Selama pelajaran Biologi berlangsung, Alsa hanya diam dengan tatapan kosong memperhatikan Pak Budi yang sedang menerangkan materi pelajaran.
Raga Alsa memang sudah ada didalam kelas yang sedang mengikuti pelajaran. Tetapi jiwanya sepertinya masih tertinggal dikoridor sekolah. Ia masih terbayang betapa sakit melihat orang yang ia sukai berdampingan dengan gadis lain untuk kedua kalinya setelah ia merasakan itu karena melihat Fahri bersama Zahra.
Wajah manis Alsa seketika luntur ketika mengingat kejadian pagi ini. Ia merasa ini hari yang paling menyebalkan. Ini semua gara-gara si biang kerok itu yang selalu membawa kesialan untuk Alsa.
Dia memang penghancur segalanya. Itu yang ada didalam benak Alsa. Tapi Alsa harus berbuat seperti apa lagi, ia sudah terlanjur menerima permintaan berdamai bersama Farel.
Kenapa teralu banyak cowo yang cuma datang untuk numpang ngePHPin saja, membuat Alsa timbul rasa, dan akhirnya pergi meninggalkannya.
Pasti semua orang tidak menyukai diperlakukan seperti itu. Pasti rasanya sungguh sakit. Terutama menjadi Alsa yang sudah kedua kalinya mengalami itu. Alsa ingin berusaha untuk tidak mengejar sesuatu yang tidak pasti itu. Tapi, memang yang tidak pasti itu yang membuat Alsa terpaksa harus mengejarnya.
Sudah satu jam pelajaran Alsa habiskan untuk memutar lamunan yang tidak amat sangat penting itu. Bel berbunyi dan sudah pertanda bahwa jam pelajaran Biologi sudah habis.
Anak-anak sangat ramai bersorak karna pelajaran paling membosankan itu sudah terlewatkan. Ditambah lagi Pak Budi yang memang tidak disukai anak-anak kelas Alsa karena setiap kata-kata yang ia keluarkan seperti tidak ada niat dalam hati untuk mengajar murid-muridnya.
Guru itu pun keluar dari kelas dan hanya dalam hitungan tiga detik kelas kembali ancur dengan sikap anak-anaknya yang sangat ajaib itu. Ini memang kelas IPA, tetapi entah apa yang menyebabkan anak-anak kelas ini bersikap seperti anak IPS.
Alsa sangat enggan untuk bangkit dari tempat duduknya itu. Jadi ia hanya membiarkan kelasnya beraksi dan hanya menunggu guru MTK yang akan masuk. Ia masih terdiam dengan tatapan kosongnya. Disisi lain Farel yang melihatnya pun langsung menghampiri Alsa. Entah untuk apa tujuan ia menghampirinya.
"Kal, lo bisa pindah kebelakang dulu ngga?" ucap Farel kepada Kalya. Kalya pun bangkit dari tempat duduknya dan menatap Farel sinis.
Farel segera duduk disamping Alsa dan mengikuti gaya Alsa yang sedang menopang dagunya dan menatap kedepan.
"Hobi banget ngelamun. Nanti kesambet baru tau rasa lo." seru Farel menghadap Alsa.
"Lo ngapain sih disini!" balas Alsa sinis.
"Bisa ngga jangan marah-marah terus sama gue? kan kita udah damai. Buat apa damai kalau lo nya masih jutek sama gue?" Farel pun tersenyum.
Alsa terlihat risih dengan Farel disaat itu.
"Yaudah, mau lo apa sekarang?"
"Hhhhmmmm. Nah, gue mau lo ajarin gue tentang semua mata pelajaran." ucap Farel.
"Tapi sayang, gue bukan guru lo!!" sinis Alsa.
"Justru gue mau lo jadi guru gue yang bisa nolong diri gue biar ngga kena omelan guru-guru lain lagi." Farel menjelaskan itu kepada Alsa.
"Gue ngga bisa!!" Alsa menolaknya.
"Cuma lo doang yang bisa bantu gue. Dan untung-untung lo dapet pahala juga."
