"Huwaa gue kenyang banget" Ucap Ara sembari mengusap perutnya.
Ia menatap Lia dan Dinda lalu melihat ponsel "Pulang sekarang yuk, udah sore banget nih"
Dinda mendengus sembari menatap Ara "Lo makannya kelamaan" Ketus Dinda membuat Ara mencebikkan bibirnya.
"Kalau gitu kenapa harus nungguin gue makan? Lo bisa pulang duluan kan" Ucap Ara dengan tak terima.
"Hilih, tadi aja Lo marah marah kan gara gara gue sama Lia tinggalin" Ledek Dinda dihadiahi pelototan dari Ara.
"Kalau itu sih emang salah kalian, makanya gue marah marah" Elak Ara memalingkan wajahnya sembari bersedekap dada.
"Udah deh, daritadi ribut Mulu. Ayo sekarang pulang" Sahut Lia kembali menengahi keduanya.
Ketiga gadis itu pergi meninggalkan kantin, di sepanjang koridor pun mereka tak mengatakan apapun. Ara masih dengan mode marahnya yang tidak mengeluarkan celotehannya.
Saat akan mencapai gerbang sekolah. Lia menemukan Pak Ali yang sudah berada di lingkungan sekolah.
"Gue duluan ya" Ucap Lia kepada Ara dan Dinda.
"Iya, Lo pulang aja duluan biar gue sama Ara" Sahut Dinda membuat Ara menatapnya dengan sinis.
"Siapa yang mau sama Lo? perasaan gue gak ngomong tuh" Cibir Ara kembali memalingkan wajahnya.
Lia menggelengkan kepalanya melihat tingkah, ia beralih menatap Dinda "Gak usah di ladenin, dia lagi mode ngambek" Ucap Lia dengan pelan diangguki Dinda.
"Hm... biar gue yang urus, udah sana Lo balik aja" Akhirnya Lia meninggalkan kedua sahabatnya itu, dan menghampiri Pak Ali. Setelahnya mobil yang ditumpangi oleh Lia pergi meninggalkan lingkungan sekolah.
Dinda melirik Ara yang masih memalingkan wajahnya, ia menghela nafas sesaat dan menatap Ara "Lo kapan mau pulang? Gue mau pulang nih"
Ara menatap sekilas Dinda dan kembali membuang muka "Pulang aja duluan, gue mau disini dulu" Ucap Ara dengan ketus membuat Dinda menatapnya sembari mengerutkan dahi.
"Bener nih gue pulang duluan? Lo sendiri loh yang nyuruh gue pulang duluan aja" Sahut Dinda yang dibalas dengusan Ara.
"Iya, sana aja udah. Gue pulangnya masih lama" Dinda mengangguk beberapa kali lalu menatap Ara.
"Yaudah gue pulang duluan ya" Ucap Dinda membuat Ara berdehem sebagai balasan.
Dinda berjalan meninggalkan Ara sembari bersenandung kecil. Sedangkan Ara yang melihat Dinda benar benar pergi mendengus pelan. Ia kesal karena Dinda tak peka dengan Ara yang sedang marah.
"Sahabat gak pengertian emang, orang masih marah kayak gini malah ditinggal jahat!" Gumam Ara sembari menendang salah satu batu yang berukuran sedang dengan kuat.
Puk!
Ara membelakak sembari menutup mulut dengan tangan saat melihat batu yang ia tendang mengenai seseorang tepat di kepala belakangnya.
"Astaga, kenapa bisa kena orang" Ucap Ara dengan panik. Ia menggigit kuku jari tangan nya karena bingung ingin menghampiri orang tersebut atau tidak.
'Gue kesana aja kali ya, minta maaf daripada lari' Batin Ara. Ia memutuskan menghampiri orang tersebut dengan langkahan yang pelan.
"Eh sorry gue gak sengaja" Ucap Ara pelan sembari mendekat untuk melihat wajah orang yang terkena batu.
"Lo!" Dengan spontan Ara menegakkan tubuh sembari menunjuk tepat orang tersebut.
'Kenapa harus kena dia coba? malu gue' Batin Ara menatap orang tersebut dengan tatapan cemas.
