Chereads / Moodboster / Chapter 11 - Yang Kesebelas

Chapter 11 - Yang Kesebelas

Dengan Raut wajah sedih, Alsa berjalan melewati beberapa lorong untuk sampai ke perpustakan. Dalam fikirannya ia masih khawatir dengan Kalya. Ia takut persahabatannya benar-benar hancur untuk selamanya karna seorang Farel.

Didepannya sekarang sudah terlihat bacaan "Ruang Perpustakaan. Harap Tenang!" Alsa pun masuk kedalamnya.

"Ada apa ya Kak?" tanya Alsa kepada Kak Dimas selaku pengurus perpustakan.

"Oh iya kamu, ini bagikan buku LKS ini dikelas kamu ya. Kalau kurang, kamu ambil lagi disini." ucap Kak Dimas.

Alsa pun menerima 2 pack LKS itu dan segera meninggalkan perpustakan.

"Makasih ya Kak". Pamit Alsa sambil menutup pintu Perpustakan itu.

Saat Alsa berbalik badan, tiba-tiba....

"Brruuukkkk!!!!"

Buku LKS yang Alsa bawa ditangannya itu jatuh semua kelantai sehabis menabrak seorang siswa lelaki.

Alsa pun langsung merapihkan kembali buku LKS yang sudah berserakan dilantai itu.

"Eeehhhh, maaaff banget yaaa. Maaaffff bangett. Sini gue bantuu." ucap anak yang tadi menabrak dan membuat buku LKS itu jatuh.

Anak itu pun dengan sergap membantu Alsa merapihkan buku itu. Dan lagi-lagi tidak sengaja tangan Alsa tergenggam oleh anak laki-laki itu saat ingin mengambil salah satu buku. Alsa segera menoleh ke anak itu dan DEEGG!!!!

Jantung Alsa seketika berhenti ketika mengetahui anak itu adalah Arjuna. Ini sama seperti kajadian beberapa saat yang lalu dikantin.

"Ehh, Alisya. Maaaff banget yaaa. Maaaffff bangett". Seru anak itu mengangkat buku yang ada ditangannya.

"Iya, ngga apa-apa kok." jawab Alsa gugup.

"Saya bantu bawain ya." tawar anak itu.

Alsa pun dengan basa-basi menolak tawaran anak itu.

"Udah ngga apa-apa kok. Sini." anak itu pun langsung mengambil beberapa buku ditangan Alsa.

Dan akhirnya Alsa jalan bersama anak itu menuju kelas Alsa. Dalam perjalanan, Alsa terus menerus merasa kalau dirinya sedang diperhatikan oleh Arjuna.

Dengan begitu, Alsa pun terbawa suasana baper lagi.

"Aaaayooodongg Alsaaaa, lo ngga boleh sembarangan baper gitu sama Juna. Dia itu udah punya cewe." begitu serunya dalam hati.

Tak tersadar, merekapun sudah sampai didepan pintu kelas Alsa.

"Udah sampe. Mmmmm.. Makasih yaa udah mau bantuin gue." ucap Alsa malu-malu.

"Iya, ngga apa-apa kok. Yaudah. Saya pamit yaa." anak itu pun langsung berjalan meninggalkan Alsa dan tidak lupa melontarkan senyuman manisnya ke Alsa. Dan Alsa pun membalasnya.

Baru beberapa menit Alsa masuk kedalam kelas dan membagikan LKS, bel istirahat sudah berbunyi. Alsa pun memilih menetap dikelas dan tidak kekantin. Ia memilih melanjutkan membaca buku novel yang kemarin ia pinjam di perpustakan. Sementara kelas benar-benar terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang sama disana.

Sedang asik Alsa membaca novelnya itu, tiba-tiba Diva dan Bina yang seperti biasa sedang berdiri didepan pintu kelas pun memanggil Alsa.

"Allsaa. Lo dipanggil sama Intan."

Sepertinya banyak panggilan untuk Alsa hari ini. Dengan raut wajah heran, Alsa berjalan kepintu kelas. Disana sudah terlihat Intan dan Devin. Ada apa mereka memanggil Alsa. Alsa merasa sepertinya ia tidak punya urusan dengan mereka. Ketika Alsa sudah berada dihadapan mereka.

"Saa, ada yang minta nomer telfon lo." ucap Devin.

"Lohhh, minta nomer telfon?" Alsa terheran-heran.

"Iyaa, ada yang minta nomer lo. Pokoknya anak XII IPA 1." lanjut Intan.

