Sejak aku memahami bahwa tak ada hal yang abadi, Hari ketika kita tertawa bersama, hari dimana kita bercanda bersama, hari dimana kita bermain game dan menonton film bersama menjadi kenangan yang berarti untuk ku.
Dengan kuat, dengan ku ukir di hatiku.
Itulah mengapa kamu, itulah mengapa kita, Dan bukan pula orang lain, tak bisa di gantikan oleh kenangan yang lain.
maka, dari itu aku akan membuat kenangan ini menjadi begitu bermakna bagi kita berdua.
Jika aku pahami setiap kalimat yang kamu ucapkan dulu, itu penuh pelajaran yang berarti.
Bukan sebab kamu seorang guru, dan juga bukan sebab kamu lebih dewasa dariku, yakni itulah dirimu yang sebanarnya.
Walau kebohongan ini sungguh menyakitkan bagiku, walau kebohongan ini agar aku bisa dan tak mengkhawatirkan dirimu.
jika aku berada di titik nol kamu pasti akan memutar nya dan mengembalikan ku ketitik yang dimana awal aku berdiri, namun jika kamu berada di titik nol aku tak bisa berbuat apa-apa selain berharap agar angin bisa memutar cakram itu.
Langit biru kadang akan tertutup oleh awan mendung, aku berharap hujan turun menguyur dunia ini, membasuh debu dan kotoran.
Namun kadang harapan itu hanya angan yang tak akan menjadi kenyataan, sebanyak aku meminta tak akan bisa berubah, atau hanya sedikit berubah saja, aku sangat bersedih akan diri mu, kamu bagai cahaya oranye menembus kegelapan dalam diri ku, namun aku tahu cahaya oranye (senja) hanya sesaat saja dan pada akhirnya akan menjadi gelap nya malam tanpa bintang.
Andai ini tak terjadi...
Aku pikir bahagia itu kekal namun, nampaknya pemikiran itu salah, tentu saja salah.
Panasnya matahari membakar hati dalam kemeranaan, aku diam tanpa bicara, aku butuh tenaga untuk melakukan itu, kamu saat itu diam tak seperti biasanya, aku tau wajah mu begitu bersedih.
Aku pikir percuma kita berdiam diri seperti ini, bukankah kita harus membuat sesuatu kenangan sebelum ini berakhir?
Ku coba menggenggam tangan mu, berbicara seperti biasa namun, ini sungguh lain.
Maksudku ini penuh kecangungan, walaupun senyum itu, senyum kebohongan mu sedikit menyentuh hati ku yang penuh kesedihan di dalammnya.
Daun-daun berjatuhan terbawa angin.
Sunyi diwaktu itu membuat aku menjadi tak menentu dalam perasaan ini.
Jika aku tak bersedih... Itu mustahil.
kamu bagai cahaya bagi ku, cahaya senja.
Dikala sore membias menembus hati ku yang kosong dan gelap, kamu beri harapan dan senyuman kepada ku, lewat cahaya itu.
Aku terbuai hingga aku lupa cahaya itu hanya sesaat saja, saat kamu menghilang sungguh aku merasa kehilangan atas diri mu.
Jendela ini, cermin ini.
Semua bentuk kaca mencerminkan hati ku dalam kesedihan, kamu masih di situ, tak beranjak dari tempat itu.
Walau beberapa kali aku memanggilmu mencoba melupakan itu, namun nampaknya ini tak ada asil.
Malam datang dalam kesunyian tiada akhir, aku tak bisa berkata apa pun, kamu membelakangi ku saat tidur, kamu tak memeluk ku, kamu begitu dingin atau kamu begitu tak ingin aku memikirkan itu.
"Aku sagat bahagia karena telah mencintai mu, kamu begitu sayang kepada ku, kamu bersikap romantis dengan cara mu, kamu begitu ceria dan penuh ke konyolan. aku tak ingin itu berubah dari mu, walau aku tau sekarang ini sangat lah sulit untuk kembali kepada titik itu, namun aku masih tetap mencintai mu sampai kapan pun itu."