Suara alarm berbunyi menandakan bahwa hari telah pagi, mentari pun tak kalah bersinar terang sebagai pelengkap pagi hari yang cerah ini. Lia terbangun dari tidur dan melihat bahwa hari sudah pagi, ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
15 menit Lia keluar dari kamar mandi dengan seragam lengkap yang melekat di tubuhnya dengan rambut yang terkuncir kuda. Ia menuju meja ria untuk memberikan sedikit bedak dengan lipbalm sebagai pelengkapnya.
"Ready" Ucap Lia dengan semangat. Ia mengambil ponsel nya dan memasukan ke dalam tas, ia keluar kamar berjalan menuruni tangga.
"Morning Pah Mah" Sapa Lia dengan wajah ceria nya.
"Morning too" Sapa balik kedua orang tuanya.
Mereka memulai acara sarapan dengan hening tanpa suara apapun. Tak lama Lia telah menyelesaikan makannya.
"Mah Pah Lia berangkat ya" Ucap Lia sembari menyalimi tangan kedua orang tuanya.
Ia berjalan keluar rumah untuk menemui Pak Ali yang akan mengantarnya ke sekolah, selama perjalanan Lia memandang setiap jalan dengan earphone yang terpasang di telinga nya.
Mobil berhenti saat lampu merah, Lia menatap ke arah kaca melihat sebuah motor sport abu abu yang berhenti tepat di samping mobil nya. Secara tiba tiba sang pengendara tersebut menoleh ke arah Lia yang juga sedang menatap nya, dan Lia terkejut saat sang pengendara tersebut adalah lelaki yang berada di Roftoop dan yang mengantarnya pula.
Tak lama lelaki tersebut kembali menatap ke depan dan melajukan motornya meninggalkan Lia yang melihat motor sport tersebut yang mendahului mobilnya.
"Kenapa ketemu lagi sih? Dia ngeliat gue gak ya?" Ucap Lia pelan.
"Ada apa non?" Tanya Pak Lia sembari menatap ke arah kaca mobil.
"Eh bukan apa apa Pak" Jawab Lia tersadar akan lamunannya.
Beberapa menit kemudian mobil telah berhenti di depan sekolah nya, Lia membuka pintu mobil setelah mengucapkan terima kasih kepada Pak Ali. Saat berjalan ingin memasuki sekolah Lia melihat di parkiran motor ada lelaki berambut hitam legam tersebut yang sedang membuka helm full face nya.
Tak sengaja pula, lelaki tersebut menatap ke arah Lia membuat Lia dengan cepat menatap kedepan dan berjalan cepat tak memperdulikan lelaki itu. Saat di koridor banyak yang menyapa nya seperti biasa, dan hanya di balas senyuman canggungnya. Ia masih tak terbiasa dengan hal itu.
Sesampainya di kelas Lia menundukkan diri di meja yang disampingnya langsung dapat melihat lapangan utama, Lia mengambil ponselnya untuk melihat notifikasi di ponslenya.
"Pagi Lia" Sapa Dinda mengalihkan pandangan Lia.
"Pagi juga Din" Sapa balik Lia sembari melihat Dinda yang duduk di sebelahnya.
"Pas bel Lo langsung ijin?" Tanya Lia diangguki Dinda.
"Halo gaes" Ucap Ara bersemangat sembari berjalan ke arah Lia dan Dinda.
"Ck! Mulai nih suara toa nya" Gumam Dinda namun dapat di dengar oleh Ara.
"Lo jadi sahabat jangan kayak gitu dong ke gue, suara gue tuh bukan suara toa ya moon maap" Ucap Ara.
"Semerdeka Lo deh Ra" Ucap Dinda malas berdebat dengan Ara.
"Btw ya gaes, gue penasaran banget nih sama anak donatur terbesar di sekolah kita nih" Ucap Ara diangguki Dinda.
"Gue juga, tapi gak terlalu penasaran banget sih" Ucap Dinda menimpali.
"Kenapa pada penasaran?" Tanya Lia.
