Chereads / Secret In Love: Ahli Waris / Chapter 16 - Game yang rumit

Chapter 16 - Game yang rumit

Setelah mendapatkan persetujuan dari semua pihak, akhirnya kelompok Nafisah bersiap dengan senjata mereka dan juga yang paling penting adalah minum dan beberapa buah-buahan.

mereka berlima melihat dari kejauhan saat kak Nandra kembali berbicara bahwa game sudah di mulai, semua siswa langsung membentuk kelompok dan maju menghadang kakak kelas yang memang sebagian ada di sekitar mereka, Namun Nafisah dapat melihat wajah kakak kelas mereka terlihat santai dan ada beberapa yang malah duduk duduk sambil makan.

Apa mereka begitu meremehkan siswa baru? pikir Nafisah..

Nafisah juga dapat melihat Nandra yang seperti mencari-cari seseorang, namun kemudian ada siswa yang berusaha memukul punggung Nandra. Tapi tak sampai memukul, siswa itu keburu dibuat terjatuh dan kesakitan oleh Nandra. Nafisah bahkan bergidik ngeri karena Nandra dengan mudah membanting siswa itu dan menepuk pelan kedua tanganya seperti tidak terjadi apa apa. Siswa yang melihat itu di sekitar Nandra terdiam sebentar dan mundur perlahan, mereka berpikir bahwa sepertinya kakak kelas mereka benar benar hebat.

"Kalian lihat? bahkan Kak Nandra saja mampu mengalahkan satu siswa seperti menepuk nyamuk". Ujar Adell yang juga merasa ngeri dengan kehebatan kakak pembimbing mereka.

Mereka yang mendengar perkataan Adell tidak ada yang menjawab, karena jawaban apa yang harus dikatakan? saat ini mereka sibuk dengan pikiran masing masing. Tak berapa lama, panitia yang sudah membentuk kelompok pergi meninggalkan siswa yang masih diam tidak melakukan apapun.

Nafisah dan teman temanya memasang baik baik diri mereka, karena kelompok kak Nandra berjalan ke arah dimana Nafisah dan teman temannya berdiri sekarang.

"Kita harus apa?". Tanya Rosebell dengan suara mencicit.

"Jika kelompok panitia tidak melihat kita, ya jangan lakukan apapun". Kata Nafisah yang tidak berani melakukan apapun.

"Tapi ini kesempatan kita Nafisah, panitia ini mereka sedang berjalan pulang kembali ke sekolah. jika tidak kita hadang maka kita akan kalah". Ujar Adell yang sudah geregetan karena Nafisah terlihat takut.

Sebelum pembicaraan mereka selesai, ternyata ada kelompok siswa baru yang terdiri dari 5 laki laki dan 2 Perempuan menghampiri kelompok Nafisah. Nafisah hanya bisa menelan ludahnya kasar karena tidak sadar bahwa ada siswa lain yang melihat mereka disini. Bahkan salah satu dari kelompok siswa yang datang, membawa parang yang sudah berlumur darah. Apa yang sudah mereka lakukan? pikir Nafisah..

"Hei kalian!! kenapa kalian bersembunyi!? kalian kelompok pengecut ya?", Tanya salah satu laki laki yang memang membawa sebuah senapan yang cukup besar bentuknya.

"Iya.. kami memang pengecut..". ujar Nafisah spontan, hal itu mengundang tawa dari kelompok musuh dan membuah teman teman Nafisah mendelik kesal karena jawaban Nafisah yang konyol.

"Hahahah kalian ini memang tampang saja tampan dan cantik, tapi sepertinya anak Mommy ya?". perkataan laki laki tadi membuat semua temanya tertawa lagi, Nafisah sudah menahan lengan Steve yang ingin maju melawan kelompok musuh. Steve yang melihat tangan Nafisah di lengannya dan menahan cukup erat, akhirnya diam dan membiarkan kelompok musuh tertawa sampai puas.

"Jangan ada yang terpancing". Ujar Nafisah pelan, namun masih bisa di dengar oleh ke empat teman Nafisah.

"Ahhhh mereka membosankan, lihat bahkan mereka bersembunyi dibalik pohon. ayo kita cari kelompok lain yang lebih menantang, membunuh mereka seperti membunuh anak tikus, tidak mengasyikkan sama sekali".Ujar salah satu wanita dan membuat teman lainnya mengangguk setuju, akhirnya kelompok musuh pergi dari hadapan Nafisah dan teman temanya namun dengan pandangan mengejek.

