"Hari ini panas banget sih, mana pelajaran olahraga lagi" Dumel Ara sembari mengipas wajahnya dengan tangan.
"Iya, gue juga paling males nih kalau olahraga. Harus panas panasan" Timpal Dinda dengan membenarkan ikatan rambutnya.
"Lo gak panas apa Li? dari tadi perasaan Lo diem diem aja" Ucap Ara menatap ke arah Lia yang hanya diam tanpa mengeluh sedikit pun.
"Panas sih tapi gak terlalu" Singkat Lia membuat Ara berdecak mendengarnya.
"Gak terlalu Lo bilang? gak liat nih baju gue udah banjir keringet kayak gini. Lo bilang gak terlalu?" Ucap Ara sembari menggelengkan kepalanya.
"Wajar lah Ra, Lia kan suka banget olahraga. jadi kalau panas panas gini pun dia udah biasa" Ucap Dinda. Pelajaran olahraga adalah kesukaan Lia, jadi jangan heran jika ia mempunya tubuh yang ideal.
"Iya juga, gue baru ingat hal itu" Ucap Ara sembari membuka tutup botol air meneralnya dan meminumnya hingga tandas.
"Hah... terus kita cuman diem aja gitu duduk di lapangan? kaga ngapa ngapain?" Tanya Ara kepada kedua sahabatnya.
"Ya mana gue tau. Pak Eri kan belum nyuruh apa apa" Jawab Dinda membuat Ara mendengus.
"Guys! Kata Pak Heri kelas kita bakal main bareng sama kelas 10" Ucap ketua kelas Lia membuat seluruh siswa bersorak girang.
"Wah ini nih yang paling gue suka, ada cogan nya" Ucap Ara sembari menegakkan badannya.
"Ye.. pikiran lo isinya cogan mulu" Balas Dinda sembari menatap Ara yang sangat antusias.
Sedangkan Lia hanya terdiam, dan mengalihkan pandangannya menuju ketua kelasnya "Emang kita bakal main apa Ri?" Tanya Lia kepada Rio.
"Main bola basket" Jawab Rio diangguki Lia, sedangkan Ara memekik.
"Ah Pak Heri emang paling mantep deh, kalau gini terus mah gue mau kok berjemur di lapangan. Yang penting bisa liat cogan" Ucap Ara kembali membuat Dinda memutar bola matanya malas.
"Tadi lo yang paling sering ngeluh karena panas, sekarang malah yang paling semangat" Cibir Dinda.
Ara akan membalas ucapan Dinda namun terhenti saat suara yang berasal dari seorang pria menghentikan ucapannya.
"Pagi anak anak, maaf bapak baru menemui kalian sekarang. Hari ini kelas kalian akan bermain bersama kelas 10, kelompok terbagi menjadi 2 ya. Tim putra dan tim putri" Jelas Pak Heri membuat seluruh siswi riuh.
"Perempuan juga ikut main Pak?" Tanya seorang siswi kepada Pak Heri.
"Tentu saja, kalian para perempuan pun harus ikut bermain. Jangan hanya menonton saja" Ucap Pak Heri membuat seluruh siswi bersorak.
"Panas panas gini disuruh ikutan main? Item udah muka gue" Gumam Ara saat mendengar perkataan Pak Heri.
"Kulit Lo mana bisa item, pake skincare mulu" Timpal Dinda yang sudah mengetahui Ara.
"Tapi asik juga kalau bola basket, gue malah suka kalau gini" Lanjut Dinda dibalas gelengan oleh Ara.
Tak lama lapangan kedatangan siswa dan siswi yang merupakan adik kelas mereka, atau bisa disebut kelas 10. Bahkan banyak diantara mereka yang memiliki tinggi seperti kelas 11.
"Banyak yang ganteng woy!" Pekik Ara dengan tak malunya, sedangkan Dinda hanya bisa meringis pelan melihat kelakuan memalukan dari sahabatnya ini.
'Bukan sahabat gue' Ucap Dinda dalam hati.