"Ya iyalah penasaran, berarti ye tu orang anak holang kaya dan sudah gue pastikan cowok itu ganteng melebihi manurios" Ucap Ara membuat Lia dan Dinda menghela nafas.
"Melebihi Lee Min Hoo gak Ra?" Tanya Dinda memancing Ara.
"Oh ya tentu tidak, Lee Min Hoo itu paling ganteng diatas para cogans, tak ada yang bisa mengalahkan ketampanan jodoh gue bro" Ucap Ara.
"Hm" Gumam Dinda.
Kring....Kring.... (Suara Bel Masuk)
Dinda bangkit dari duduknya sembari mengambil almameter OSISnya dalam tas.
"Dah gaes gue ijin dulu ya, selamat belajar sama Pak Broto" Ucap Dinda sembari melambaikan tangannya kepada Lia dan Ara.
"Kampret emang tuh Dinda, ngejek kita banget. Mentang mentang dia gak ikut pelajaran" Kesal Ara.
"Udah, ke bangku Lo sana keburu ada Pak Broto" Ucap Lia. Ara berjalan ke meja nya, dan tak lama seorang pria paruh baya berkepala botak dengan kumis yang lumayan panjang memasuki kelas.
"Selamat Pagi anak anak" Sapa Pak Broto.
"Pagi Pak" Sapa semua anak murid.
Pelajaran pun dimulai, di sepanjang pelajaran Lia memperhatikan Pak Broto yang sedang menjelaskan materi, namun tak lama Lia menoleh ke arah kaca. Disana ada dua lelaki dan satu perempuan yang dapat Lia kenali.
Di lapangan tersebut ada Randi, Keyla dan lelaki berambut hitam gelap. Mereka sedang membicarakan sesuatu, tidak tidak lebih tepatnya Randi yang sedang berbicara kepada lelaki berambut hitam gelap itu.
'Jangan jangan emang cowok itu lagi yang Dinda maksud' Batin Lia masih memperhatikan dari jauh.
Tak lama Randi dan Keyla pergi dari lapangan menyisakan lelaki berambut hitam gelap itu. Lelaki itu berjalan menuju arah tiang bendera sembari memberi hormat, dan Lia sudah tau apa yang sebenernya terjadi.
Lia kembali menatap ke arah depan memperhatikan Pak Broto yang masih menjelaskan materi. Saat sedang menulis materi di bukunya ia tak menyadari jika ada yang memperhatikannya.
***
"Ri" Panggil seorang lelaki berwajah blasteran indonesia-spanyol. Ia dengan teman nya menghampiri seorang lelaki yang sedang hormat kepada bendera Indonesia.
"Lo ketauan ya?" Tanya lelaki blasteran itu sembari menatap lelaki berambut hitam legam itu.
"Hm" Gumam lelaki berambut hitam gelap Kedua lelaki itu hanya terdiam menatap lelaki berambut hitam legam yang masih hormat kepada sang bendera.
"Ngapain masih disini?" Tanya lelaki berambut hitam legam tanpa mengalihkan pandanganya.
"Nemenin Lo" Jawab lelaki bermanik coklat yang berada di samping lelaki blasteran.
"Ck! Balik sana" Usir lelaki berambut hitam gelap itu.
"Kaga ah, lagipula gue males disuruh ngumpulin tanda tangan OSIS" Ucap lelaki itu kembali.
"Serah Lo" Ucap lelaki berambut hitam gelap itu. Kedua lelaki itu menatap sahabatnya dengan seksama, lelaki berambut hitam itu masih terus hormat kepada sang bendera namun yang membuat kedua lelaki itu merasa khawatir adalah cara bernafas lelaki itu.
"Ri, ke kantin aja kuy. Gak usah dilanjutin" Ucap lelaki blasteran kepada lelaki berambut hitam.
"Iya Ri gak usah Lo lanjutin" Timpal lelaki bermanik coklat.
"Gue gak kenapa kenapa" Ucap lelaki berambut hitam gelap itu dengan suara yang tegas.