Setelah memastikan mereka menjauh, Nasmira menghela nafasnya lega.

"Kenapa kau tidak ingin kami meladeni mereka Nafisah?". Tanya Adell yang cukup kesal karena sikap Nafisah.

"Kita tidak ada waktu meladeni mereka, kita sekarang harus mencari cara mengambil helai rambut panitia. meladeni mereka membuang tenaga dan waktu, mereka sepertinya hanya ingin bersenang-senang saja". Ujar Nafisah yang menepuk pelan pundak Adell agar dia mengerti.

"Kak Nandra dan kelompoknya sudah dekat kemari". Kata Rosebell memberikan instruksi.

Nafisah melihat itu, lalu memandang ke arah Nandra. Nandra spontan melihat tatapan mata Nafisah, lalu tersenyum penuh arti.

"Kita harus apa?". Tanya Nasmira.

"Meminta dengan baik baik, dan jika tidak diberikan.. baru boleh dengan kekerasan". Saran Nafisah, Adell lagi lagi mendelik kesal. namun Adell menyetujui saja, karena disaat seperti ini protes tanpa memberi solusi adalah hal yang tidak bagus.

Kelompok kak Nandra sudah berada di depan mereka, mungkin hanya beda 10 langkah saja. Nafisah berada di tengah tengah antara teman-temannya. berusaha tersenyum ke arah kakak kelasnya dan menunduk hormat.

"Selamat siang kak". Ujar Nafisah dengan sopan, kakak kelas yang melihat itu hanya tersenyum. namun sebagian menganggap remeh, khususnya kakak kelas Perempuan..

"Ada apa?". Tanya kak Nandra yang menyambut pembicaraan Nafisah dengan nada tak kalah lembut.

"Apa kami boleh Meminta helaian rambut dari kakak kakak sekalian?". Ujar Nafisah dengan berani, bukan berani.. tapi terlihat begitu bodoh, karena setelah Nafisah mengatakan itu. kakak kelasnya hanya tertawa kencang dan membuat teman teman Nafisah menunduk malu karena jawaban Nafisah yang begitu konyol.

"Apa yang kau bisa tawarkan untuk satu helai rambut kami?". Tanya Nandra yang sudah memancing Nafisah untuk berkata keinginannya.

Nafisah terdiam sebentar lalu menengok ke arah teman temanya, meminta bantuan jawaban.. namun teman temanya hanya menggelengkan kepala malas dan tidak tau.

Nafisah akhirnya menghela nafas pelan dan maju sendiri lalu berdiri beberapa langkah di depan Nandra. Nandra mengangkat sebelah alisnya menunggu apa yang akan di lakukan Nafisah. dengan berani Nafisah menatap mata Nandra lalu menelisik jauh ke dalam bola mata itu..

indah..

satu kata yang bisa Nafisah ungkapkan saat Nafisah benar benar melihat mata kakak kelasnya ini, lalu Nafisah dengan cepat ingin menarik rambut Nandra. namun tidak kalah cepat dari tangan teman kak Nandra yang sudah menahan tangan Nafisah. Nafisah cukup kaget karena teman kak Nandra begitu lihai sebab sudah ada di samping kak Nandra dan di depan Nafisah.

Nandra mengangkat lagi sebelah alisnya dan tersenyum mengejek.

"Aku tanya apa yang kau tawarkan? kenapa kau mengangkat tanganmu?". Ujar Nandra yang sudah menatap lekat wajah Nafisah.

"Aku memang mau menawarkan sesuatu padamu Kak, tapi kakak ini menahanku". Kata Nafisah yang memandang teman kak Nandra.

Nandra melihat ke arah temannya, dan teman kak Nandra langsung mengangkat tanganya pura pura tidak bersalah.

"Katakan Nafisah..". Suara Nandra begitu merdu mengalun pelan di samping telinga Nafisah, Nafisah bahkan sempat terpengkur lemah dan tanganya bergetar karena satu ucapan yang begitu familiar di otaknya.. begitu nyata, dan terasa sangat menyakitkan. ada apa dengan kata 'Katakan Nafisah'?

Nafisah melirik sebentar wajah Nandra lagi, mencari jawaban atas semua rasa familiar ini. namun wajah datar Nandra tidak membuat Nafisah mendapatkan apa apa, hanya ada kekosongan dan kehampaan dibalik tatapan mata itu..