"Aduh, gue minta maaf banget. Gue gak sengaja, sorry banget"
"Gak apa apa ka" Balas orang tersebut menatap Ara dengan senyuman.
Ara menatap kepala orang tersebut dengan khawatir, tangannya terjulur mengenai kepala yang terkena batu yang ia tendang.
"Pasti sakit banget ya? Aduh sumpah gue gak sengaja nendang batunya malah kena Lo" Ara sedikit mengelus kepala tersebut dengan kaki yang sedikit berjinjit karena tinggi orang tersebut melebihi dirinya.
"Iya ka gak apa apa, gak terlalu sakit juga" Sahut orang tersebut menatap Ara canggung karena gadis itu mengelus kepalanya.
Ara menjauhkan tangan dari kepala orang tersebut dan menatap orang yang dihadapanya dengan tatapan terpesona.
'Dari deket gantengnya overdosis, gue gak kuat ngeliat ciptaan sesempurna ini' Setelah berperang dengan pikirannya Ara kembali tersadar dan berdehem pelan.
"A-anu i-itu aduh gue mau ngomong apa sih" Rutuk Ara kepada dirinya yang tidak bisa berbicara dengan jelas.
Sedangkan orang tersebut tertawa melihat tingkah Ara yang terlihat menggemaskan. Namun berbeda dengan Ara yang menatap orang tersebut dengan pandangan tak percaya.
'Ketawa aja ganteng woy!' Pekik Ara dalam hatinya.
Ara cengengesan sembari menaruh kedua tangan di depan dengan saling bertautan "Eum... gue boleh nanya?" Tanya Ara dengan wajah yang terlihat gugup.
"Boleh ka, tanya aja" Jawaban orang dihadapannya membuat Ara kesenangan.
"Gue... eum... Lo namanya siapa? Gue Ara anak 11 IPA 2" Ara mengulurkan tangannya tepat dihadapan orang tersebut.
"Ryan ka, anak 10 IPA 4" Ryan membalas uluran tangan Ara sembari tersenyum.
Semburat merah muncul di pipi Ara saat menerima balasan uluran tangan dari Ryan. Baginya hari ini adalah hari keberuntungan karena dapat bertemu lelaki yang sudah ia perhatikan.
"Oo o-oke Ryan salam kenal" Ucap Ara terbata sembari menarik kembali tangannya.
Ryan terus tersenyum menatap Ara membuat gadis itu bertambah gugup.
"Lo belum pulang?" Tanya Ara mengalihkan kegugupannya.
"Belum Ka, kalau Ka Ara sendiri?" Tanya balik Ryan yang entah mengapa membuat Ara bertambah senang.
'Demi apa?! Gue dipanggil Ka Ara? Arggh cara ngomongnya aja bikin gue gemes' Ara tersenyum lebar saat mendengar ucapan Ryan.
"Gue nggak ada jemputan" Jawab Ara yang dibalas anggukan paham oleh Ryan.
"Kalau gitu, mau bareng sama gue aja Ka?" Tawar Ryan secara tiba tiba membuat Ara terdiam kaku.
"Lo mau anterin gue?" Tanya Ara sembari menunjuk dirinya sendiri.
Ryan mengangguk sembari tersenyum "Kalau Ka Ara mau sih gak apa apa, tapi kalau-"
"Gue mau!" Potong Ara dengan cepat diakhiri cengengesan.
"Kalau gitu gue ambil dulu motor di parkiran ya ka" Ara mengangguk semangat masih mempertahankan senyumnya, ia masih tersenyum walaupun Ryan sudah pergi jauh menuju parkiran.
Setelah kepergian Ryan, tanpa aba aba Ara berjingkrak senang seperti anak kecil "Yes yes yes"
"Aaa gue mimpi apa hari ini sih? sampe bisa dapet keberuntungan kayak gini" Senang Ara yang terlihat sangat senang.
Tetapi sedetik kemudian raut wajah Ara terlihat seperti biasa dengan bibir dalam yang ia gigit agar menahan senyuman. Ia menatap Ryan yang mengendarai motor ke arahnya.
"Ayo Ka" Ara mengangguk dan berjalan menuju belakang Ryan.
