"Gue masih ngakak ngelihat wajah mereka yang lesu banget gara gara di kasih hukuman sama Pak Heri" Ucap Ara sembari tertawa.
Mereka sedang menceritakan kedua orang lelaki yang diberi hukuman oleh Pak Heri saat pelajaran berlangsung. Kalian pasti tau siapa kedua orang tersebut, ya Ferrel dan Rian. Kedua lelaki yang tak mempunyai urat malu yang buruknya mereka adalah teman dari seorang Arion Kavin Pramudi.
"Orang lagi menderita malah diketawain" Ucap Dinda sembari menggelengkan kepalanya saat melihat Ara yang tak henti hentinya tertawa setelah pelajaran olahraga berlangsung.
"Gue bukannya seneng ngelihat mereka kena hukuman, cuman gue tuh ngakak sama muka mereka itu loh" Jelas Ara lalu kembali tertawa.
"Iya juga sih, muka mereka emang ngakak" Timpal Dinda sembari tertawa kecil.
"Udah udah, jangan ketawa mulu. ini siapa yang mau pesen makanan?" Tanya Lia membuat kedua sahabatnya berhenti tertawa.
"Gue aja deh mumpung lagi mood" Ucap Ara.
"Eh Ra, gue sekalian pesen air mineral ya" Ucap Lia diangguki Ara, gadis itu pun pergi memesan makanan.
"Air Lo habis apa?" Tanya Dinda kepada Lia.
"Iya habis, nih gak ada sisa" Jawab Lia sembari menunjukkan botol minumnya yang tak berisi.
"Gak nyisa dong" Ucap Dinda saat melihat botol tersebut membuat Lia mendengus.
"Iya, padahal gue sengaja bawa minum karena olahraga eh malah di habisin sama orang" Cibir Lia kepada pelaku yang meminum air miliknya.
Dinda yang melihat raut wajah kesal Lia hanya bisa tertawa "Gue masih gak nyangka sih Li, adek kelas ngambil minum kakak kelas nya tanpa ijin. Kejadian langka" Ucap Dinda lalu kembali tertawa.
"Lo malah ketawa lagi" Timpal Lia membuat Dinda bertambah tertawa.
"Ngapa Lo ketawa Din? kesurupan?" Tanya Ara yang membawa nampan berisi makanan.
Dinda berhenti tertawa lalu memukul kepala Ara dengan sendok yang ia pegang "Enak aja Lo kalau ngomong" Ucap Dinda sembari menatap Ara yang meringis.
"Ya gak usah mukul juga ish" Kesal Ara mengelus area kepala yang terkena pukulan.
"Makanya jangan asal ngomong kalau gak mau gue getok" Balas Dinda lalu mulai makan makanan yang berada di mangkok.
"Nih Li, air mineral nya" Ucap Ara mengulurkan botol mineral kepada Lia.
"Makasih Ra" Ucap Lia diangguki gadis itu.
Ketiga nya mulai memakan makanan mereka, namun ketenangan mereka hilang disaat Pak Heri berjalan ke arah meja mereka.
"Pak Heri" Ucap Dinda saat guru olahraganya itu berada di hadapan mereka.
"Maaf ya bapak menunda istirahat kalian" Ucap Pak Heri dijawab gelengan oleh ketiganya.
"Gak apa apa ko pak, ada yang bisa kita bantu pak?" Tanya Ara kepada Pak Heri.
"Gini saya ada acara mendadak di luar sekolah maka dari itu saya mau minta tolong kalian untuk mengawasi dua orang yang saya hukum untuk membersihkan kelas" Ucap Pak Heri membuat ketiga gadis tersebut terkejut dan saling memandang satu sama lain.
"Bagaimana kalian bisa?" Tanya Pak Heri.
Lia menatap kedua temannya itu yang dibalas anggukan oleh keduanya, ia pun mengalihkan pandanganya menuju Pak Heri "Bisa pak" Jawab Lia.
"Ya sudah kalau mereka telah menyelesaikan hukumannya kalian bisa lapor ke bapak ya" Ucap Pak Heri diangguki ketiganya. Pria tersebut berlalu dari meja Lia dan pergi meninggalkan kantin.
"Nahkan gara gara Lo Ra ketawain dua orang itu, kita jadi disuruh ngawasin mereka kan" Tuduh Dinda kepada Ara.
"Loh kok jadi gue sih? kan Lo juga ikutan ketawa" Timpal Ara tak terima dituduhkan.
"Ya tapi kan Lo yang paling seneng banget" Balas Dinda membuat Ara mendengus.
"Gue mulu yang disalahin perasaan" Gumam Ara lalu mulai melanjutkan makannya.
Ketiganya mulai melanjutkan makan mereka yang tertunda lalu melakukan tugas mereka untuk mengawasi dua sahabat Arion yang menjalankan hukuman.
"Ayo ke gudang sekarang" Ajak Lia kepada kedua sahabatnya.
"Gue males Li" Ucap Ara yang masih duduk sembari menyenderkan kepalanya pada lipatan tangan yang berada di atas meja.