"Ri jangan nekat njir" Ucap lelaki blasteran.
"Gue gak apa apa Yan!" Bentak lelaki berambut hitam gelap itu.
"Lo jangan maksain diri Lo sendiri Ri! Jangan egois" Kesal lelaki disampingnya.
"Ri, udah lah. Mending kita ke kantin sekarang" Ucap lelaki blasteran dengan nada mengalah.
Dengan terpaksa lelaki berambut hitam gelap itu berjalan menuju kantin meninggalkan kedua sahabatnya.
"Masih aja keras kepala" Cibir lelaki bermanik coklat.
"Udahlah Fer, mending kita susul aja" Ucap lelaki blasteran tersebut, mereka berjalan menyusul sahabatnya itu.
°°°
Di kelas XI IPA 1 sudah menyelesaikan kegiatan belajarnya, Pak Broto meninggalkan kelas untuk istirahat
"Li, kita ke kantin yuk" Ajak Ara. Mereka berjalan keluar kelas, saat di kantin pun tidak terlalu ramai karena suara bel istirahat belum berbunyi.
"Kita duduk disana aja Li" Ucap Ara menunjuk salah satu meja. Mereka duduk di meja tersebut, sedangkan Ara pergi untuk memesankan makanan mereka.
"Nih makanan lo" Ucap Ara setelah memesankan makanan untuk mereka.
"Makasih Ra" Ucap Lia.
"Eh Li, tadi gue liat Lo kok ngeliat ke jendela terus?" Tanya Ara sembari memasukan makanannya ke dalam mulut.
"Hah gue? Enggak kok" Elak Lia.
"Masa sih? Perasaan tadi gue liat Lo liat jendela deh" Ucap Ara.
"Enggak, tadi tuh gue cuman liat lapangan doang sekali" Jelas Lia diangguki Ara.
"Li, Lo coba deh liat di sana" Tunjuk Ara dengan dagu nya membuat Lia mau tak mau menoleh ke arah belakang.
"Anjer itu kan cowok itu, ngapain lagi dia disini" Gerutu Lia lalu mengalihkan pandangannya ke depan kembali.
"Iya kenapa emang Ra?" Tanya Lia.
"Enggak kenapa kenapa sih cuman mereka ganteng ganteng gitu" Jawab Ara membuat Lia memilih melanjutkan makannya.
"Lo kaga terkesima gitu sama mereka?" Tanya Ara yang melihat sikap biasa saja dari Lia.
"Ya terus gue harus muji muji mereka gitu? Lagipula wajah mereka tuh kayak plat nomor Jakarta" Ucap Lia membuat Ara bingung.
"Plat nomor Jakarta apaan?" Tanya Ara.
"B aja" Ucap Lia membuat Ara tertawa.
"Mata Lo minus kali, cogan kayak mereka Lo bilang b aja? Hm.. paham sih gue mah yang mukanya cantik mah, pasti nyari cowok juga lebih tinggi kriterianya" Ujar Ara.
"Woy para human!" Teriak Dinda.
"Gak usah teriak teriak elah, telinga gue sakit nih jadinya" Ucap Ara kepada Dinda yang duduk di sebelahnya.
"Eh Lo mau tau berita ter hot gak?" Tanya Dinda misterius membuat keduanya menjadi heran.
"Berita apa?" Tanya balik Ara.
"Gue tau siapa anak dari donatur terbesar di sekolah kita" Ucap Dinda pelan.
"Hah siapa siapa?" Tanya Ara penasaran.
"Suutt jangan berisik orangnya ada disini" Ucap Dinda sembari menaruh telunjuknya di depan bibir.
"Jadi nama anak donatur terbesar di sekolah itu Arion Kavin Pramudi, dan Lo mau tau orangnya siapa?" Tanya Dinda langsung diangguki keduanya.
"Noh yang di meja pojok" Ucap Dinda membuat kedua gadis itu mengarahkan pandangan mereka menuju objek yang dituju.
