Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 3 - Bab 3

Chapter 3 - Bab 3

Pagi datang, lagi-lagi aku harus terbagun dan bersiap-siap berangkat sekolah, berdoa agar hujan turun dan ternyata doa ku tak dikabulkan oleh Tuhan.

Dengan pasksa aku harus berangkat ke sekolah, aku masih berharap agar tugas ini tak dikumpulkan, aku berharap guru mata pelajaran bahasa indonesia tak masuk hari ini, namun...

"Baik anak-anak silahkan maju kedepan, bagi yang bapak sebutkan namanya pangsung maju kedepan dan bacakan puisi yang kalian buat, oke. bapak panggil menurut absen". Ucap pak guru yang sontak saja aku kaget setengah mati dalam hati ku aku sangat kesal dan gugup dan membayangkan betapa malunya jika harus membaca puisi ku di depan kelas dan di lihat teman-teman sekelas ku.

Aduh... Mau di taruh dimana wajah ku ini.

"baiklah pertama bapak panggil adalah Ania Asandara".

Panggil pak guru dengan nama ku yang ia sebut,

"dasar ayah kenapa harus memberi nama awalan A sih".

Gerutu ku dalam hati, dengan paksa aku pun maju kedepan kaki-kaki ku begitu gemetar, aku menarik nafas yang cukup panjang dan membuka buku, lalu membaca puisi ku.

Dilangit yang sama.

Biru dan putih awan.

Di tempat ini, awal pertemuan.

Dan akhir perpisahan.

Aku selalu menunggu.

Kepulangan mu.

Walau aku tau, kamu tak akan pernah kembali.

Cinta ibarat bayangan.

Hilang dengan sekejap.

Aku harap kamu mendengar kan puisi ku.

Aku selalu menunggu mu.

Semoga cinta ini tetap ada.

Dalam diri ku dan diri mu.

Lalu ku tutup buku tulis ku, "prok, prok, prok" tepukan tangan dari seisi kelas begitu nyaring sesaat aku menyudahi membaca puisi yang ku buat.

mendegar itu aku senang dan sedikit malu lalu dengan cepat aku kembali ke tampat duduk ku dan pak guru pun melanjukan kepada absen berikutnya, hingga usai.

"Baiklah kelas ini sangat bagus dalam mengerjakan tugas yang saya berikan, semua megerjakan tepat waktu dan untuk Ania kamu sangat bagus dalam tugas ini, apakah ini benar-benar perasaan dalam hati mu?" ucap beliau dengan sedikit tertawa, aku pun hanya bisa menundukan wajah ku dan berpikir betapa bodohnya diriku membuat puisi seperti itu, ingin aku membuang wajahku ke atas gunung agar aku bisa menghilangkan rasa malu ini.

"Ania nila mu cukup besar di tugas ini yakni 89, jadi bapak akan memberikan hadiah". Ucap guru dan mululai membuka tas selempang milik nya dan memanggil ku untuk maju kedepan dan memberikan ku sebuah buku novel, katanya ini adalah karya pertamanya, aku kaget biar pun dia masih muda namun ia sudah bisa membuat karya dan menjadi seorang guru.

Lalu ia berkata bahwa bakat ku ini harus bisa di salurkan dan ia bermaksud untuk mengajak ku membuat sebuah novel yang puitis dan penuh makna, namun aku mengangap itu sebagai hal yang merepotkan dan selebihnya aku tak ingin ada omongan yang menyebutkan kami berdua, dalam artian berita miring, ya ini logis menurut ku, seorang guru laki-laki yang masih muda berumur 25 tahun, dan seorang gadis SMA bukankah orang-orang akan bercerita bahwa kami mempunyai hubungan didalamnya.

Akhirnya dari pertimbangan itu aku tak menerima tawarannya, aku ingin fokus dengan apa yang harus ku lakukan.

Dan aku berharap ini hanya lah kesalahan dan tak diteruskan, aku harap begitu.

Mudah-mudahan saja tak banyak yang berubah dengan rencana ini, rencana hidup yang aku buat.