"Siapa?, buat apa juga." saat mereka bertiga sedang berbicara didepan kelas, Alsa merasa seperti ada yang sedang memperhatikan mereka dibalik tangga bawah. Saat Alsa menolehnya dengan sergap, benar-benar tidak ada orang disana.

"Adaa pokoknya." kata Intan.

"Udah mana, tulis aja." Devin melanjutkan. Alsa pun segera menuliskan nomer telfonnya dikertas dan memberikannya ke Devin dan Intan.

"Tenang, bukan teror kok. Katanya dia penasaran sama lo. Mau pdkt aja katanya." ucap Devin.

"Hp nya lagi rusak jadi ngga bisa pake sosmed makanya dia minta nomer telfon lo." lanjut Intan.

"Yang jelas orangnya cowok, dan bukan gue ya." celetuk Devin.

Alsa benar-benar dibuat bingung oleh mereka berdua.

"Yaudah makasih yaa." ucap mereka berdua dan langsung meninggalkan Alsa.

"Sama-sama." Alsa masih berdiri didepan pintu kelas. Ini benar benar pertanda tanya untuk Alsa.

"Cieee Alsa lagi digebet orang." celetuk Bina. Dan Alsa hanya cengengesan dihadapan Bina.

Alsa kembali membaca buku novelnya. Dan ia pun masih memikirkan, kira-kira siapa lelaki yang mengaguminya sampai ia berusaha meminta kontak Alsa.

Sampai bel pulang berbunyi pun Alsa masih memikirkan kira-kira siapa sebenarnya anak yang menyuruh Intan dan Devin untuk meminta kontak Alsa. Ini benar benar teka-teki buat Alsa.

Ia memang cukup terkenal di sekitaran sekolah. Apa lagi di kelas XII IPA 1, Alsa banyak sekali kenalan disana.

Terik mentari cukup menyengat siang ini. Alsa pun mulai lelah menunggu angkutan umum untuk pulang kerumahnya. Farel yang biasanya mengantar Alsa pulang ia tidak bisa. Ia ada janji dengan teman teman SMP nya. Itu alasan yang ia berikan disekolah tadi. Sedangkan Kalya sendiri tidak bisa menemani Alsa pulang dikarenakan kondisi persahabatan mereka yang sedang tidak baik.

Disisi lain, terlihat Kalya yang sedang berada diboncengan Farel. Seperti yang tadi Farel bilang ke Kalya. Ada yang perlu mereka bicarakan berdua saja. Alsa sendiri pun tidak tahu kalau Kalya sedang pergi bersama Farel.

"Kita mau kemana??" tanya Kalya. Berbeda dengan Alsa, Kalya yang saat ini sedang dibonceng Farel tidak menggunakan helm atau pun jaket yang biasa Farel berikan kepada Alsa dikalau mereka pulang bareng.

"Cari tempat yang enak buat ngobrol." jawabnya yang terlihat acuh.

Taklama dari itu, merekapun akhirnya sampai disebuah tempat yang benar-benar sangat nyaman dan tenang. Mereka berhenti disebuah taman yang disitu terdapat danau. Ditambah lagi rerumputan yang hijau dan batang batang bambu yang tersusun menambah ketenangan tempat itu.

Tak ada bangku seperti taman-taman biasanya disana, hanya ada hamparan rumput yang seperti karpet yang menyertakan mereka untuk duduk dibawah dan langsung menghadap ke danau.

Mungkin butuh waktu untuk Farel membicarakan semuanya ke Kalya. Mereka bersikap acuh sebelum Kalya memulai obrolan mereka.

"Jadi lo mau ngomong apa?" tanya Kalya.

Farel menghela nafas dan mulai berbicara.

"Gue tau, lo tadi marahan kan sama Alsa?"

Kalya hanya mengangguk dan kemudian terdiam lagi.

"Iya gue tau. Pertama, gue mau nanya dulu sama lo. Lo masih suka dan mengharapkan gue?" ucap Farel. Kalya ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Gue minta lo jujur." lanjutnya.

Tak lama, Kalya pun menjawab.

"Gue udah ikhlasin kenyataannya, gue tau diri lo mengharapkan gue untuk menjauh dan berhenti ngejar lo." kini raut wajah Kalya berubah menjadi sedih. Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipinya.

"Iya, lo bener. Semua yang gue lakuin ke lo, itu adalah cara buat lo ngejauh dari gue dan berhenti mengharapkan gue." Farel melanjutkan dann..

"Gue hargai semua perjuangan dan perasaan lo Kal. Tapi, seorang cowok sejati cuma mencintai seseorang dan ngga boleh berhenti untuk mendapatkan orang itu."

Suasana dikala itu benar benar hening dan tetesan air mata Kalya bertambah deras.

