Jika, Aku Tak mampu membuat kenangan indah untuknya, untuk kami berdua aku rasa aku sungguh akan menyesali nya.
Bila apa yang aku inginkan tak bisa ku raih.
Tak mampu Aku berkata-kata, membeku di tempat, diam dan tak bisa berbuat apa-apa.
Aku hidup dengan damai didepan mata dunia, namun hati ku sungguh merana.
Sedih, membeban dalam diri ku, Aku mendekapmu dihujan malam itu.
Membisikan kata cinta, kita bercumbu mesra dalam hal itu.
Bangun dalam keadaan bahagia, samar-samar lampu kamar membiaskan wajah mu.
Di sudut jendela, kau tampak bahagia saat ku pandangi wajah itu.
Bukan dirimu yang salah ini adalah salah ku, yang tak mampu mengatur kebahagiaan, disaat bersamaan kamu cukup terpuruk akan itu.
Aku tak bisa menyembunyikan penyesalan ku, aku bersedih!
Sembari mengucap maaf atas ke tidak tahuan ku.
Kita berselimutkan kain asmara, mendekap dan bercumbu penuh rasa, aku ingin ini tak berakhir begitu saja.
Namun ini cukup nyata.
Aku berlari mengejar itu, aku letih akan kehilangan orang yang ku sayangi.
Aku tak peduli bila aku harus melawan takdir, aku tak peduli bila aku harus ikut dengan mu.
Ketika aku memandang diri mu di genangan air, kamu seakan tersenyum pada ku.
Pagi datang lebih awal menembus kalbu ku.
Aku mencoba tersenyum pada mu, namun hati ku sungguh pilu, jika aku terus memikirkan itu
"Jangan pergi, Jangan pergi!" Aku berteriak.
Kamu bilang padaku bahwa kamu akan terus bersama ku.
Namun, kenyataan tak seindah bayangan ku.
Bila nanti perpisahan tiba, mungkin langit mengikuti kesedihan ku.
Ayah, ibu sekarang akan kah kamu juga, tidakah ini begitu menyakitkan bagi ku, aku pikir ini akan bahagia sampai aku tua nanti.
Namun, aku tau tuhan selalu berkata lain terhadap ku.
Kamu masih sama, walau aku yang berbeda, aku tak bisa jika aku harus tetap pada titik ini aku, sungguh menyakitkan.
Jika embun tak bisa lagi membasuh rasa sedih didalam hati ku, aku harus melakukan apa lagi?
Kamu sunguh...
Jika ini menyakitkan bisakah aku membuat suatu kenangan yang lebih indah dari biasanya, sebelum ini menjadi kenyataan.
Bahagia rasanya bila ini tak terjadi.
Mengharapkan anak kembar lima, mengisi sudut rumah ini, begitu cantik, atau pun tampan.
Aku terus saja memikirkan itu, disaat matahari tengelam disaat itu semua kata akhir akan diucapkan, dan awal dari sebuah harapan baik.
Ia masih saja seperti itu, menjahili ku, mencium, memeluk dan tak henti ia melakukan semua itu, ia tampak tak senang bila orang-orang memperhatikanku, apa lagi lelaki lain yang memperhatikannya.
Matanya akan melotot tajam kearah orang yang memperhatikan ku, kata nya ia begitu risih dan cemburu bila aku diperhatikan sedemikian itu.
Baginya aku tak bisa digantikan dengan wanita yang lain walau pun wanita itu lebih cantik dari ku.
Ah! Mendengarkan kata itu membuat aku sedikit geli hati.
Aku tidak tau apa yang ada dipikirannya, memang ada orang selain dia yang berbuat begitu kepada istrinya?
Entah lah aku juga tak tau.
Kata manisnya lebih manis dari pada gula, dan tanpa cela rasa pahit.
"Aku sangat mencintai mu, kamu tau aku sungguh mencintai mu." Ucapnya.
lalu mendaratkan ciuman dibibir ku, lalu aku dorong dirinya perlahan
ku tatapi wajah itu.
"Cinta tak perlu kata romantis nan puitis, cukup dirasakan dan beri rasa kepada orang yang kamu cintai." Ucap ku, lalu melanjutkan ciuman itu.
untuk menyerap makna cerita dari episode 50 sampai ending, anda harus membaca perlahan-lahan dan tau artian dari kalimat tersiarat :v
itu aja sih.
selamat membaca episode konflik batinnya