"Gak usah males" Ucap Dinda sembari menjewer telinga Ara.
"Dinda lepasin ish" Ucap Ara yang kesakitan.
"Berdiri dulu" Perintah Dinda yang mau tak mau dilakukan oleh Ara.
"Gitu kek dari tadi" Cibir Dinda kepada sahabatnya itu.
"Kalian aja ya yang ke gudang, gue males banget nih" Keluh Ara dengan raut malasnya.
"He! yang disuruh itu kita bertiga, berarti kita semua ke gudang. Lo juga kan tadi setuju terus ngangguk ngangguk ke Lia" Ucap Dinda membuat Ara menggerucutkan bibirnya.
"Tapi gue males Din" Rengek Ara sembari menghetak hentakan kakinya.
"Jangan malesan jadi orang, lagipula di gudang juga nanti ketemu sama cogan Lo itu" Ucap Dinda mengingatkan Ara kepada Rian.
"Oh iya gue lupa! Ya udah ayo ke gudang" Ucap Ara dengan semangatnya lalu menarik lengan kedua sahabatnya.
"Masalah cogan aja nomor satu" Gumam Dinda, ia dan Lia pun hanya pasrah saat tangan Ara menuntun mereka menuju gudang sekolah.
Disaat ketiganya telah berada di gudang sekolah, Ara secara tiba tiba menghentikan jalannya membuat Dinda dan Lia pun ikut terhenti.
"Kenapa malah berhenti?" Tanya Dinda sembari menatap Ara yang terdiam.
Sedangkan Ara menatap ke dua sahabatnya di belakang "Gue bingung masuknya gimana" Ucap Ara sembari menggaruk leher belakangnya.
Dinda berdecak saat mendengar ucapan Ara lalu menatap Lia yang menatap nya pula "Siapa yang mau masuk duluan?" Tanya Dinda kepada Lia.
"Lo aja Li" Tunjuk Ara membuat Lia menatap Ara sembari menaikkan alisnya.
"Kenapa jadi gue? Lo mau gak Din?" Tanya Lia balik kepada Dinda yang kembali berdecak.
"Yaudah gue aja yang masuk duluan" Putus Dinda lalu berjalan kedepan pintu gudang, ia pun memegang kenop pintu lalu membuka pintu tersebut.
"Permisi" Ucap Dinda sembari mengedarkan pandangannya dan menemukan kedua lelaki yang sedang membersihkan barang barang di gudang. Dan ada satu lelaki lagi yang sedang memainkan ponselnya.
Menyadari kedatangan seseorang ketiga lelaki tersebut menatap ke arah Dinda yang juga menatap mereka dengan senyuman tipis.
"Ada apa ya ka?" Tanya Ferrel saat melihat kakak kelasnya datang ke gudang sekolah, ia pun cukup mengetahui bahwa perempuan tersebut adalah anggota OSIS.
Dinda menatap Lia dan Ara dan menarik kedua sahabatnya itu memasuki gudang, Dinda mengisyaratkan Lia untuk berbicara kepada ketiga lelaki itu.
Lia hanya mendengus lalu berjalan ke depan dan menatap ketiga lelaki itu "Maaf ya kita ganggu kalian, kita bertiga disini ditugasin sama Pak Heri buat ngawasin kalian di gudang" Ucap Lia dengan sedikit formal.
Rian dan Ferrel berpandangan sesaat lalu menatap ketiga perempuan tersebut sembari menganggukan kepala mereka "Oh iya ka, tadi Pak Heri juga udah kasih tau ke kita" Ucap Rian kepada ketiganya.
"Ya udah kalian lanjutin aja gak papa" Ucap Ara dengan senyuman manis nya.
Rian dan Ferrel kembali melanjutkan membersihkan gudang tersebut. Dinda menatap ke arah Arion yang masih memainkan ponselnya lalu menatap Lia.
"Li, kita duduk disitu yuk" Ucap Dinda di telinga Lia sembari mengarahkan tujuan ke samping Arion yang kosong.
Ara yang ikut mendengar ucapan Dinda pun ikut mendekatkan diri nya "Iya, Lo duluan Li" Titah Ara membuat Lia mendelik.
"Nggak nggak, kalian aja yang duluan gue gak mau duluan" Ucap Lia sembari memalingkan wajahnya.
"Ayo lah Li, Lo duluan aja" Bujuk Dinda diangguki oleh Ara.
"Kenapa gak kalian aja" Ucap Lia membuat Dinda dan Ara tersenyum.
"Kita gak berani" Ucap mereka serempak membuat Lia mendengus.
Mau tak mau Lia berjalan ke arah Arion lalu duduk di samping lelaki itu diikuti oleh Dinda dan Ara yang duduk di samping Lia. Dan Arion pun tetap terdiam memainkan ponselnya merasa tak masalah saat Lia duduk di sampingnya.
"Nah kan gue bilang juga apa Li, dia tetep aja anteng tuh" Bisik Dinda di samping Lia sembari menatap Arion yang terdiam.
