Cukup lama juga menunggu Alsa terbangun dari tidur nya. Walaupun dengan posisi duduk dan menopang kepalanya di meja Alsa masih bisa tertidur pulas. Farel yang tadinya mamperhatikan Alsa, sudah merasa bosan dan duduk disofanya memainkan gadget dengan membiarkan Alsa yang masih tertidur dimeja ruang tamunya.
Sudah 30 menit Alsa terlelap. Dan Farel pun masih setia menunggunya sambil memainkan games di gadget nya. Tak lama, gadis itu perlahan-lahan membuka kelopak matanya. Ia bangun masih dengan raut wajah heran. Ia teringat, ia baru saja tidak sengaja tertidur dirumah Farel.
"Tuan putri udah bangun? gimana tidurnya nyenyak?" seru Farel beranjak dari atas sofanya.
"Yaampun. Kok gue bisa ketiduran gini ya." ucap Alsa merapihkan rambutnya yang acak-acakan.
"Inii--" Alsa menyingkirkan selimut yang mengelilingi badannya dan segera melipatnya.
"Iyaa, tadi gue yang ngasih lo selimut. Gue ngga mau aja lo kedinginan atau digigit nyamuk." jawab Farel yang berada disamping Alsa.
"Gue minta maaf yaaa. Harusnya gue ngajarin lo hari ini. Ehh malah ketiduran." sikap Alsa kini berubah jadi salting.
"Oh iyaa, mana tugasnya. Sini kita bahas dulu." lanjut Alsa sambil tangannya meraba raba kertas yang berserakan disekelilingnya mencari buku jawaban Farel.
Farel pun menghentikan tangan Alsa yang sedang mencari-cari kertas.
"Ngga usah, kita bahas lain waktu aja. Sekarang udah hampir malam. Lo harus pulang."
Alsa pun terdiam sebentar.
"Eennggggg..... Ngga apa-apa kok. Kan udah izin sama Bunda."
"Iya sih, tapi anak cewek ngga baik pulang malem-malem."
"Mmmmm... Yaudah dehh terserah lo aja." jawab Alsa.
Mereka pun bersiap-siap dan berberes dulu sebelum Alsa harus pulang kerumah. Farel membantu Alsa merapihkan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tas. Hanya butuh waktu sebentar mereka sudah membuat ruang tamu Farel yang tadinya berserakan kertas dan penuh buku menjadi bersih dan rapih seperti semula.
"Boleh minjem hp nya ngga?" tanya Alsa ke Farel. Mereka sudah berada di depan gerbang sekarang.
"Loh, buat apa?" Farel heran.
"Yaa buat mesen ojek online." jawab Alsa.
"Ngga usah repot-repot. Kan masih ada gue yang sanggup nganter lo balik."
"Yakin nih ngga ngerepotin??" tanya Alsa memastikan.
"Iya gue yakin." Farel tersenyum.
"Karna gue ngga mau lo kenapa-napa dijalan." lanjut Farel dalam hati.
Akhirnya Alsa pun menerima tawaran Farel. Semilir angin malam dan kerlap kelip kota Jakarta menambah keindahan suasana di malam itu. Alsa hanya menikmati pemandangan selama perjalanan. Dan didalam fikirannya kali ini, ia heran, mengapa musuhnya bisa bersikap sebaik ini pada Alsa. Hatinya pun mulai tersentuh atas semua perlakuan Farel kepadanya.
"Enggak enggak enggak!!!! gue ngga boleh timbul rasa sama Farel. Gue ngga mau nusuk Kalya walaupun pada ucapannya dia bilang udah ngga suka lagi sama Farel."
Begitu kata Alsa dalam hati.
Perjalanan kerumah Alsa terasa sangat jauh sekali. Walaupun sebenarnya hanya cukup waktu 20 menit untuk sampai kerumah Alsa. Mulai bosan dengan hanya melihat lihat sekeliling saja, Alsa pun mulai bergurau dengan Farel.
"Farel.." panggil Alsa.
Farel yang sedang fokus menyetir pun bisa sempat menjawabnya.
"Iya??"
"Sekali lagi gue minta maaf yaaa." kata Alsa malu-malu.
"Ngga apa-apa kok. Gue tau lo pasti kecapean." jawabnya.
Alsa pun terdiam sejenak. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan ke Farel. Tapi ia ragu. Setelah ia berfikir-fikir, sepertinya ia harus mendapatkan jawaban dari Farel atas pertanyaan-pertanyaannya nya.
