Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Love Story of the Twin Heirs

Lalebinlubin
--
chs / week
--
NOT RATINGS
18.1k
Views
Synopsis
Aliando Steven seorang pengusaha kaya raya di sebuah perusahaan berlian. Dia ditangkap di sebuah mall, dan dituduh sebagai pencuri oleh Chalisa Reina. Detektif dari sebuah kepolisian bernama Chalisa Reina, di kantor kepolisian New York. Pertemuan mereka berawal dari pengejaran pencuri di sebuah mall. Pencuri ber-masker tersebut sudah jadi buronannya sejak satu bulan lalu. Chalisa Reina, melihat tas yang dibawa oleh pencopet tersebut dipegang oleh Aliando. Tatapan matanya mengarah ke sosok atletis, tinggi, dan buronannya juga memiliki ciri-ciri yang sama seperti sosok pria di depannya itu. Dari sinar matanya dan segala hal yang ada di depannya sama persis dengan sosok pria di balik masker! Dia menangkap Aliando Steven. Yang dia duga adalah pencuri. Apakah benar pria berstatus kaya raya itu adalah pencuri yang menjadi buronannya selama ini?
VIEW MORE

Chapter 1 - Ch-1 Salah Tangkap!

Halloo, pembaca setia, jangan lupa tambahkan ke favorit dulu ya, sebelum baca. Karena cerita ini akan sampai ratusan chapter! Jangan bosan-bosan karena author akan usahakan upload setiap hari hehehehe!! Jangan lupa follow author-nya juga ya?? Harap maklum jika typo-nya bertebaran nantinya, terimakasih, selamat membaca!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pria kembar pewaris tahta, dua pria tampan namun sangat bertolak belakang dari sisi manapun.

Aliando Steven sosok pria genius, berdedikasi, dan ahli dalam mengelola perusahaan berlian milik keluarga Steven. Dia memiliki sikap dingin dan angkuh.

Adiknya, Alfian Steven sosok pria acak-acakan. Suka berkeliaran dan foya-foya. Pergi dari klub ke klub. Bergaya selenge-an. Tapi baik hati supel, dan secara rutin diam-diam memberikan donasi ke sebuah panti asuhan dimana dirinya dahulu pernah tinggal stelah kematian kedua orang tuanya.

Perebutan harta dan kekuasaan menyebabkan mereka berdua harus di panti asuhan sejak usia lima tahun. Demi menjaga keselamatan dua pewaris tersebut.

Mereka kembali ke rumah megah sebagai pewaris saat usia mereka telah mencapai dua puluh tahun. Melanjutkan sebagai pengelola perusahaan.

20 Juli, New York

Di sebuah mall...

"Sudah aku bilang aku bukan pencuri!" Teriakan Aliando Steven tidak mengurungkan niat Chalisa Reina untuk menangkap buronannya.

"Dasar! Masih saja mengelak! Ini bukan sekalinya aku melihat wajahmu!" Sergah Chalisa Reina padanya.

"Aku yang melaporkan pencurian, kenapa kamu malah menangkap ku? Aku pastikan kamu menyesal sudah menangkap ku!"

Gadis cantik, detektif kepolisian itu membekuk Aliando karena diduganya pria itu adalah seorang pencuri yang sudah menjadi buronannya selama satu bulan terakhir. Dan sasaran pencurian semua dilakukan di toko berlian milik keluarga Steven.

"Berhentilah merengek! Dasar sialan! Craaak!" Memasang borgol kedua tangan Aliando seraya menyeretnya menuju ke mobil, membawanya pergi ke kantor polisi tempatnya bekerja.

Mata Aliando Steven terpaku menatap wanita cantik di sebelahnya.

Chalisa Reina petugas kepolisian, dan ini adalah tiga bulan masa magangnya. Dia diberi tugas untuk menangkap pencuri yang selalu menjadikan toko berlian perusahaan keluarga Steven sebagai sasaran utama.