Lia terus memperhatikan para siswa dan siswa yang memasuki lapangan basket saat ini, namun sesaat kemudian ia terkejut saat melihat seseorang yang sangat ia kenali.
Tak berselang lama, Lia memalingkan mukanya ke kiri dengan tatapan yang jatuh pada tanah. Ia memainkan sepatunya sembari bersenandung.
'Kenapa harus sama sih' Ucap Lia dalam hatinya.
"Baik, masing masing kelas membuat 5 perwakilan untuk menjadi tim" Perintah Pak Heri dengan tegas.
"Sudah dipilih tim masing masing kelas?" Tanya Pak Heri yang diangguki kedua kelas.
"Siapa yang akan menjadi ketua dari kelas 10?" Tanya Pak Heri kembali kepada murid kelas 10.
"ARION PAK!!!" Jawab seluruh kelas 10 dengan serentak. Terlebih para siswi kelas nya yang sangat antusias saat menyebutkan nama Arion.
"Ayo, yang menjadi ketua diharapkan kedepan" Perintah Pak Heri. Arion yang mewakili kelas 10 berjalan ke depan seperti lelaki yang mewakili kelas Lia.
"Li, itu Arion Li" Panggil Dinda dengan pelan kepada Lia yang setia memainkan sepatunya tak berniat memperhatikan.
Sedangkan Lia hanya berdehem membuat Dinda memaksa Lia untuk menatap ke arah kanan. Mau tak mau Lia pun membalikkan tubuhnya mengikuti gerakan Dinda, pandangannya pun terhenti tepat di manik hitam yang belakangan ini sering ia lihat.
Lia menatap manik itu sesaat sebelum ia mengakhirinya dengan menatap ke arah lain, ini sudah lebih dari dua kali ia bertemu dan menatap manik hitam itu dan ada keganjalan di hatinya pula saat melihat manik itu.
Dinda yang memperhatikan Lia mengerutkan dahinya "Sebegitunya Lo gak mau lihat dia Li? Emang kenapa sih?" Tanya Dinda kepada sahabatnya itu.
Lia mengalihkan pandangannya menuju Dinda sembari mengangkat bahunya "Gue juga gak ngerti Din" Jawab Lia membuat Dinda bertambah bingung.
Ara menatap kedua sahabatnya yang sedari tadi bicara "Lo pada ngomongin apa sih? nggak ngajak ngajak gue lagi" Ucap Ara dengan nada curiga.
"Kepo Lo kayak Dora" Ejek Dinda membuat Ara mendengus dan memalingkan mukanya.
Sedangkan Dinda kembali menatap Lia "Liat kedepan Li, jangan malingin muka terus.... ada cogan di depan mata jangan di sia siain" Ucap Dinda sembari mengedipkan matanya.
Lia hanya menatap Dinda lalu mengalihkan Kembali tatapannya menuju depan. Pemilik manik hitam itu mulai bermain basket dengan kelasnya yang sebagai lawan.
Dapat Lia lihat manik itu sangat serius menatap ke arah lawannya, dengan lihai pula pemilik manik hitam itu memainkan bola basket dan memasukkannya kedalam ring.
"Din, Arion Arion itu keren juga ya main basketnya" Puji Ara sembari menatap kagum Arion.
Dinda memincingkan matanya menatap Ara "Lo suka sama Arion?" Tanya Dinda sembari melirik Lia yang tengah memperhatikan Arion.
"Enggak juga, gue malah suka sama yang cowok blasteran" Jawab Ara mengalihkan pandangannya menuju lelaki yang menjadi sahabat Arion.
"Gue kirain Lo suka sama Arion" Ucap Dinda, lalu melirik sekilas ke arah Lia.
Gadis berambut coklat itu sibuk memperhatikan Arion yang terus bermain, apa Lia menyukai adik kelas nya itu?
"Li, Lo suka sama Arion ya?" Pertanyaan Dinda yang tiba tiba membuat Lia menatap Dinda terkejut.
"Ha? maksudnya?" Ucap Lia tak mengerti.
