Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 49 - Bab 49

Chapter 49 - Bab 49

"Aku hanya cangung saat kamu mengetahui itu, DASAR JELEK!"

"Apa kata kamu?"

"J.E.L.E.K!"

Aku begitu bahagia disaat ini, ia kembali seperti biasanya, membuat ku jengkel.

Mencoba bersikap konyol, aku tak henti-hentinya mencubit pipinya hingga ia memohon agar aku tak berbuat seperti itu dikarenakan pipinya menjadi sakit.

Rasanya ini membuat kembali pada awal, mencoba menghangat dan mencairkan bongkahan es.

Waktu terus berlalu aku pun waktu itu perlahan-lahan melupakan semua nya, mencoba menikmati apa yang ada.

Bersama nya.

Kami berdua menikmati kebersamaan.

Ia selalu saja memeluk dan mencium ku, saat kami pergi jalan-jalan ia begitu risih bila orang-orang melihat ku, di peluknya aku sedemikian kuat, tapi itu hanya awal, disaat ia begitu tak ingin aku menjadi perhatian orang, tiba-tiba saja ia mengendong ku, aku sangat malu diperlakukan sedimikian itu, aku tau ia begitu tidak ingin aku diperhatikan orang namun, janganlah melakukan hal yang memalukan seperti ini.

Indahnya lautan, segarnya angin pantai, udara khas lautan ku hirup dalam-dalam.

jika aku tak menikmati ini kapan lagi akan terulang? Entah lah.

Putaran roda, atau pun pase pasang surut tak akan berlaku di kenagan manusia.

Tangan kami saling bergenggaman, kami berjalan dipasir putih pantai nan halus itu.

Batuan granit menjulang tinggi.

Hempasan ombak, angin menghembuskan daun kelapa dan daun ketapang.

Surya nampak turun di upuk barat, menandakan hari ini akan berakhir.

Malam tiba, tanpa bintang, bulan pun redup cahanya.

Malam sahdu, dalam pelukanya, terbuai asmara romantis, berdua melalui hari-hari bahagia dengannya.

Aku tak lupa dengan masalah ini, namun gerakan gegabah akan membuat efek domino yang tak aku inginkan.

Hidup tanpa minor tak akan indah untuk diceritakan.

Sungai berair jernih mengalir menyegarkan dahaga dalam luka, aku tak tau aku harus bagaimana tetap bahagia dengan hal ini, atau membuat jarak dengan kebahagian ini.

Aku tak henti-henti mengajaknya untuk memeriksa keadaan ini, dokter bilang ini belum terlambat, masih besar kemungkinannya jika bisa ia tak terlalu berpikir terlalu berat.

Karena ini mengenai otak.

Aku tak tau apa yang dokter itu maksudkan waktu dulu dimana disaat ia mengalami koma.

Aku pikir ini begitu rumit untuk orang sepertiku biarpun aku cukup pintar, mungkin ini karena bukanlah pekerjaan ku.

Masalah medis? Aku sangat tak mengerti.

Setiap memeriksakan keadaan nya itu, aku tak cukup bisa memahami apa yang mereka bicarakan itu, antar dokter dan ia pak guru.

Aku hanya menangkap beberapa point penting, jika tak cepat maka tak akan berubah.

"Tak ada yang perlu kita khawatirkan." Ucapnya menghibur hatiku, aku cukup senang dan memeluknya.

Bukit tanpa pepohonan, hanya ada rerumputan, melihat indahnya alam ciptaan Tuhan.

Aku berbaring berbantalkan kaki nya. Sungguh dingin, Ia menatap wajah ku sembari tersenyum, aku sangat malu ditatapi seperti itu, kemudian ia mengelus wajah ku hingga aku terbuai dan memejamkan mata dalam elusan nan lebut itu.

"Jika langit mendung dan sesaat itu hujan, dan aku kehujanan apa yang akan kamu lakukan untuk ku?" ucapnya bertanya kepada ku dalam sebuah kalimat.

"Jika langit mendung dan disaat itu hujan, dan kamu kehujanan, aku akan berbasah-basahan bersama mu, menikmati kedinginan dalam hujan itu." Jawab ku, kemudian bangkit dan mencium bibir nya.