"Kenapa kamu terus melotot padaku?" Chalisa Reina menoleh ke arah Aliando Steven, wajah dingin dan angkuh.

Chalisa mengemudikan mobilnya dengan santai, menatap ke arah jalan di depannya.

"Hah! Aku akan menuntut-mu Chalisa Reina! Kamu sudah menangkap orang yang salah! Chalisa Reina!" Hardiknya dengan seringai senyuman menakutkan menatap tanda pengenal di depan dada Chalisa Reina.

"Wah, trik untuk membebaskan diri yang unik! Mana mungkin aku salah? Wajah dan tubuh yang sama persis begini kamu bilang aku keliru? Apa kamu kira aku rabun? Minus?" Celotehnya tanpa henti sambil tersenyum mengejek.

"Baru kali ini aku menemukan polisi bodoh sepertimu! Sepertinya kamu akan segera kehilangan pekerjaan, jika tidak, pasti akan segera dipindahkan oleh atasanmu di sebuah pelosok terpencil." Ujar Aliando dengan nada dingin dan mengancam.

Sekitar dua puluh menit mereka berdua tiba di kantor tempat gadis itu bekerja.

Seluruh petugas kepolisian terkejut melihat siapa yang ditangkapnya. Seniornya sengaja menugaskan Chalisa Reina sebagai kambing percobaan. Karena kasus yang terus tak berujung itu. Sudah lebih dari satu tahun sebetulnya kasus itu terus berlangsung hingga kini.

Mereka lelah karena si pencuri selalu bisa memiliki alibinya, dan sudah berkali-kali lepas dari tangkapan mereka.

Bagaimana tidak, wajah dua orang itu hampir tidak memiliki celah sama sekali. Aliando dan Alfian Steven dua pria kembar identik. Dan laporan pencurian itu berasal dari perusahaan Steven untuk menangkap Alfian Steven, yang merupakan pencurinya!

Aneh memang, Aliando sengaja melaporkan adik kandungnya sendiri karena Alfian tidak mau berhenti bermain, terus menerus mengambil berlian dan uang dari toko-toko yang dikelola oleh keluarganya untuk berfoya-foya.

Tapi seluruh petugas kepolisian tersebut juga bingung karena takut salah menangkap. Akhirnya mereka melimpahkan tugas rumit tersebut pada gadis magang tanpa dosa itu! Chalisa Reina.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Aku sudah menangkap pencurinya!" Ucap Chalisa seraya mendorong Aliando duduk di kursi tersangka untuk dimintai keterangan.

"Lisa! Sini!" Revan menarik lengannya pergi, sesaat dia melihat seringaian menakutkan di wajah Aliando Steven.

"Kenapa?" Tanyanya pada Revan saat mereka sudah berada di sebuah ruangan. Revan adalah seniornya di kantor kepolisian tersebut.

"Dia itu pemilik perusahaan Steven! Aliando Steven!" Ujar Revan sambil memijit pelipisnya karena mendadak pusing.

Chalisa melongo menatap kosong, dadanya mendadak terasa kehilangan detak jantungnya karena terkejut mendengar ucapan seniornya tersebut.

"Tapi profil pencurinya sama!" Teriak Chalisa Reina sambil menahan lengan seniornya.

"Mereka berdua pria kembar identik!" Kini Revan tersenyum menepuk punggungnya, kemudian berlalu pergi dari hadapan Chalisa. Meninggalkan wajah terbengong dengan mulut menganga lebar.

"Astaga! Hahhhahahahhaha! Gila! Sungguh gila!" Chalisa meremas rambutnya sendiri merasa pusing, pusing tujuh keliling.

Kakinya melangkah santai menghampiri Aliando Steven. Dia mengambil sebuah kursi dan duduk berhadapan dengannya. Kemudian mengeluarkan anak kunci dari dalam sakunya. Melepaskan borgol yang mengikat kedua tangan pria tampan itu.

"Kenapa kamu melepaskanku? Bukankah kamu yakin aku adalah pencurinya?" Seringai pria itu sambil tersenyum dingin.

