Ruang hampa antar bintang-bintang, gelap gulita.
Aku bebarapa hari ini terus memimpikan hal yang sama setiap malam, aku tak tau apa maksudnya.
Dan aku tak berniat untuk mencari tau.
Bisakah ia tak begini sehari saja, pelukannya membuat ku tak bisa bergerak, dengusan nafasnya begitu hangat di leherku, ia masih tertidur dan selalu saja seperti ini setiap paginya, dan aku akan terus berbaring saja sembari menunggu dirinya terbagun dari mimpi panjangnya itu.
Aku di waktu itu hanya...
Kayaknya aku juga malas untuk beranjak dari tempat tidur, toh ini juga masih pagi, lalu aku balikkan tubuhku menghadapnya dan lalu aku coba mencium dirinya, mungkin dengan begini ia akan terbangun, dan benar saja tiba-tiba ia memegang kepala ku dan menekan kepala ku kearahnya, aku waktu itu kesusahan benafas akibat diperlakukan begitu,
namun ia...
Ah aku tak ingin mengatakannya ini memalukan bila aku ceritakan bagai mana rakusnya ia diwaktu itu,
KYAAAA...! Kan aku jadi malu.
"Sayang laper nih, pesan makanan dong."
Pinta ku dengan gerakan cepat ia mengambil Handphone nya dan menelepon ajudannya, enak ya jadi orang kaya serba dimudahkan hehehe...
"Ini pak pesanan nya."
Em...
Makanan ini terasa lezat atau aku yang sudah kelaparan, tapi jika aku berkata bahwa aku ini sudah sangat lapar, aku yakin aku terlihat seperti moster yang rakus, iya aku rakus...!
Saat aku lihat ia tak henti tersenyum kearah ku sembari tetap menyantap makanan, dilihat seperti itu aku menjadi salah tingkah, dan beberapa kali aku menyuruhnya agar tak tersenyum bodoh kepada ku.
Tapi tampaknya itu tak ia dengar dan bahkan ia kali ini tertawa sampai tak lagi bisa menyuapi nasi kemulutnya.
"Sayang...!"
ucapku setengah malu, tiba-tiba ia mengelus kepala ku, sembari tetap tersenyum, kemudian dilanjutkan dengan ciuman dikeningku, aku rasa wajah ku memerah saat itu, sebab aku rasakan wajah ku memanas.
Sungguh ia begitu pandai membuat jantungku berdegup kencang.
Sore harinya, emzzz... Jam dua itu sore apa masih siang sih?
Pokoknya gitulah, ia mengajak ku untuk pergi kesuatu tempat, yang aku ketahui adalah sebuah pila pribadi miliknya, aku tau pila ini bukan satu-satu nya yang ia punya, ya aku pasti tau itu.
Mengajakku melihat pemandangan dari atas bukit, betapa indahnya waktu itu, angin yang begitu dingin menusuk kulit ku, dengan sigap ia mengambil sesuatu dan menyelimuti diri ku dengan kain itu, melihat senja yang perlahan mulai turun.
Warna jinga begitu indah, berpadu dengan hijaunya perbukitan, atau birunya langit.
Aku sangat yakin tuhan menciptakan keindahan ini semua, jadi aku tak akan menyia-nyiakan kemdahan yang ia berikan ini, aku senderkan kepala ku di pundaknya, sembari tetap melihat senja yang indah ini.
"dingin... Masuk kedalam yuk."
Ajaknya, kami pun masuk ke pila itu, dan bermalam disana.
Paginya, karena begitu dingin, lebih dingin dari biasanya, kami tak ingin beranjak dari tempar tidur dan tetap menyelimuti tubuh agar tetap hangat.
Siangnya kami memutuskan untuk pulang kerumah,
"Ah... Tempat tidur ini masih tetap yang terbaik."
Ucapku merebahkan diri ketempat tidur. "Sayang."
Ucapnya lalu berbaring disebelah ku, aku tau apa maksudnya tapi hari ini aku cukup lelah, namun ia begitu mau, aku tak bisa menolaknya aku hanya bisa pasrah dan...
"derrrttt..."
Bunyi handpone ku bergetar, rupanya kakak menelepon, mengabari bahwa ada masalah dengan perusahan, dan sebab itu aku langsung memberikan telepon ku ke pak guru biar dia saja yang berbicara kepada kakak tentang masalah perusahan itu.
"KORUPSI! Udah.. siapa orangnya? Baiklah aku serahkan kepada abang ipar."
Kutanyakan masalah apa yang mereka bicarakan, ia bilang diperusahannya ada yang korupsi dan sekarang pelakukanya sudah ditangkap,
Huh... Masih ada juga orang yang berbuat begitu, walaupun gaji yang pak guru berikan cukup besar kepada karyawannya, melebihi gaji diperusahan lainnya.