"Ppliiiiisssssssss. Yaaaa, Alsa yang cantikkk, yang baikk. Pliiisssss." Farel memohon kepada Alsa.
Alsa pun terdiam sejenak memikirkan ia harus menolaknya atau menerimanya saja. Dan.....
"Okee, gue akan bantu lo." icap Alsa yang seontak membuat Farel menyengir lebar menunjukan gigi kudanya.
"Taapiiiiii.... Ada syaratnya. Selama gue bantu lo untuk ngerjain tugas-tugas, lo juga harus bantu gue gimana caranya untuk move on. Gimana deal?? yaa keputusan ini gue buat berhubung lo itu orangnya humoris. Dan lumayan jago buat orang tersemyum juga."
"Maksudnya, gue harus mencoba buat jadi moodboster lo?" tanya Farel.
"Yaa, pokoknya kalau gue berhasil move on dan itu karna lo, gue janji gue akan jadi guru lo sampai lulus SMA nanti. Tapi kalau lo malah buat gue makin gagal move on, gue ngga akan mau jadi guru lo lagi maupun jadi temen lo!!" jelas Alsa.
Farel pun menganggukan kepalanya sebagai tanda ia setuju dengan apa yang dikatakan Alsa. Dengan ekspresi yang masih nyengir menjijikan bagi Alsa itu ia langsung mengambil tangan Alsa tanpa seizin Alsa dan langsung menjabatnya.
"Okee, deal!!"
Alsa pun langsung menarik tangannya kembali dari genggaman tangan Farel.
"Mulai pulang sekolah nanti kita mulai belajarnya oke!" ucap Farel dan langsung meningalkan Alsa.
"Whhhaattt. Aaaaaggggghhhhhhhhh." geram Alsa terbeku dan dengan hati yang terasa terbakar.
⚪⚪⚪⚪⚪
"Satuuuuuu. Duaaa. Tigaaa. Empat. Lima. Enam. Tujuhh. Delapann."
Terlihat barisan para anak-anak yang sedang kelelahan akibat materi Atletik yang sedang dipelajarinya yang mempraktikan sebuah gerakan push-up.
Terik matahari semakin betambah. Itu membuat keluhan anak XII IPA 2 semakin bertambah juga ditengah pelajaran olahraganya.
Bagaimana tidak, olahraga yang biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari itu berbeda dengan jadwal olahraga kelas Alsa yang dilakukan pada siang hari ditengah lapangan sekolah.
Tetes demi tetes keringat megalir dikulit putih Alsa. Selama pelajaran olahraga berlangsung, Alsa merasa dirinya seperti sedang diperhatikan oleh salah satu anak yang ada dilapangan basket yang bersebrangan dengan lapangan yang Alsa tempati.
Awalnya Alsa tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikannya di sebrang sana. Tetapi, tatapan anak itu seperti kode untuk Alsa agar menghadap dan membalas tatapan anak itu. Entah, anak itu senyum senyum sendiri ketika sedang memperhatikan Alsa.
Akhirnya materi yang dipraktikan selesai juga. Alsa dengan nafas yang terengah- engah mencari tempat duduk. Setelah menemukan, ia duduk dan pandangannya langsung tertuju lagi kepada anak lelaki yang berada disebrang sana. Sepertinya mereka mulai beradu tatapan secara jarak jauh.
"Arjunaaa!!"
Iya, itu Arjuna si cowo hits sekolah yang akhir-akhir ini sering memberi kode ke Alsa dan berhasil mebuat Alsa baper dan memudian ia jatuhkan saat kejadian pagi tadi ia bersama Anggi. Teriakan temannya itu mengalihkan pandangannya yang asyik memperhatikan Alsa dengan senyuman yang menunjukan banyak makna. Arjuna segera menghampiri temannya itu.
"Hayooo lihat apa!?" seontak ucapan Kalya membubarkan pandangannya kesebrang sana.
"Ihhh, bikin kaget aja tau ngga." balas Alsa dengan mencubit perut Kalya. Kalya pun meringis kesakitan.