"Iya aku masih menduga kamu adalah Alfian Steven, karena barang bukti yang ada di tanganmu. Untuk memastikan bahwa kamu bukan Alfian, jalan satu-satunya adalah menghubungi Aliando Steven!" Chalisa mengancungkan ponselnya di depan wajah pria itu.

Aliando tersenyum, mendengar ucapan gadis di depannya itu. Karena sudah setahun laporan pencurian itu, tapi tak satu polisipun yang bisa menangkap Alfian karena kelicikannya.

Chalisa segera menekan tombol pada ponselnya, dan dia mendengar suara dering ponsel dari saku pria di depannya itu. Wajahnya yang cerah mendadak berubah pucat pasi.

Perlahan dia menurunkan ponselnya, tangannya terasa lemas. Bayangan hitam dalam benaknya mulai bermunculan. RESIGN! DI PINDAHKAN KE PULAU TERPENCIL!

"Kenapa wajahmu Chalisa?" Tanyanya sambil menahan tawanya.

Seluruh petugas kepolisian di sana terkejut melihat Aliando tersenyum, pria yang terkenal dingin itu kini tersenyum. Dan membuat mereka hampir salah membedakan itu Aliando atau Alfian.

Aliando cenderung terkenal sebagai sosok temperamen, sering marah-marah, dan kejam! Lebih dari sepuluh orang mengusap kedua mata mereka sendiri, demi memastikan pemandangan di depannya itu.

"Maafkan aku." Ucap Chalisa sambil menundukkan kepalanya, berharap pria itu mau memaafkannya. Gadis itu terus memainkan jemarinya di atas pangkuanya, bibirnya kini bergetar. Tentu saja dia takut sekali harus berakhir resign di kantor kepolisian tersebut.

"Apakah anda akan tetap menuntut-ku?" Tanyanya memberanikan diri pada pria di depannya itu.

Aliando tersenyum, lalu bangkit berdiri merapikan jasnya kembali. Chalisa mengekor di belakang punggungnya, gadis itu terus mengejarnya sampai mendapatkan jawaban dari pria di depannya itu.

"Antar aku kembali ke perusahaan, aku akan menjawab pertanyaan-mu nanti." Ucapnya dengan nada dingin.

Chalisa akhirnya mengantarkan pria itu menuju ke perusahaan dimana dia bekerja. Dia masih terus mengekor di belakang punggungnya. Seluruh karyawan di sana sedikit terkejut melihat Presdirnya membawa seorang wanita masuk ke dalam perusahaan.

Chalisa sengaja mengantongi tanda pengenal miliknya, dia tidak ingin karyawan perusahaan tersebut mengetahui identitas dirinya. Dan akan menjadikannya bahan pembicaraan, juga rumor negatif terhadap dirinya dengan Aliando Steven.

Dan benar saja, sepuluh menit kemudian berita bermunculan mengenai dirinya di media sosial. Berita tersebut pun terlihat di layar elektronik perusahaan milik Aliando mengenai dirinya yang telah salah menangkap pencuri.

"Astaga!" Kini Chalisa Reina wajahnya terpampang jelas di sana. Dirinya dengan Aliando Steven. Dia terpaksa menutupi wajahnya menggunakan tudung jaket miliknya.

"Masuklah." Perintahnya pada Chalisa agar mengikutinya masuk ke dalam ruang kerjanya.

Mata Renata melotot dari arah meja sekretarisnya di luar ruangan kerja Aliando. Gadis itu baru kali ini melihat Aliando membawa wanita bahkan hanya tinggal berdua saja di dalam ruangan kerjanya.

Tanpa ragu Chalisa masuk ke dalam. Tatapan matanya merayapi seluruh ruangan tersebut.

"Duduklah." Aliando membawa dua kaleng minuman ringan, kemudian meletakkannya satu di atas meja di depan Chalisa. Satu kaleng lainnya dia buka dan mulai diteguknya.