Saat akan menaiki motor sebuah tangan terulur tepat dihadapan Ara. Ara menatap tangan Ryan sesaat lalu membalas uluran tangan lelaki itu dan menaiki motor.
Kemudian tak lama motor Ryan meninggalkan halaman sekolah. Ryan fokus mengendarai motornya namun berbeda dengan Ara yang terlihat tak dapat berhenti tersenyum lebar. Bahkan agar tak terlihat begitu senang Ara berusaha menahan senyuman dengan menggigit bibir bagian dalamnya.
"Ka, boleh kita mampir dulu di minimarket?" Tanya Ryan sedikit membelakangkan tubuhnya agar Ara dapat lebih jelas mendengar suaranya.
"Oo iya boleh" Jawab Ara diangguki singkat oleh Ryan.
Saat menemukan sebuah minimarket, motor sport Ryan terhenti dan memarkirkan motornya. Ara menuruni motor diikuti oleh Ryan yang juga membuka helmnya.
"Tunggu disini sebentar ya ka" Ara mengangguk mengiyakan sembari tersenyum. Sedangkan Ryan telah pergi memasuki minimarket tersebut.
Ara yang menunggu Ryan teralih menatap tangan yang tadi sempat bersentuhan dengan tangan Ryan, ah tidak bahkan lebih dari bersentuhan. Tangan keduanya seperti saling MENGGENGGAM!
"Kalau gini caranya gue gak bakal cuci deh nih tangan, biar gak ilang habis megang tangan cogannya" Gumam Ara sembari tersenyum senyum sendiri.
"Ka sorry ya lama" Ryan menghampiri Ara membuat gadis itu menormalkan raut wajahnya.
"Nggak nunggu lama kok" Ucap Ara. sesaat kemudian Ryan mengulurkan sebuah minuman kepada Ara membuat Ara menatap Ryan.
"Ini Ka, tadi gue sengaja beli minum takutnya Ka Ara haus" Entah sudah berapa kali Ara dibuat terkejut sekaligus sangat senang saat melihat perilaku Ryan yang sangat baik kepadanya.
"Eh e-um makasih ya" Ara dengan gugup menerima minuman tersebut sembari menatap Ryan yang tersenyum ke arahnya.
"Sama sama Ka, kita langsung aja kan?" Tanya Ryan yang diangguki oleh Ara.
Keduanya kembali melanjutkan perjalanan, Ryan yang mengantar Ara kakak kelasnya untuk pertama kalinya. Dan Ara, yang pertama kalinya juga bisa merasa berdekatan dengan lelaki yang sudah menjadi incarannya.
Butuh waktu beberapa menit setelah dari minimarket, hingga motor sport milik Ryan terhenti di salah satu rumah yang terbilang mewah.
"Ryan, makasih udah mau nganterin gue" Ucap Ara dengan senyuman.
"Oh iya makasih juga buat minumannya" Tunjuk Ara kepada minuman yang ia genggam.
"Sama sama Ka, kalau gitu gue langsung duluan aja ya Ka"
"Eum iya... Hati hati di jalan Ryan" Ucap Ara dengan pelan namun masih di dengar oleh Ryan.
Ryan yang mendengarnya hanya tersenyum menatap Ara "Semoga kita ketemu lagi Ka" Ucap Ryan sembari menjalankan motornya pergi dari sana.
Ara hanya terdiam mematung saat mendengar ucapan Ryan "Maksudnya, dia berharap bakal ketemuan lagi sama gue?" Tanya Ara pada dirinya sendiri.
Lalu Ara kembali berjingkrak senang dan memeluk minuman yang tadi diberikan oleh Ryan "Gue juga berharap bakal ketemu lagi sama dia, semoga tuhan ngabulin keinginan gue" Ucap Ara sembari menatap langit yang terlihat berwarna jingga.
"Aaa pokoknya harus! gue sama Ryan harus ketemu lagi. Titik gak pake koma!" Ucap Ara tak terbantah.
Dengan senyuman lebarnya ia memasuki rumah dengan hati yang berbunga bunga. Malam ini ia akan bermimpi indah karena ia bertemu dengan lelaki tampan! Dan jangan lupa ia harus berterima kasih kepada batu karena menjadi perantara bertemunya ia dengan Ryan
.
.
.
.
.