang jalan.
"Rumah" Ucap lelaki itu masih fokus kedepan.
"Perumahan Cluster Valeria" Jawab Lia.
Saat memasuki perumahan Lia pun memandu lelaki itu hingga sampai di salah satu rumah besar. Lia menuruni motor tersebut sembari menatap lelaki itu.
"Makasih" Ucap Lia, tanpa sepatah kata lelaki itu melajukan motornya meninggalkan rumah besar itu.
Lia berjalan memasuki rumahnya dengan malas, mood nya menurun sekarang karena berdebat dengan lelaki itu.
"Lia pulang mah" Ucap Lia saat memasuki rumah.
"Loh kamu pulang sama siapa? Mamah tadi denger ada suara motor" Ucap Qiara sembari menghampiri putrinya.
"Sama temen Mah" Jawab Lia.
"Ya udah kamu mandi dulu sana, habis itu makan" Ucap Qiara diangguki Lia.
Lia menaiki tangga menuju kamarnya, ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama ia keluar dengan wajah yang fresh, ia berjalan keluar kamar untuk makan.
"Mamah, papah pulangnya kapan?" Tanya Lia saat memasuki ruang makan.
"Mungkin malam, kenapa?" Tanya balik Qiara.
"Em.. aku mau pesen martabak sama Papah Mah" Jawab Lia.
"Ya udah kamu chat aja" Ucap Qiara diangguki Lia.
Lia makan dengan lahap, ia sungguh lapar saat ini. Sedangkan Qiara sedang berada di dapur menyisakan Lia yang sendiri di ruang makan.
10 menit kemudian Lia telah menyelesaikan makan nya dan Qiara pun telah kembali dari dapur.
"Mah, aku ke kamar dulu ya buat chat papah" Ucap Lia lalu berlenggang menuju kamarnya.
Ia mengambil handphone yang berada di meja kecil samping kasur nya, terdapat banyak notifikasi pesan masuk membuat Lia sedikit pusing melihatnya.
Papah
Arelia
Papah aku nitip martabak ya
Papah
Oke dear, ada yang lain?
Arelia
Tidak pah, terimakasih
Papah
Sama sama, apapun untuk dirimu
Lia menaruh ponsel nya di meja kecil sembari merebahkan dirinya di kasur, pikirannya berkelama sekarang menjelajahi kejadian di sekolah. Dari awal ia masuk sekolah kembali, bertemu dengan lelaki aneh, dan berakhir pulang bersama dengannya.
Lia menggelengkan kepala nya "Ngapain sih gue mikirin itu cowok, kenal aja enggak" Ucap Lia.
"Huh! Semoga besok tuh cowok gak bakal ganggu gue lagi. Dan kehidupan gue seperti sedia kala" Ucap Lia, tak lama ia teringat akan satu hal.
"Oh iya coklat nya Galang" Ucap nya lalu bangkit dari kasur menuju tas nya. Ia mengambil sebuah coklat pemberian dari Galang disana pun terdapat note.
Semoga lo suka sama coklat nya, jangan lupa ya dimakan.
-Galang
Lia duduk di kursi belajarnya lalu menaruh note tersebut di meja. Ia membuka coklat tersebut dan memakannya. Coklat itu salah satu coklat favoritnya, dan Lia suka dengan hal yang berkaitan dengan coklat.
"PAPAH PULANG!" Lia menaruh coklat tersebut dan berjalan keluar kamar dengan menuruni tangga.
"Papah" Ucap Lia sembari menyalimi tangan Matteo.
"Ini martabak langganan kamu" Ucap Matteo sembari menyerahkan sekantong plastik berisi makanan.
"Makasih Pah" Ucap Lia sembari tersenyum.
"Ya udah kamu makan di kamar aja" Ucap Qiara, Lia kembali ke kamar nya untuk memakan martabak kesukaannya.
Saat sedang asik memakan ponselnya berdering menandakan video call masuk, dan ternyata Ara dan Dinda lah yang menelfon nya.
"Halo Lia" Sapa keduanya.
"Hm" Gumam Lia sembari mengunyah martabaknya.
"Makan apa lo Li?" Tanya Dinda.
"Martabak" Jawab Lia.
"Makan mulu lo" Ucap Ara sembari menggelengkan kepalanya.
"Miror woy! Lo juga doyan makan" Balas Dinda membuat wajah Ara cemberut.
"Kenapa sih lo suka banget bikin gue kesel?" Tanya Ara.
"Karena muka lo itu emang enak buat di bikin kesel" Jawab Dinda lalu dilanjut dengan tertawanya. Lia pun ikut tertawa mendengar jawaban Dinda yang terlewat jujur.
"Jahat banget lo sumpah Din" Ucap Ara dengan tampang kesalnya.
"Oh iya Din, besok ada pelajaran gak?" Tanya Ara yang telah melupakan kekesalnya kepada Dinda.
"Kayaknya sih besok udah mulai pelajaran, cuman gue gak ikut. Karena gue kan ikut OSIS" Ucap Dinda dengan bangga.
"Enak banget lo, masa mulai pelajarannya pas mapel mtk sih" Gerutu Ara.
