Sudah hampir satu jam aku duduk tanpa kepastian di sini.
Alif yang hanya terdiam sepertinya tak ingin lagi menjelaskan apa pun padaku.
Aku sudah berjanji untuk terus di sini. Walau hatiku patah, tapi aku harus menahan itu semua di depan Alif.
Dia memandangku sambil sesekali menarik napas dengan berat.
"Aku tahu hatimu sangat terluka, tapi aku tak pernah menyesali keputusan yang telah aku buat ini. Karena semuanya, aku lakukan demi kebahagiaan kamu."
Aku sangat terkejut tatkala Alif mengatakan hal itu. Suaranya memang nampak serak, tapi sepertinya dia memaksakan itu semua agar bisa berbicara denganku.
Bukan hanya itu, aku tak tahu harus mengatakan apa lagi mendengar Alif seperti dengan lepasnya berkata hal se-menyakitkan ini padaku.
"Rein, dengar-"
"Sudahlah Alif." Sahutku, "coba lupakan sebentar saja tentang semua itu. Yang harus kamu pikirkan saat ini adalah kesembuhan mu. Bagaimana caranya kamu bisa sembuh dan segera pergi dari sini. Bukankah besok kita akan pulang?"
