Aku masih memperhatikan Alif yang tertidur dalam lelapnya.
Sudah limabelas menit dia tak bergeming. Aku sampai terlelap sebentar menunggunya sadar.
Tak lama setelah itu, Hamzah datang sembari membawa piring lalu memberikannya padaku.
"Apa ini?" tanyaku.
"Makanlah. Aku tahu kamu belum makan."
Aku menggeleng kemudian memberikannya lagi, "terima kasih. Tapi aku tak mau makan."
"Makanlah, Reine."
"Aku tak mau. Kamu saja yang makan."
"Tap-"
"Makan Rein. Kamu jangan keras kepala." Aku terkejut tiba-tiba Alif bangun dan mengatakan itu dengan suara parau.
Aku segera menghampirinya lalu duduk di sampingnya.
"Kamu sudah bangun dari kapan? Apa kamu masih sakit? Apa..., kamu butuh sesuatu? Biar aku bawakan."
Dengan tangan yang gemetar, Alif membawa tisu yang berada di dekatnya lalu menyimpannya di dekatku, "kamu jangan menangis, Rein. Usap air matamu dengan itu."
Aku menoleh pada Hamzah sesaat dan melihatnya seakan memberi isyarat agar aku mengiyakannya.