Chalisa masih menatap wajah pria di depannya itu. Dia sebenarnya hanya menunggu keputusan dari nya. Hanya itu saja, tapi dia malah tertahan di dalam ruangan kerjanya.

"Apa anda sudah mengambil keputusan?" Tanya Chalisa Reina karena sudah tidak sabar menunggu.

"Kamu harus bisa membedakan kami berdua, untuk bisa menangkapnya." Ucapnya santai, masih meneguk isi kalengnya. Menatap Chalisa melalui ekor matanya.

"Ini benar-benar sulit, aku sudah bertemu beberapa kali dengan Alfian. Saat menguntitnya, dia selalu kabur dan lepas. Tapi aku tidak tahu perbedaan antara kalian berdua, karena wajah dan postur tinggi tubuh kalian sama persis." Ujar Chalisa sambil membuka berkas di tangannya. Menunjukkan itu pada Aliando Steven.

Pria tersebut mengambil berkas itu, membacanya sebentar. Lalu meletakkan kembali di atas meja. Pria itu bersandar di kursinya dia terlihat seperti ingin membuka bibirnya tapi ada rasa keraguan tersamar pada wajah dinginnya.

"Apa kalian memiliki perbedaan yang bisa aku jadikan pegangan? Bukankah kamu ingin menangkap adikmu? Dan mengenai tuntutan tadi, aku harap anda mau membatalkan itu, aku janji akan menangkap pria ini." Ucap Chalisa Reina penuh harap, agar pria di depannya itu mau memberikan padanya sedikit titik terang. Agar dia bisa segera menangkap pria bernama Alfian Steven.

"Ada, hanya saja.." Aliando terlihat gelagapan, batal melanjutkan ucapannya. Dia melihat ke arah pintu, lalu berdiri melangkah ke sana mengunci pintunya.

Chalisa terperanjat melihat pria itu mengunci pintunya.

"Ke, kenapa? Kenapa pintunya harus dikunci?" Bibirnya tergagap. Dia beringsut mundur melihat pria itu menarik lepas dasinya. Kemudian melemparkan jasnya ke sofa.

Melangkah perlahan mendekati Chalisa, sambil membuka kancing shirt lengan panjang miliknya satu persatu.

"Kau! Kau! Mau apa?!" Chalisa semakin pucat ketika jarak mereka semakin dekat, bahkan gadis itu sudah menaikkan kedua kakinya di atas sofa.

Selesai membuka kancing bajunya dia duduk di sebelah gadis berwajah pucat karena ketakutan itu. Chalisa menutupi kedua matanya dengan telapak tangannya. Dia tidak ingin melihat tubuh telanjang Aliando di depan matanya.

"Heh! Apa yang kamu pikirkan?" Aliando mencolek bahunya dengan jari telunjuknya.

"Apalagi? Jangan bilang kamu pria cabul?" Tebaknya masih menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya.

"Buka matamu! Kamu bilang ingin melihat perbedaan kami berdua?" Ujarnya dengan suara tenang.

Perlahan-lahan Chalisa menurunkan kedua tangannya dari wajahnya. Mulai melihat dada bidang pria di depannya. Aroma parfum dari tubuh pria tampan, Aliando Steven menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Membangunkan sensasi liar di dalam benak Chalisa.

Chalisa menelan ludahnya sendiri menatap tubuh begitu sempurna, juga masuk dalam list kriteria pria idamannya.

Aliando Steven tersenyum manis melihat wajah gugup Chalisa Reina.

"Lihat baik-baik, besok belum tentu kamu bisa melihat tubuh seindah ini!" Ujarnya sambil tersenyum mengejek merentangkan kedua tangannya.

"Jadi? Jadi?! Jadi apa maksudmu membuka bajumu? Apa perbedaan di antara kalian? Jangan bilang kamu hanya ingin menunjukkan tubuhmu yang atletis ini!?" Celoteh Chalisa karena tidak percaya dengan cara berpikir pria di depannya itu.

