Follow Author dulu sebelum baca!!!
Episode selanjutnya..
"Kenapa kamu tidak duduk saja di depan? Dan kenapa para pengawal berjaga di luar mobil?" Tanya gadis itu bertubi-tubi, jantungnya berdetak kencang saat Aliando menarik lengannya mendekat ke arahnya.
"Aliando, kamu, kamu mau apa?" Tanyanya gugup.
Chalisa pikir pria itu berniat melakukan hubungan intim di dalam mobil, karena saat berdiri berhimpitan di bandara sebelumnya, dia merasakan senjata pria itu sudah tegang. Ragu-ragu Chalisa menggeser posisi duduknya agak menjauh darinya.
Pria itu tersenyum santai seraya merapikan jasnya, dia menghadap ke depan dan tidak menghiraukan wajah gugup Chalisa di sebelahnya.
"Apa-apaan dia? Hah?!" Gumam Chalisa Reina sambil beringsut ke sudut mobil, gadis itu menatap aneh perilaku Aliando. Pikirnya pria itu akan berbuat sesuatu yang mengejutkan dirinya, tapi tidak! Aliando penuh kharisma menatap ke luar jendela mobilnya.
"Apa dia sedang menertawaiku?" Gumam Chalisa pada dirinya sendiri, beberapa saat kemudian sopir masuk ke dalam mobil. Mobil tersebut mulai melaju dengan kecepatan sedang.
Chalisa sudah menyerah untuk kabur dari genggaman pria kaya raya di sebelahnya. Dia terdiam di sepanjang jalan, tidak ada niatan untuk bertanya ataupun mengucapkan sesuatu padanya. Pikirnya juga tidak ada gunanya menanyakan sesuatu yang menyangkut pekerjaannya di kantor kepolisian. Sebenarnya Chalisa masih ingin bekerja di kantor kepolisian seperti sebelumnya, tapi pikirnya mana mungkin Aliando akan memberikan ijin padanya.
"Aku!" Ucapan Chalisa terbentur dengan ucapan Aliando. Membuat keduanya mendadak terdiam kembali.
"Kamu duluan," ujar Chalisa kemudian.
"Kamu saja!" Timpal Aliando Steven tidak mau kalah.
"Aku, bisakah kamu mengembalikan pekerjaanku?" Tanya dengan pelan.
"Kenapa? Apa kamu merasa aku terlalu miskin, tidak sanggup membiayai kebutuhan hidupmu?" Tanya pria kaya itu, tentu saja dia tidak berpikir kalau Chalisa hanya berpikir kalau dia tidak ingin melepaskan pekerjaan yang baru dia dapatkan dengan susah payah sekarang malah terlepas begitu saja.
"Bukan itu. Ah sudahlah, kamu mana tahu bagaimana rasanya merangkak dari nol." Cibirnya pada pria itu.
Aliando meremas kepalan jemari tangannya, dia kesal sekali karena ucapan Chalisa benar-benar seperti pisau yang mengoyak hatinya. Walaupun ucapannya tidak salah sama sekali. Tapi itu membuat hati pria itu sangat terluka.
"Bibirmu lebih tajam dari pisau Chalisa!" Ucapnya seraya menoleh ke arahnya.
"Tapi bukankah itu benar? Presdir? Anda sejak lahir sudah menjadi pewaris utama perusahaan keluarga. Sedangkan aku, aku melalui banyak hal untuk mendapatkan pekerjaan sebagai anggota kepolisian. Aku tidak percaya jika usahaku yang begitu keras berakhir menjadi seperti ini. Benar-benar mustahil!" Gerutunya seraya membuang muka ke luar jendela.
Aliando semakin gemas karena lontaran kata-kata pedas Chalisa, pria itu menarik lengannya hingga dia berbaring di atas jok mobilnya. "Sraaakkk! Bruuukk! Aahhh!" Pekiknya saat tubuhnya terjatuh di atas kursi mobil. Sedangkan Aliando menahan kedua tangannya di atas kepalanya.
"Aliando! Jangan gila, kita sedang di dalam mobil sekarang!" Teriaknya saat pria itu membungkam bibirnya dengan pagutan lembut. Aliando mengisyaratkan pada sopirnya dengan tangan kanannya untuk menepikan mobilnya. Sopir tersebut menganggukkan kepalanya, kemudian segera menepikan mobilnya lalu keluar dari dalam mobil tersebut, berjaga agak jauh dari mobilnya.
Chalisa melotot saat pria itu mulai menelusuri pahanya, hingga menarik resleting celananya turun.
"Pria gila ini, dia baru saja menggumuliku pagi tadi. Sekarang sudah berniat untuk melakukannya lagi." Keluhnya yang sama sekali tiada artinya, ditambah pria itu sekarang mulai mencumbui lehernya dengan kecupan- kecupan lembut bibirnya.
"Aliando jangan.. akhhhhh..." Ujarnya dengan nafas memburu merasakan remasan lembut pada bongkahan kenyal dadanya. Kedua tangannya masih tertahan di atas kepalanya, satu tarikan tangan Aliando Steven celana Chalisa berhasil terlepas meluncur ke bawah kakinya. Aliando mengangkat shirt gadis itu ke atas, kemudian menghisap bongkahan kenyal miliknya kiri kanan bergantian, membuat tubuh gadis itu menggeliat kesana-kemari menahan rasa nikmat.