"Ya Lo suka sama Arion? gue liat Lo merhatiin dia terus" Ucap Dinda santai namun berbeda dengan Lia yang menampilkan raut wajah terkejut.
"Gue gak merhatiin dia kok, gue lagi merhatiin anak lain" Elak Lia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tak lama permainan antara kedua tim putra telah selesai, dan kedua tim pun dipersilahkan untuk beristirahat. Sedangkan Lia mengambil sebuah tempat minum miliknya dan membukanya.
Namun saat akan meminumnya sebuah tangan mengambil minuman Lia tanpa permisi lalu meminumnya hingga tandas. Lia hanya menatap orang tersebut dengan tatapan melongo seperti Dinda dan Ara.
"Thank's" Ucap orang tersebut sembari memberikan tempat minum yang telah kosong, lalu pergi menjauh meninggalkan Lia yang masih terkejut.
"Li, tadi beneran?" Tanya Dinda dengan wajah linglung nya.
"Demi apa Din, dia ngambil minumannya Lia" Timpal Ara seperti Dinda.
"Sekarang tim putri dari kedua kelas harap berkumpul" Perintah Pak Heri membuyarkan lamunan ketiga perempuan tersebut.
"Eh, yang dari cewek gak ada yang wakilin?" Tanya Dinda saat menyadari bahwa tak ada perwakilan perempuan dari kelasnya.
"Eh iya juga ya" Timpal Ara sembari mengedarkan pandangannya.
"Yang dari kelas 11 mana?" Tanya Pak Heri namun tak ada yang menjawab.
"Lia Lia" Panggil lelaki yang menjadi ketua perwakilan kelas Lia.
Lia mengalihkan pandanganya menuju lelaki itu "Kenapa Ka?" Tanya Lia kepada Arka.
"Lo gak maju?" Tanya balik Arka dijawab gelengan oleh Lia.
"Lo maju aja gih, kan Lo pinter basket Li" Bujuk Arka yang masih dijawab gelengan oleh Lia.
"Gue gak bisa Ka" Ucap Lia kekeh.
"Ini gak ada yang mau maju?" Suara Pak Heri terdengar kembali membuat Lia menatap ke arah Pak Heri.
"Lia pak!" Teriak Arka sembari menunjuk Lia membuat gadis itu menatap Arka tak percaya.
"Ish gue kan-"
"Lia ayo maju, Ara dan Dinda juga" Perintah Pak Heri membuat kedua sahabat Lia ikut terkejut.
"Tapi pak saya gak bisa main basket" Bantah Ara kepada Pak Heri.
"Gak apa apa, yang penting kalian mewakili kelas" Ucap Pak Heri santai membuat Ara menggerucutkan bibirnya.
Lia menghela nafasnya lalu berdiri sembari menarik kedua sahabatnya untuk ketengah lapangan, Pak Heri pun menunjuk 2 perempuan lain untuk ikut.
"Baik, siapa yang akan menjadi ketua dari masing masing tim?" Tanya Pak Heri membuat seluruh kelas 11 berteriak riuh.
"LIA PAK!" Ucap mereka serempak membuat Lia terkejut kembali.
Sedangkan Ara dan Dinda hanya bisa menahan tawa nya melihat wajah Lia, mereka sudah menduga bahwa pilihan seluruh kelas nya akan jatuh kepada Lia.
"Yang semangat Li" Ucap Ara membuat Lia mendengus.
Permainan bola basket pun dimulai, dari kedua kelas sama sama menyemangati perwakilan kelas mereka. Terlebih kelas 11 yang sangat antusias menyemangati Lia saat ia dengan lincahnya memainkan bola basket dan memasukkannya ke dalam ring.
Tak dapat diragukan bahwa keahlian nya dalam bola basket sangat bagus. Ia terus memainkan bola besar tersebut dengan serius, sampa ia pun tak menyadari bahwa ada seseorang yang terus memperhatikannya sedari tadi.
"Ar cewek yang tadi Lo ambil minumnya itu jago juga mainnya" Ucap lelaki bermanik coklat yang tak lain adalah Ferrel, dan yang sedang ia bicarakan adalah Lia yang tengah bermain.