"Tentu saja! Tubuhku lebih atletis dari Alfian Steven!" Ujarnya dengan penuh rasa bangga.

"Apa dia sudah gila? Bagaimana mungkin menunjukkan ototnya untuk membuatku bisa membedakan mereka berdua? Otakku bisa eror permanen jika terus bersama dengan pria ini." Gumam Chalisa pelan, tapi tetap saja Aliando mendengar ucapannya.

"Apa kamu bilang? Coba katakan sekali lagi! Aku akan mencatat ucapan-mu barusan, untuk melengkapi data tuntutan!" Meraih bolpoin di atas meja.

"Tidak! Jangan! Akkkh! Bruuuk!"

Chalisa terkejut, refleks dia berusaha merebut bolpoin tersebut dari genggaman pria di depannya itu. Tapi malah terjembab jatuh di atas tubuhnya telanjang dada di depannya.

Kini wajah mereka berdua sangat dekat, wajah Chalisa berada di atas wajah Aliando Steven.

"Jika mungkin tidak ada yang menjadi perbedaan antara kami berdua, mungkin ini bisa membuktikan perbedaan kami. Cup!" Aliando meraih kepalanya, mengulum bibirnya.

Chalisa melotot, tubuhnya mendadak membeku merasakan ciuman lembut di bibirnya.

Bibir tipis pria itu mengulum bibirnya dengan kulumman yang sangat lembut. Sejenak angannya melayang-layang di awang-awang, tapi mendadak jatuh ke tanah kembali.

Aliando melepaskan pagutan bibirnya, mendorong tubuh Chalisa agar bangkit dari atas tubuhnya. Seperti tidak terjadi sesuatu apapun. Ciuman baginya terlihat seperti membuang ingus belaka.

"Hahahahaha!" Chalisa tidak bisa menahan lagi tawanya, tawa penuh rasa tidak percaya. Ciuman pertamanya dirampas dua detik yang lalu oleh pria di sebelahnya. Bahkan tanpa rasa sama sekali. Tanpa rasa cinta!

"Kenapa kamu tertawa?" Tanyanya bingung melihat gadis itu tertawa terbahak-bahak tapi wajahnya terlihat tidak bahagia.

"Apa kamu berpikir rasa bibir kalian berdua yang menjadi perbedaan di antara kalian berdua! Huh! Polisi mana, yang mau melumat bibir tersangka sebelum menangkapnya? Demi merasakan perbedaan antara keduanya??! Tuntut saja aku! Aku juga akan menuntut-mu karena sudah melakukan pelecehan seksual! Bukankah mencium seseorang tanpa ijin juga melanggar hukum? Tuan Presdir?!"ย  Keluhnya kesal sekali.

"Kenapa kamu malah marah-marah? Seharusnya kamu merasa beruntung aku sudah menciummu! Banyak wanita di luar sana mengantri untuk mendapatkannya!" Ujarnya penuh rasa bangga.

"Persetan dengan ciuman!" Sergah Chalisa penuh amarah. Tatapan matanya kemudian beralih pada sebuah tahi lalat yang ada di bawah tulang rusuk kiri Aliando.

Dia segera mendekatinya, untuk melihatnya dengan jelas. Tapi nahas! Malang nasibnya karena pria itu tiba-tiba berdiri dan wajah Chalisa membentur area terlarang milik Aliando Steven.

"Kau! Wanita macam apa?!" Teriak Aliando sambil mendorong kepala Chalisa agar menjauh ke belakang. Kemudian menutupi satu-satunya senjata miliknya dengan kedua tangannya.

Gadis itu hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah lain, dengan wajah merah padam.

"Akkhhh! Bodoh sekali!" Umpat Chalisa Reina penuh rasa malu tak tertahankan.

Bersambung...

Ini cerita yang author kerjakan dua hari kemarin... Hoho..

Selamat membaca Semoga terhibur.. terima kasih ditunggu follow dan votenya thanks..

By Author gila @lalebinlubin