"Ada hasilnya? Baiklah aku akan menunggunya, seberapa lama? Hem... Okey."
Lagi-lagi tak ada hasil dari hal itu, selalu seperti itu saat aku menelepon dan mengakhiri panggilan.
Aku tak tau lagi apa yang harus aku perbuat dan langkah apa yang harus aku lakukan, ini cukup rumit melebihi pelajaran kimia dan fisika, jika aku salah satu langkah saja mungkin ini akan menjadi efek domino.
Ia terlihat sangat menjengkelkan hari ini, selalu mengolok-olok dan menjahili ku, mengejutkan ku, dan entah apa yang ia pikirkan.
Kadang aku sagat risih akan hal ini, kadang pula aku cukup senang karena ia begitu terlihat bahagia dan aku pun bahagia akan tingkahnya, bisa dibilang kami ini pasangan yang lain dari pada kebanyakan orang.
Bermain game, menonton film, bermain kartu dengan taruhan, menjahili satu sama lainya, atau pun tertawa tak jelas.
Entahlah apakah kami berdua sudah gila, atau pun akibat kelewatan pintar otak kami menjadi sedikit aneh.
"Kamu kalah."
Lagi-lagi aku harus kalah, wajar saja ban motor ku sudah habis, dan aku salah memilih ban untuk race nya, jarak yang begitu jauh mana bisa aku mengejarnya, akibat dari itu aku pun harus menerima hukumannya, hidung ku dijepit olehnya dengan mengunakan jepit pakaian.
Aku tak terima akan ke kalahan ini, aku meminta pertandingan ulang lagi,
"rossi apa marques ya?"
"ya jangan diambil, aku kan mau pilih marques."
Akhirnya ia mengalah dan memberikan apa yang aku inginkan itu, kami memulai lagi pertandinganya (balapan) dan lagi-lagi aku kalah dengannya, dan jarak nya kali ini lebih jauh dari yang tadinya.
Aku jadi uring-uringan dan menyalahkan stik PS nya, mendengarkan itu ia tertawa terbahak-bahak.
"Kamu... Ahahaha...! Kalau kalah yah kalah aja jangan stik PS jadi alasanya."
"Mau main bola? Bola di PS atau Bola dikamar?"
Lelucon yang sangat buruk, atau karena aku masih tak terima akan kekalahan. Aku tak bisa tertawa saat ia membuat sebuah lelucon.
Tapi aku paksakan untuk sedikit tertawa dan hasilnya...
"Kamu lucu deh."
Ucapnya melepas jepintan jemuran itu dari hidungku.
Rasanya kali ini hidungku kembali normal, karena dapat menghirup udarah sebebas-bebasnya.
Kegiatan kami, kami lanjutkan dengan menonton film anime, yang berjudul Plastic Memories, cerita yang sagat menyedihkan hingga aku berteriak dan mengangis di ending film itu, suasana hati ku kacau saat setelah menonton film itu, aku tak habis pikir bila orang yang yang sangat kita cintai pergi meninggalkan kita.
"itu, apakah mereka bisa bertemu lagi, kan si IIsia nya Cuma direset ulangkan?"
Tanya ku kepadanya, namun ia juga tak tau apakah bisa.
Toh katanya ini kan Cuma film
Sungguh hati ku diwaktu itu cukup kacau, lalu ia menghiburku dengan candaan khas nya, melucu disaat seperti ini sungguh tak tepat.
"Pak guru?"
"Ah. Ada apa?"
"Tidak."
Entah apa yang aku ingin ucapkan kepadanya, aku tak tau seperti ada yang menahan ku agar tak berucap kepadanya, jika ini buruk apakah masih bisa diperbaiki.
Apakah mungkin lautan yang asin bisa berubah menjadi tawar?
"Aku cinta pak guru."
Ucapku kepadanya, dan lalu berbaring di paha nya, aku ingin hari-hari yang aku lalui tak berubah, bersama nya aku merasa sangat senang dan bahagia, melihat tingkah konyolnya...