"Akkhhhh.. awhhhh.. emmhhhhh.. aawhhhh.." Desah Chalisa.
Jemari tangan Aliando mulai merayap ke bawah menggelitik area sensitifnya, menusuk-nusukkan jemarinya perlahan-lahan ke liang organ intim gadis itu.
Tubuh Chalisa mengejang hebat, tubuh sintalnya terpampang bebas di di depan mata Aliando Steven. Wajahnya terlihat sayu, bola mata Chalisa Reina berkaca-kaca. Ada buliran bening menggantung pada kedua sudut matanya.
Semakin lama permainan jemari tangan Aliando semakin membuat area sensitifnya basah dengan lendir.
Tepat saat pria itu mulai menusuk-nusukkan senjatanya air mata Chalisa Reina benar-benar meluncur bebas ke bawah, membasahi kedua pipinya. Ada rasa sesal di dalam hatinya karena berani mengusik pria kaya raya itu beberapa waktu lalu. Tak disangkanya semuanya menjadi serumit ini.
Beberapa kali dia meminta agar pria itu mau melepaskan dirinya saja, karena lebih banyak wanita cantik berdedikasi di luar sana. Dan pasti tidak sulit jika Aliando Steven untuk mendapatkannya, jika pria itu menginginkan mereka.
"Aahhhh.. emmhh.. aawhhh.. Al.. aakkhhh.. awwhhh... Aahhh.." Tubuh Chalisa terguncang-guncang menahan sodokan senjata pria itu pada area sensitifnya. Aliando sudah melepaskan genggaman tangannya, kini Chalisa meremas-remas punggung pria yang masih terus berpacu di atas tubuhnya.
"Emmhhhhhhh.. aaakkkhhhhhhhh..." Pekikan panjang Chalisa terdengar ketika gadis itu melepaskan klimaksnya. Aliando tersenyum penuh kemenangan, pria itu melumat bibirnya seraya mempercepat laju sodokannya pada area yang kini sudah sangat basah penuh lendir tersebut.
"Aliando! Awhhh.. aahhh.. emmhhh.. aakkkhhh.." Pekikan Chalisa malah membuatnya semakin bersemangat untuk terus memperlaju gerakan pinggulnya. Mengocok area sensitifnya dengan hentakan-hentakan keras.
"Aliando! Akkh! Awh! Aakkk!" Jerit Chalisa menahan sejuta rasa nikmat karena permainan hebat pria tersebut.
Tubuh atletis Aliando kini basah kuyup dengan keringat, menetes membasahi tubuh Chalisa yang masih berada di bawah himpitan tubuhnya. Beberapa detik kemudian Aliando juga melepaskan klimaksnya, mengakhiri permainan panas senja itu.
"Hah! Hah! Hah! Hah!" Nafas Aliando masih terdengar tersengal-sengal, pria itu menarik tubuh atletisnya dari atas tubuh Chalisa Reina. Gadis itu masih tetap berbaring terlentang di kursi. Chalisa segera menekuk kedua kakinya saat Aliando duduk di ujung kursi, memberikan tempat pada Aliando untuk menjatuhkan tubuhnya.
Wajahnya terlihat sangat malu sekali, saat Aliando dengan liar menatap tubuhnya dengan pakaian masih terbuka tersebut.
Buru-buru sekali Chalisa segera memungut celananya, dan merapikan shirt-nya kembali seperti sediakala.
"Kita akan segera menikah, Chalisa." Bisiknya di telinga gadis itu. Ingin sekali Chalisa mendorong wajah Aliando dari dekatnya, tapi dia tidak ingin menyulut amarah pria itu lagi. Jika tidak, dia tidak tahu apa yang akan dia alami pada hari berikutnya!
"Pakai kembali bajumu." Ujar gadis itu dengan nada datar, dia mendorong pelan wajah Aliando Steven agar menjauh dari wajahnya sendiri. Karena sejak tadi pria itu terus menghujami wajahnya dengan kecupan bibir tanpa henti.
Aliando tersenyum, lalu mulai memakai shirt lengan panjang miliknya. Saat pria itu mendekatkan kembali dirinya, Chalisa tahu, dia ingin agar Chalisa mau memasangkan dasinya.
Gadis itu segera memasang dasinya, tanpa protes sama sekali. Aliando beberapa kali menciumi pipinya.
"Kenapa pria ini terlihat begitu mencintaiku? Terlalu mencintaiku." Bisik Chalisa dalam hatinya.
Gadis itu mendongakan kepalanya menatap wajah pria di depannya lekat-lekat. Kedua tangannya masih berada di atas kedua bahu pria itu.
Saat Aliando mendaratkan ciuman di bibirnya Chalisa menutup matanya, dia memilih pasrah menikmati pagutan lembut bibirnya tanpa protes.
Bersambung....
Tambahkan ke perpustakaan kalian untuk mendapatkan notifikasi update kisah selanjutnya...