"Aaaaaa. Udah yuk kekelas aja. Udah mau bel pulang juga nihh." ajak Kalya yang langsung merangkul Alsa dan mengajak nya kekelas.
Dengan melupakan pandangan aneh sang cowo hits itu Alsa berjalan menuju kelasnya.
"Untuk apa masih mencari tahu teka-teki dari anak hits itu, dia kan sudah punya Anggi. Jadi buat apa gue masih mikirin." begitu kata Alsa dalam hati.
Tak lama dari itu, bel pulang pun berbunyi. Semua murid bersiap siap untuk kembali ke dunia bebasnya masing- masing. Begitu juga dengan Alsa. Ia merapihkan seragam olahraganya dan memasukannya kedalam tas.
Kelas mulai sepi, Alsa biasa keluar paling terakhir dari kelas karna ia ketua kelas yang harus bertanggung jawab dengan kelasnya. Saat Alsa berbalik badan setelah selesai mengunci pintu kelas....
"Ngapain lo disini?!!" seontak Alsa kaget ketika berbalik badan dan langsung berhadapan dengan Farel yang sudah ada percis dibelakangnya.
"Lah, kok lupa sih. Kan kita mau belajar bareng hari ini." rupa nya Farel masih ingat dengan ucapan nya tadi pagi.
"Pake inget segala lagi." bisik Alsa.
"Inget lah, ingatan gue Alhamdulillah masih normal kok." jawab Farel.
Alsa memutar bolamatanya dan memasang wajah juteknya. Merekapun akhirnya pergi kerumah Farel. Seperti biasa, setiap Alsa dibonceng Farel, ia berpakaian lengkap dengan jaket levis dan helm yang diberikan oleh Farel.
Semilir angin jalanan membuat fikiran Alsa menjadi terasa relax.
"Ohh iya, gue kan belum izin sama Bunda." Alsa teringat.
"Udah kok, tadi pagi gue yang izinin keBunda sama Ayah sebelum lo keluar dari kamar." ucap Farel kalem.
"Dasar, berarti lo udah ngerencanain ini semua?" tanya Alsa jutek.
"Bisa dibilang seperti itu." jawabnya.
Setelah 20 menit perjalanan, merekapun sampai dirumah Farel. Rumah yang cukup besar ber pagar coklat dan dinding yang bercat putih bersih serta banyak tanaman yang tertata dihalamannya. Sudah terlihat kalau Farel itu memang anak orang kaya. Tapi sayangnya rumah itu sangat sepi. Tidak seperti rumah Alsa yang selalu ramai karna adanya sipengrusuh Azam.
"Ayo masuk." ajak Farel.
"Permisi." Alsa pun mengikuti perintah Farel dan segera masuk kerumahnya. Farel menyuruh Alsa agar duduk di sofa ruang tamunya.
"Sebentar ya, gue kebelakang dulu." seru Farel meninggalkan Alsa. Alsa pun mengangguk.
Alsa memperhatikan seisi ruangan itu. Seperti layaknya rung tamu dirumah rumah umumnya. Tapi ada satu hal yang membuat Alsa heran. Mengapa dirumah Farel ini tidak ada Foto keluarga lengkap. Disana hanya terpamang Foto Farel dan seorang Gadis dewasa yang terlihat sedikit lebih tua dari Farel. Tak lama, Farelpun datang membawa segelas susu putih hangat dan beberapa cemilan dan segera duduk disamping Alsa.
"Mmmm.. Gue rasa lebih nyaman duduk dibawah deh. Jadi lebih dekat sama mejanya." ucap Alsa.
"Yaudahh dibawah aja." merekapun yang semula duduk disofa berpindah ke lantai yang dilapisi karpet sehingga lebih mudah untuk menulis dimeja.
"Jadi lo mau belajar apa dulu hari ini?" tawar Alsa sambil mengeluarkan pulpen dan buku notes nya.
"Kimia aja. Itu pelajaran paling gue ngga ngerti sama sekali soalnya." jawab Farel.
Mendengar jawaban Farel. Alsa pun langsung mencari lembaran dibuku notesnya yang bertulisi rumus rumus Kimia.