Arion menatap Ferrel dengan alis yang terangkat sebelah. Memang Arion adalah pelaku yang mengambil botol minum Lia tanpa permisi dan meneguknya hingga tandas, dan lelaki itu hanya bersikap seolah olah ia tak mempunyai masalah.
"Kenapa? Lo suka ya sama gebetannya Rion" Ucap Rian dengan tatapan selidiknya.
"Enak aja Lo! yakali gue nikung sahabat gue sendiri" Ucap Ferrel tak terima dengan perkataan sahabatnya itu.
"Terus ngapain Lo ngomongin itu cewek sampe muji muji kalau bukan suka?" Balas Rian dengan tampang santainya, Ferrel yang panik pun menatap Arion sembari menggelengkan kepalanya.
"Sumpah Ar, gue gak suka sama gebetan Lo kok"
"Halah, jangan percaya Ar, Lo tau sendiri tuh anak kan suka banget sama yang bening bening" Timpal Rian memprovokasi kedua sahabatnya membuat Ferrel menatap Rian dengan tajam.
"Lemes banget tuh mulut kek cewek" Ledek Ferrel membuat Rian tak terima.
"Mulut mulut gue, ngapa Lo jadi yang ribet" Balas Rian tak kalah sengitnya, keduanya kembali beradu mulut satu sama lain. Sedangkan Arion hanya menatap keduanya malas lalu kembali menatap ke arah Lia yang masih terus bermain.
Namum perhatiannya terpecah saat kedua sahabatnya masih terus berdebat satu sama lain tanpa ada yang ingin mengalah. Terkadang ia berfikir kenapa bisa ia bertahan dengan keduanya.
"Berisik" Ketus Arion membuat kedua sahabatnya menatap satu sama lain.
"Tuh anak curut yang mulai" Ucap Rian sembari menunjuk Ferrel.
"He! sembarangan Lo ngomong gue curut! dasar Dugong" Timpal Ferrel tak terima dengan ucapan Rian.
"Muka ganteng gini Lo bilang Dugong? kaga salah alamat tuh" Ucap Rian dengan PD nya menunjukkan bahwa dirinya tampan.
"Halah muka pas pas an gitu juga cocok gue samain sama Dugong" Ucap Ferrel.
"Wah ngajak baku hantam Lo! Sini sini belum rasain kan Lo tinju andalan gue" Ucap Rian sembari memperlihatkan kepalan tangannya dan ditujukan kedepan muka Ferrel.
"Hayo sini gelud sama gue" Ferrel pun tak kalah semangat nya sembari menarik kerah baju olahraganya.
"FERREL RIAN APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" Ucap Pak Heri membuat keduanya terdiam kaku.
"Anu pak-" Gugup Rian dengan muka pucatnya, begitupun Ferrel yang terdiam sama seperti Rian.
"Anu anu, daritadi saya perhatikan kalian berdua hanya ribut terus!" Ucap Pak Heri dengan tampang galaknya, seluruh siswa dari kedua kelas pun mulai memperhatikan Ferrel dan Rian. Begitupun dengan Lia beserta kedua sahabatnya, mereka telah selesai bermain dan istirahat sembari meluruskan kedua kaki.
Sedangkan Arion hanya terus menatap ke arah Lia tak memperhatikan kedua sahabatnya yang tengah dimarahi oleh Pak Heri. Ia tak memperdulikan kedua sahabatnya itu.
"Karena kalian bermain main di pelajaran saya! kalian harus membersihkan gudang sekolah!" Perintah Pak Heri membuat keduanya membelakak menatap Pak Heri.
Ayolah, baru saja mereka mulai masuk sekolah sudah mendapat hukuman membersihkan gudang.
"Setelah jam pelajaran saya, kalian harus sudah melakukan perintah saya. mengerti!" Ucap Pak Heri diangguki keduanya.
Keduanya hanya bisa pasrah melakukan perintah Pak Heri dengan wajah lesu. Hari ini merupakan hari terburuk baginya di sekolah.
.
.
.
.
.