"Rell"
"Iyaa??"
"Lo tau Kalya suka sama lo??" Alsa memulai pertanyaannya.
"Iya tau." jawabnya.
"Terus kenapa lo ngga respon?" Alsa semakin terheran.
"Karna cinta ngga bisa sipaksain. Karna hati ngga bisa dibohongin."
"Oooowwhhhh." jawab Alsa.
"Gue waktu itu sempet menghindar bahkan kasar sama dia. Karna gue ngga mau buat dia semakin berharap sama gue. Cinta gue cuma buat satu orang dan ngga akan gue sia-sia in."
Alsa hanya mengangguk. Kini ia mengerti. Ternyata sosok playboy seperti Farel nyatanya punya hati yang baik. Dan ternyata Farel pun sepemikiran dengan Fahri untuk hanya mempertahankan satu nama saja walaupun banyak nama yang ingin datang dan hinggap dihatinya. Menurut Alsa sendiri pun itu alasan yang sangat masuk akal.
Motor Farel pun berhenti tepat didepan pagar rumah Alsa. Alsa turun dari motornya dan melirik jam tangannya sejenak.
Jam menunjukan pukul 18.25. Baru kali ini Alsa pulang malam. Tapi dengan alasan yang logis Alsa pun tidak akan dimarahi oleh Bunda.
"Makasih banyak ya rel. Maaf juga udah sering ngerepotin lo." ucap ia memberikan helm dan jaket milik Farel. Sepontan kata itu yang langsung keluar dari mulut Alsa tanpa diiringi pemikiran ketidak ikhlasannya.
"Iya sama-sama. Ngga apa apa kok. Justru gue yang harus terimakasih lo udah ngajarin gue hari ini. Yaaaa walaupun ujung-ujungnya ada acara ketiduran." ucap Farel cengengesan.
Alsa pun tersenyum malu jika teringat kesalahannya tadi sore.
Farel menerima helmnya dari tangan Alsa dan...
"Jaketnya lo pegang aja." ucapnya.
"Tappiii kan ini punya--"
"Iya, ngga apa-apa kok. Almarhummah kakak gue juga pasati seneng jaketnya bisa dipake bidadari." jawab Farel.
Alsa tersenyum mendengar kata- kata Farel barusan. Hatinya pun tak kalah tersentuh juga.
"Makasih ya." Alsa menerima jaket itu kembali.
"Yaudah, udah malem. Hmmm, hati-hati." lanjut Alsa.
"Iya sama-sama." kata Farel sambil menghidupkan mesin motornya yang tinggal melaju.
"Gue pamit yaaa sa. Langsung titip salam juga sama Bunda, Ayah, sama Azam."
Alsa tersenyum.
Farel mulai menggas motornya dan sebelum ia harus pergi ia harus berterimakasih dulu dengan Alsa atass.....
"Dan makasih yaa Al untuk sore ini lo ngga ngelontarin kemarahan lo dan ngga masang wajah jutek lo lagi. Assalamualaikum." kata Farel mengedipkan sebelah matanya dan langsung beranjak pergi dari rumah Alsa.
"Waalaikumsalam."
"Oh iya yaa, kok gue jadi baik gini sama dia." seru Alsa heran.
Hari Alsa kini terasa sangat panjang. Begitu sampai dirumah, Alsa segera membersihkan dirinya dan setelah itu makan malam bersama keluarganya.
Ditengah aktifitas makan malamnya itu ia teringat kembali diri Farel. Sedang apa ia malam ini, apakah ia sedang makan malam bersama Mami dan Bibinya, apakah ia sedang menikmati makanan yang dihidangkan Bibinya dan dimasak bersama oleh Maminya? tenyata tidak.
Disisi lain, terlihat hanya ada seorang lelaki berdiam diri dikamar dengan suasana yang sunyi dan kamar yang sangat acak-acakan. Ia sedang memeluk sebuah bingkai kayu ukuran sedang. Mengapa ia begitu sedih sambil menatap indahnya langit-langit malam dari jendela kamarnya.
Hanya terpampang wajah gadis berumur sekitar 18 tahun berambut hitam pekat dengan merangkul anak lelaki jangkung berbadan cool disana. Iya, wajah perfect Farel berubah menjadi lesu. Ia teringat Almarhummah kakaknya. Terbanyang betapa sayangnya Farel terhadap Almarhummah kakaknya itu. Hari-hari Farel hanya ditemani pembantunya Bi Darsih yang setia melayani Farel.