"Buku tugas lo mana?" ujar Alsa. Farel membuka tasnya dan memberikannya ke Alsa.
Alsa melihat lihat bukunya terlebih dahulu. Yaaa benar kata Farel. Nilai yang tetcantum dibukunya benar benar membuat guru menjadi geram padanya. Alsa pun langsung memberi soal dibukunya dan menerangkannya terlebih dahulu.
Sangat berbeda sekali Farel yang disekolah dengan Farel yang dirumah. Ia terlihat belajar dengan fokus memperhatikan materi demi materi yang Alsa ajarkan.
"Nahh. Kan lo udah ngerti. Kerjain dulu soal yang ini. Kalau lo bingung, tanya langsung aja sama gue yaa." ucapnya.
Farel pun mengiyakannya dan langsung mengerjakan soal soal itu.
"Hhmmm. Lo sendiri dirumah. Kok sepi banget?" tanya Alsa.
"Ada pembantu gue. Gue anak brokenhome. Dan cuma tinggal sama Mami gue dan pembantu gue." ucapnya sambil mengerjakan soal-soal itu.
Rupanya Farel sangat semangat mengerjakan soal itu dan sangat berbeda dengan ia mengerjakan soal kalau disekolah.
"Oowhh. Maaf ya gue ngga bermaksud. Terus Mami lo mana?".
"Iya ngga apa-apa kok. Mami gue sibuk kerja sampe lupa sama rumahnya. Itu yang buat Papi gue muak sama Mami dan mutusin untuk pergi begitu aja sampai ngga sempet ngurus surat cerainya." jelas Farel.
Alsa sangat sedih dan cukup iba mendengar kondisi keluarga Farel. Ia sekarang bisa mengetahui penyebab Farel besikap liar disekolah. Dan Alsa tersadar, foto yang terpampang di dinding ruang tamu Farel itu adalah Farel dengan Almarhummah kakak nya. Alsa sangat tersentuh dengan kisah dibalik Farel sibiang kerok sekolah ini.
"Yaudah. Lo lanjut ngerjain lagi. Sekali lagi maaf yaa Rel."
"Iya ngga apa apa kok."
Farel pun sibuk mengutak-atik soal yang berada dihadapannya ini. Dan tugas Alsa hanya memperhatikan Farel mengerjakan soal tersebut.Ia sangat fokus mencari jawaban. 30 menit memang cukup lama untuk mengerjakan soal sebanyak 5 soal. Hari semakin sore dan jarum jam menunjukan pukul 17.02. Farel berhasil menyelesaikan 5 soal tersebut.
"Alsaa. Nih, udah selesai semua. Gue yakinn pasti bener semua." ucap Farel menyerahkan kertas soal tersebut ke Alsa. Dan Farel terkejut ketika melihat Alsa yang semula memperhatikan Farel mengerjakan soal malah sekarang tertidur pulas dengan pipinya yang menempel dimeja dan wajahnya yang menghadap ke Farel.
Wajah cantik Alsa terlihat jelas oleh Farel. Farel dapat leluasa memandangi wajah Alsa tanpa ocehan yang biasa Alsa lontarkan jika sesekali Farel menatap dirinya. Wajah Alsa yang putih, bibir indahnya yang berwarna pink, bulu matanya yang lentik dan alisnya yang terbentuk menambahkan kecantikan seorang gadis itu dimata Farel.
Farel pun pergi kekamarnya mengambil selimut dan meletakannya dibadan Alsa. Farel tahu ia pasti sangat lelah setelah seharian berkatifitas. Farelpun hanya terdiam kembali menatap wajah Alsa dihadapannya itu.
"Gue tau sangat mustahil bagi manusia biasa untuk dapetin sinar bintang kayak lo. Walaupun gue cuma bisa mengagumi keindahan sinar bintang kayak lo itu udah cukup kok bagi gue. Dan gue janji, gue akan jaga sinar bintang itu agar ngga ada meteor yang lewat menutupi bahkan menghancurkan sinar lo." kata Farel tersenyum dan meyisihkan rambut yang menutupi wajah Alsa.