Lia hanya diam tak menanggapi ucapan Dinda, ia menatap ke bawah sembari memainkan sepatunya kembali lalu menatap ke arah Rian dan Ferrel yang beradu mulut.
"Sorry" Suara Arion membuat Lia mengalihkan pandangannya menuju lelaki itu.
Dapat dilihat pula Arion yang menatap dengan mata hitamnya membuat Lia menegang sesaat, mata Arion membuat Lia terpaku akan kegelapan manik lelaki itu.
"Buat?" Tanya Lia yang masih menatap manik Arion.
"Minuman" Ucap Arion singkat namun dapat Lia mengerti maksud dari perkataan lelaki itu.
Lia mengalihkan pandangannya lalu menatap ke depan "Gak masalah, lain kali jangan ngambil seenaknya punya orang" Ucap Lia membuat Arion terkekeh pelan.
Lia yang mendengar kekehan tersebut menatap ke arah Arion dengan alis yang terangkan "Kenapa?" Tanya Lia dijawab gelengan oleh lelaki itu.
"Gue Arion" Ucap Arion memperkenalkan namanya.
"Gue Lia" Ucap Lia balik memperkenalkan dirinya.
"Gue udah tau" Lia menatap Arion dengan pandangan bertanya.
"Lo udah tau nama gue?" Tanya Lia diangguki Arion.
"Kita pernah ketemu sebelumnya kah?" Tanya Lia kembali dan diangguki Arion, melihat anggukan dari Arion membuat Lia memutar otaknya untuk mengingat apakah ia pernah bertemu oleh lelaki itu.
"Gak usah dipaksa buat inget" Ucap Arion yang mengetahui jika Lia sedang mengingat akan dirinya.
"Tapi gue rasa kita gak pernah ketemu" Gumam Lia saat tak mengingat apapun tentang lelaki itu.
Arion hanya tersenyum sangat tipis sembari menatap Lia "Gue paham" Ucap Arion lalu memainkan ponselnya.
'Aneh' Batin Lia sembari menatap Arion yang masih memainkan ponselnya.
Setelah percakapan mereka usai, Lia menatap Dinda dan Ara yang membantu kedua sahabat Arion untuk membersihkan barang barang. Lia bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah keempat orang terdebut.
"Din, Ra" Panggil Lia membuat kedua perempuan tersebut menatap ke arah Lia.
"Udah selesai Li ngobrolnya?" Tanya Dinda dengan nada menggoda, dan Ara pun memperlihatkan raut wajah yang seperti Dinda.
"Kalian kenapa sih?" Tanya Lia tak mengerti membuat kedua sahabatnya memutar bola matanya malas.
"Yaelah malah pura pura gak ngerti lagi Ra" Ucap Dinda kepada Ara dan diangguki gadis itu.
"Tau, padahal tadi kayaknya dunia berasa milik mereka berdua" Timpal Ara membuat Lia mengerutkan dahinya.
"Kalian ngomongin apaan sih?" Tanya Lia.
"Ya Lo lah, yang daritadi ngobrol siapa. Hantu gitu?" Ucap Ara dengan nada kesalnya.
"Ya gue kira Lo lagi ngomongin orang lain" Acuh Lia lalu menatap Rian dan Ferrel yang membelakangi mereka.
"Gue ikut bantu aja gimana?" Usul Lia kepada kedua sahabatnya.
"Gue gak tau, tanya aja sama mereka" Ucap Dinda sembari menunjuk Rian dan Ferrel dengan dagunya.
Lia menghampiri kedua lelaki tersebut. Keduanya pun terkejut saat menyadari kehadiran Lia disamping mereka.
"Em.. gue boleh ikut bantu gak?" Tanya Lia kepada keduanya.
Ferrel dan Rian pun hanya saling pandang seperti sedang berbicara melalui tatapan mereka. Lia yang melihat mereka hanya mengerutkan dahinya.
"Gimana?" Tanya Lia membuat tatapan kedua lelaki tersebut terhenti.
"Tanya sama Arion aja ka" Ucap Rian membuat Dinda dan Ara yang mendengarnya mengerutkan dahi.
"Kenapa harus tanya dia?" Tanya Dinda diangguki Ara.
"Kita ngikut Arion ka, jadi dia yang mutusin semuanya" Jelas Ferrel sembari menggaruk leher belakangnya.
Lia menatap ke arah Arion yang setia memainkan ponselnya, lalu kembali menatap ke arah Rian dan Ferrel yang berada di hadapannya.
"Langsung aja ya gak usah nanya" Ucap Lia. Ia sedikit malas untuk bertanya kepada lelaki itu.
"Iya mending langsung aja, sebentar lagi mau bel masuk juga" Timpal Ara yang melihat jam tangan di lengannya.
Pada akhirnya Rian dan Ferrel pun kembali membersihkan gudang sekolah ditemani Lia dan kedua sahabat gadis itu. Kelima orang tersebut bersama sama membersihkan barang barang dengan cepat. Dan semuanya tak lepas dari pandangan Arion.
.
.
.
.
.