"Makanya ikut organisasi" Ucap Dinda.
"Males ah, capek" Balas Ara.
"Males mulu lo, jadi orang jangan malesan" Ucap Lia yang sedari tadi memperhatikan keduanya.
"Betul kata Lia, jangan malesan jadi orang" Timpal Dinda sedangkan Ara hanya mendengus karena merasa terpojokkan.
"Yaen biar cepet" Ucap Ara.
"Yiin biir cipit, dikasih saran malah kayak gitu, ngajak ribut emang" Ucap Dinda tak dihiraukan oleh Ara.
"Besok acara apa Din?" Tanya Lia.
"paling nyari tanda tangan OSIS" Jawab Dinda diangguki Lia.
"Seru banget nih pasti, nanti lo kasih syarat gak kalau mereka minta tanda tangan?" Tanya Ara.
"Pasti lah, tanda tangan gue mahal jadinya harus ada syaratnya buat dapet tanda tangan gue" Ucap Dinda sembari menghempaskan rambutnya.
"Hm.. Btw masalah yang bolos itu udah ketauan siapa orangnya?" Tanya Ara membuat Lia menegang.
"Udah, besok paling dipanggil sama Randi sama dikasih hukuman" Jawab Dinda.
"Siapa yang bolos?" Tanya Lia.
"Gak tau gue, gue cuman baru dikasih tau itu doang sama Randi" Jawab Dinda kembali diangguki Lia. Pikiran Lia memikirkan lelaki aneh itu, apakah lelaki itu yang dimaksud oleh Dinda?
"Lia coklat yang dari Galang udah Lo makan belum?" Tanya Ara menyadarkan lamunan Lia.
"Hah? Udah kok" Jawab Lia dengan cepat.
"Lo dikasih coklat sama Galang?" Tanya Dinda diangguki Lia.
"Kayaknya dia emang beneran serius sama Lo deh Li" Ucap Dinda.
"Betul banget Ra, Galang itu emang beneran suka sama Lia. Cuman si doi nya aja yang nggak peka" Ujar Ara dengan nada menyinyir.
"Bodo, kaga denger gue" Ucap Lia malas berdebat dengan Ara.
"Lia" Panggil Qiara membuat Lia menatap ke arah ponselnya.
"Gue udahan dulu ya, sampai jumpa besok" Ucap Lia lalu mematikan video call tersebut dan menaruh ponselnya di nakas dan bangkit dari kasur menuju ruang keluarga.
"Kenapa Mah?" Tanya Lia sembari menuruni tangga.
"Sini duduk" Ucap Qiara sembari menepuk sofa diantara nya dengan Matteo.
Lia duduk di tengah tengah kedua orang tuanya "Kenapa Mamah manggil Lia?" Tanya Lia kembali.
"Gak apa apa Mamah cuman pengen kangen kangenan sama putri Mamah" Ucap Qiara sembari mengelus rambut Lia.
"Tadi pulang sekolah kamu pulang naik taksi Lia?" Tanya Matteo.
"Lia enggak naik taksi tuh, Mamah malah dengernya Lia dianter naik motor" Ucap Qiara duluan membuat Matteo menyeritkan dahinya.
"Em itu Pah, waktu aku nunggu di halte gak ada taksi yang lewat terus ada temen yang nawarin aku buat bareng" Jelas Lia.
"Cowok atau cewek?" Tanya Matteo.
"Cowok Pah" Jawab Lia pelan.
"Wah jangan jangan dia pacar kamu ya sayang?" Tanya Qiara dijawab cepat gelengan oleh Lia.
"Enggak Mah, dia bukan pacar Lia kok" Ucap Lia.
"Masa sih?" Goda Qiara membuat Lia mengerucutkan bibirnya.
"Emang dia bukan pacar Lia kok" Ucap Lia dengan nada merajuk.
"Ya sudah Papah gak masalah kok kalau kamu punya pacar juga, nanti suruh dia buat temuin Papah ya" Ucap Matteo sembari mengelus rambut Lia.
"Pah" Rengek Lia karena Matteo sama sama ingin menggodanya.
"Lia ke kamar ya Pah, Mah mau belajar soalnya besok udah mulai pelajaran" Ucap Lia diangguki kedua orang tuanya.
Lia mengecup pipi kedua orang tuanya sembari tersenyum "Good night Pah Mah" Ucap Lia sembari berjalan menaiki tangga.
Qiara menatap punggung putrinya sembari tersenyum penuh makna "Putri kita sudah besar ya" Ucap Qiara.
"Hm... Dan suatu saat dia akan pergi dari rumah ini saat dia sudah memiliki suami" Timpal Matteo membuat Qiara sedih.
Matteo menatap Qiara sembari mengelus pundak istrinya "Akan ada saatnya dia berpisah dari kita untuk mengikuti suaminya Qiara, seperti kamu dulu" Jelas Matteo diangguki Qiara.
Ya, Qiara menyadari bahwa Lia hanya titipan yang diberikan Tuhan untuknya suatu saat pun Lia akan berpisah dengannya untuk mengikuti suaminya kelak. Dan dia akan selalu berdoa agar Lia mendapatkan suami yang terbaik di masa depan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.