"WHAT?!" Teriak Ara membuat Dinda membekap mulut Ara.
"Udah gue bilang jangan berisik!" Tekan Dinda sembari melepaskan tangannya dari mulut Ara.
Sedangkan Lia menatap lelaki berambut hitam gelap itu 'Jadi dia anak donatur terbesar disini? Kok gue gak nyadar ya' Ucap Lia dalam hati.
"Lo kenapa Li? Ngeliat nya gitu amat?" Tanya Dinda menyadarkan Lia.
"Enggak bukan apa apa" Ucap Lia.
"Oh iya gue lupa satu hal yang lebih hot" Ucap Dinda kembali berbisik.
"Apa Din?" Tanya Ara ikut berbisik kembali.
"Cowok yang kemarin bolos itu anak dari donatur besar itu" Ucap Dinda kembali membuat Ara membelakak.
"Udah gue duga sih dari awal kalau dia yang bolos, soalnya gak bakal ada yang berani lah kecuali kalau emang ortu nya berpengaruh di sekolah ini" Ujar Ara menimpali.
"Tapi walaupun dia anak donatur dia tetep jalanin hukuman kok" Ucap Lia tiba tiba membuat Ara dan Dinda menoleh ke arah nya.
"Lo tau darimana dia jalanin hukuman?" Tanya Dinda memincingkan matanya diangguki Ara.
"Err itu gue gak sengaja liat dia lagi ngobrol sama Randi Kayla di lapangan" Jawab Lia diangguki keduanya.
"Eh lo gak beliin makanan buat gue juga? Jahat lo pada" Ucap Dinda saat melihat kedua sahabatnya memakan pesanan mereka.
"Situ punya tangan sama kaki juga, ya pesen sendiri lah" Ucap Ara membuat Dinda mau tak mau memesan makanannya sendiri. Dinda kembali dengan nampan berisi makanan nya sendiri.
"Pagi Lia" Sapa seorang lelaki yang tak lain adalah Galang.
"Pagi Lang" Sapa balik Lia.
"Coklatnya udah dimakan Li?" Tanya Galang diangguki Lia.
"Udah kok, makasih coklatnya gue suka" Ucap Lia.
"Lo suka? Mau gue beliin lagi?" Tanya Galang.
"Gak usah Lang, lo gak usah beliin gue coklat. Itu ngerepotin lo" Tolak Lia.
"Tapi kalau lo emang suka juga gak apa apa Li, gue bisa beliin kok" Ucap Galang.
"Gak usah Lang, makasih" Tolak Lia kembali diangguki Galang.
"Ya udah, gue mau nyamperin temen temen gue dulu. Bye Li" Ucap Galang lalu berjalan meninggalkan meja Lia.
"Gila Galang aja yang ganteng di tolak apalagi yang dibawahnya Galang, langsung dihempas" Ucap Ara melihat interaksi Lia dan Galang.
"Bukannya gue tolak Ra, masalahnya menurut gue itu gak terlalu penting kalau dia beliin coklat gue terus. Dia buang buang uang Ra, mending dibeliin buat yang dia butuhkan" Ucap Lia diangguki Dinda.
"Bener tuh, emangnya lo dikasih coklat langsung jingkrak jingkrak" Cibir Dinda membuat Ara mendengus.
"Udah mending lanjutin makan, keburu bel" Ucap Lia. Mereka kembali makan dengan diselingi canda, interaksi mereka pun tak luput dari pandangan seseorang.
"Li, Ra gue balik ya mau ngurusin adkel" Ucap Dinda diangguki keduanya.
"Nanti pulang bareng Din" Ucap Ara dibalas iya dengan jempol tangan Dinda, gadis beralamameter itu pergi meninggalkan Lia dan Ara.
"Balik yuk Li" Ucap Ara.
Mereka berjalan meninggalkan kantin, dan Lia dapat melihat lelaki berambut hitam gelap itu menatapnya melalui ekor matanya. Namun ia berpura pura tak menyadari kehadiran lelaki itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.