Hari-hari ia habiskan dengan mengurung diri dikamar ditemani dengan bingkai foto yang terpampang wajah Almarhummah kakaknya.
Terlepas dari sisi Farel, Alsa yang sudah selesai melakukan aktifitas-aktifitasnya itu pun sudah berada di kamarnya untuk istirahat. Alsa berharap bisa bermimpi indah malam ini.
⚪⚪⚪⚪⚪
Seperti biasa, pagi ini Farel sudah berada diruang tamu Alsa tepat pukul 06.00. Farel sedang asik berbincang dengan Ayah. Entah apa yang mereka bicarakan.
Alsa turuh dari tangga atas dan menuju keruang makan. Hari ini Alsa terlihat bahagia sekali. Tidak seperti hari hari kemarin. Biasanya ia sangat muak tiap kali melihat wajah Farel. Itu bisa jadi moodbreaker Alsa.
Tapi beda dengan hari ini. Alsa sudah terlihat sangat akrab dengan Farel. Dan bahkan saat Bunda menyuruh Farel untuk sarapan bareng sebelum berangkat dan Farel memilih duduk disamping Alsa pun Alsa tidak menunjukan wajah juteknya lagi.
Ia sudah lelah membenci Farel dan menjadikan ia musuh bebuyutannya. Iya sudah bersikap layaknya teman dekat Farel. Hingga sesampainya mereka disekolahpun mereka masih jalan berdampingan tanpa wajah jutek yang Alsa keluarkan.
Anak sekelas pun cukup terkejut melihat Alsa datang berdampingan dengan Farel. Tidak terkecuali Kalya yang pernah menyimpan rasa dengan Farel.
Selama jam pelajaran berlangsung, Kalya tidak seperti biasanya yang suka mengeluarkan candaannya ke Alsa. Kalya sangat bersikap dingin sekali terhadap Alsa.
"Sa, Lo lagi deket ya sama Farel??" tanya Kalya tiba-tiba.
"Enggak kok, gue cuma udah damai aja sama dia." jawab Alsa.
"Tapi kok tiga hari ini lo bareng terus sama Farel? ternyata lo gitu ya Sa!" loh, kok tiba-tiba nada Kalya berubah jadi amarah gitu.
Alsa pun menatap heran Kalya.
"Maksudnya kenapa Kal??"Alsa mulai cemas dengan tingkah sahabatnya itu.
Alsa deg-degan ketika Kalya mendekatkan dirinya ke tubuh Alsa.
"Mentang-mentang gue ngga suka sama Farel lagi, baru berapa hari lo udah dapetin dia. Gue ngga nyangka, lo suka MAKAN TEMEN!" dengan menekankan kata makan temen itu, Kalya langsung berpindah tempat dari sisi Alsa.
"Kalll, itu tu ngga kaya yang lo kira!!!" jawab Alsa sontak membuat seisi kelas menoleh ke Alsa. Kalya sendiri tidak memperdulikan nya dan memilih berdiam diri dibangku ujung kelas.
Alsa sendiri tau apa yang menyebabkan sahabatnya naik amarah seperti itu. Ini semua gara-gara Farel. Alsa tidak pernah bermaksud untuk menyakiti hati sahabatnya atau mendekatkan dirinya ke Farel. Tapi Farel yang membuat Alsa dekat dengannya.
Suasana kelas hening seketika setelah mendengar perkataan Alsa ke Kalya barusan.
"Assalamualaikum. Ketua kelas dipanggil petugas perpus sekarang." datang seorang anak berkacamata dari depan pintu kelas dan memerintahkan Alsa selaku ketua kelas untuk keperpustakaan sekarang.
Dengan mengikuti perintah anak itu, Alsa langsung keluar kelas dengan perasaannya yang masih memikirkan sahabatnya itu.
Kelas masih berjalan dengan lancar. Kalya masih berdiam diri diujung kelas. Dan dengan tiba-tiba Farel menghampiri Kalya.
"Kal. Ada yang mau gue omongin sama lo pulang sekolah." ucap Farel.
Kalya hanya menatap dengan tatapan sinisnya.
"Ini penting Kal. Dan gue yakin, cuma lo doang yang bisa ngertiin dan bantu gue. Gue mohon." Farel kali ini benar benar serius dengan Kalya.
"Oke, gue terima tawaran lo." ucap Kalya yang masih menunjukan muka masamnya.