"Cinta ngga bisa dipaksa, hati ngga bisa dibohongin. Gue berusaha untuk jadi cowok sejati yang ngga akan goyah hati gue untuk mendapatkan cinta sejati gue. Walaupun banyak bunga mawar diluaran sana, tapi gue lebih milih bunga raflesia yang langka dan susah didapetin. Dan pasti hanya bisa di dapetin oleh orang yang benar benar gigih".

Semakin banyak kata yang Farel keluarkan, membuat tangisan Kalya makin menjadi. Kata kata Farel bagaikan duri yang menusuk hati Kalya.

"Gue harus jaga dia.

Gue harus dapetin diaa". Farel mulai serius dengan omongannya dan beranjak berdiri menghadap danau. Kalya pun tetap menangiss.

"Gue sayang diaa Kall...

Gue suka dia..

Gue bener-bener cintaa-----"

"ALSAAA!!!!" unak-unak Kalya keluar. Ia benar-benar tertekan, ia benar-benar sakit hati mendengar orang yang ia kagumi mengungkapkan cintanya kepada sahabatnya. Ia pun berdiri juga dan menghadap Farel.

"Iyaaaa!!!! Alsaaaa kann?!!! lo ngga punya hati Rel. Gue sama-sama sayang sama Alsa, gue juga sayang sama looo!!! Tapiiii, loo balas dengan lo sayang Alsaa aja!!!. Lo ngga tau betapa sakitnya hati gue!!"

Farel masih terlihat tenang.

"Justru itu, lo harus belajar mengikhlaskan orang yang lo sayang bahagia. Kalau lo ngga ikhlas, itu sama aja karma buat lo."

Kalya masih terus menerus menangiss dihadapan Farel.

"Lo sayang sama Alsa, lo sayang sama gue, tolong biarkan orang yang lo sayang itu bahagia didunianya."

Kalya pun kembali duduk dihamparan rerumputan itu sambil menangis dan menutup wajahnya.

"Lo orang yang ngga biasa kal, gue juga kagum sama kegigihan lo untuk dapetin gue. Tapi tuhan ngga berkehendak untuk nyiptain lo berdampingan dengan gue. Lo berani jadi diri lo sendiri untuk menunjukan kepada orang lain agar mengagumi lo." tak lama Farel pun duduk disamping Kalya dan merangkul Kalya untuk menenangkan dirinya.

"Gue suka lo kal, tapi sebagai teman ngga lebih. Gue yakin lo cewek yang tegar. Gue yakin lo kuat untuk ngebebasin orang yang lo sayang agar bahagia didunianya."

Kini tangisan Kalya mulai redah. Ia sudah menyadari bahwa ia harus mengikhlaskan perasaan Farel untuk sahabatnya Alsa.

"Percaya sama gue kal, banyak yang lebih baik untuk lo kejar dibanding gue. Kalau lo mau bahagia, tolong, lepasin dulu orang yang lo sayang untuk bahagia duluan. Dan pasti selanjutnya adalah lo."

Dann tangisan Kalya berhenti. Hati ia benar-benar tersentuh dengan kata kata Farel.

"Gue sadar. Gue harus ngebiarin Alsa bahagia dan mungkin orang yang bisa buat ia bahagia hanya lo. Itu semua karna gue sayang sama Alsa. Gue ikhlas kalau misalkan lo ngasih hati lo ke sahabat gue."

Kalya kini menghapus air matanya dan tersenyum.

"Mungkin yang berhak mendapatkan kebahagiaan dari lo itu Alsa, dan gue janji, gue juga akan ikut seneng kalau ngeliat sahabat gue seneng."

Farel pun ikut senang dengan jawaban Kalya kini.

"Gue janji Kal, apa pun akan gue korbanin untuk dapetin Alsa. Dan gue mohon sama lo, tolong bantu gue dapetin hatinya Alsa". Seru Farel.

"Oke, tapi lo janji juga jangan pernah buat Alsa kecewa dan sedih. Gue ngga mau sahabat gue bernasib sama dengan mantan-mantan lo."

Kini masalah merekapun sudah terjawabkan dan Kalya mempunyai misi dengan Farel untuk meluluhkan hati seorang Alsa. Merekapun berjanji dengan melingkarkan kelingkingnya. Dan tidak ada pertikaian lagi diantara Farel dan Kalya. Kini Kalya tersadar, bahwa menyatukan seseorang yang sama sama ia sayang itu merupakan kebahagiaan baginya.

Selesai semua urusan Farel dengan Kalya dan merekapun beranjak kerumah masing-masing.