Ke empat mata itu memandang tajam sebuah benda pipih yang berada dihadapan wajah. Sebuah benda canggih berbentuk persegi yang dapat diketahui harganya mencapai puluhan juta. Tablet dengan merek apel kegigit itu menampilkan sebuah kurva harga saham di dalamnya.
Sehun masih memandang seluruh gambar yang terpampang dengan jelas dihadapan matanya dengan kuping yang selalu siap sedia mendengarkan celotehan Baekhyun—bawahan sekaligus temannya ini.
"Ini beneran naik drastis, Bang?" tanya Sehun tak percaya.
Sedang yang ditanya menganggukkan kepala kencang sebagai jawaban. "Iya, Hun."
"Kok tiba-tiba banget ya? Dia mau setuju dengan usulan kita? Sebelumnya pern—"
"Sttt!" sela Baekhyun cepat. Lelaki berwajah cantik itu menempelkan jari telunjuknya tepat di depan bibir. "Jangan protes, ini udah rezeki. Jadi jangan ditolak," titah Baekhyun. Membuat Sehun memutar bola mata malas lalu menyenderkan bahu di kursi pesawat.
Perlu diketahui bahwa mereka berdua saat ini sedang berada di dalam maskapai penerbangan Garuda dengan tujuan Bali. Ingatkah dengan Sehun yang mendadak harus pergi meeting tadi pagi? Laki-laki itu yang rupanya harus terpaksa berpisah dengan Nata dan menghadiri rapat penting diluar kota.
Merasa kesal sebab Suho yang menyuruhnya pergi. Tidak ingin menambah dosa dan di cap sebagai anak durhaka, Sehun menurutinya.
Dengan pikiran yang berada di otak masih berkecamuk. Sehun memandang jendela luar penuh perasaan gelisah serta kesal. Menggenggam erat gawai miliknya. "Nggak berguna banget sih!" erang Sehun kesal.
Baekhyun menolehkan kepala cepat dengan wajah terkejutnya. "Maneh ngatain urang, Hun?" tanya Baekhyun dengan logat sundanya yang khas.
"Bukan Abang tapi ini!" tunjuk Sehun pada gawai yang berada di tangan kanannya.
"Kenapa nggak berguna?"
"Mati."
Dengan kening yang mengerut dalam sebab bingung. Baekhyun mengambil gawai tersebut, berusaha mengaktifkan benda itu. Seperkian detik kemudian ia mendengus napas kasar.
"Pinter sia! Ini habis batre, Sehun!" pekik Baekhyun dengan nada tertahan. Sedang yang dimaki hanya menghela napas pelan. Masih terlampau bingung dengan pendapatan perusahaan yang tiba-tiba saja melonjak naik.
Berbeda dengan keadaan tiga sekawan yang berada di Ibukota. Nata, Jaehyun, serta Mawar yang saat ini sedang mengerjakan skripsi bersama di kediaman keluarga Disastro. Mawar yang mencetuskan ide tersebut saat mereka sedang berada di Gramedia tadi.
"Mau ngerjain skripsi bareng nggak?" tanya Mawar.
"Bukannya ngerjain skripsi tapi nanti kita malah ngobrol," ujar Nata dengan senyum tertahan. Sedang Jaehyun terlihat berpikir sebelum akhirnya ia menjawab tawaran yang diberikan oleh Mawar. "Boleh, tapi ganti-gantian aja ngerjainnya."
"Maksudnya, Jae?" tanya Nata yang tidak mengerti.
"Mungkin maksudnya Jaehyun begini, hari ini di rumah gue, terus besoknya di rumah Nata dan lusanya di rumah Jaehyun. Bener kan?" tanya Mawar yang ditanggapi oleh Jaehyun dengan acungan jempol, tak ayal sebelah tangannya ikut berpartisipasi dalam mengusap pucuk kepala kawannya.
Mengakibatkan Mawar salah tingkah dan hampir diam seribu bahasa jika Nata tidak mengeluarkan leluconnya.
Nata masih memandangi layar gawai dengan perasaan gelisah. Melihat ruang chatnya bersama abang Jaehyun, sejak siang tadi belum ada balasan sepatah kata pun.
Bang!
Aku sama Jaehyun udah baikan
Tadi nggak sengaja ketemu di Gramedia
Mawar yang punya ide buat bikin kami baikan
Sekarang kami mau ngerjain skripsi bareng di rumah Mawar
Kayaknya lagi sibuk ya Bang?
Ya udah deh, kalo ada waktu bales pesanku ya!
Ily 3000 ♥️
Membuat dirinya menghela napas pelan dan memilih untuk melanjutkan kegiatannya bersama laptop dihadapan mata. Hal itu pun tidak luput dari pandangan mata seorang bungsu Bangsawan. Jaehyun yang terlihat menahan senyum pedihnya.
"Bang Sehun tadi sore mendadak berangkat ke Bali." Ucapan Jaehyun yang baru saja dilontarkan sukses mengundang atensi dari para perawan jawa di sana. Nata lah yang pertama menengok. "Kok tiba-tiba banget?" tanyanya heran.
"Iya, setelah dia pergi meeting karena gantiin Papi tadi pagi. Siangnya Bang Sehun dapet kabar buat hadirin rapat dadakan di Bali," ujar Jaehyun menceritakan. "Dia menang tender di sana," ucap Jaehyun menambahkan.
Membuat binar mata milik Nata kembali terpancar, Mawar pun tak kalah hebohnya. "Asik, tunggu dia pulang kita minta traktiran!" ujar Mawar tak terbantah.
"Tenang aja, Nat. Pasti dia kabarin lo kok."
—
Ubud, Bali 17. 17 WITA
Sehun yang saat ini masih terdiam seribu bahasa. Memandang seorang gadis cantik yang berada dihadapan wajahnya. Dapat dilihat dari sini bahwa gadis itu berjalan mendekat ke arahnya.
"Sehun," panggilnya dengan suara lembut.
Mendengar suara itu lagi-lagi membuat jantung Sehun berdenyut nyeri, tak ayal bulu kuduk pun ikut berdiri. Baekhyun yang masih setia berdiri di sampingnya pun bergidik ngeri sembari berbisik. "Dia... mirip mantan maneh yang udah meninggal, Hun."
"Y-yuna?" tebak Sehun dengan suara terbata-bata.
Sedang yang disebutkan namanya tersenyum manis, tak lama kemudian tersenyum sinis. "Aku bukan Yuna, Sehun. Tapi kembaran dari mantan kekasih kamu yang telah mati tepat tujuh tahun silam," ujarnya sembari melangkah supaya mendekat dengan Sehun. .
Baik Sehun maupun Baekhyun pun terkejut. Berusaha menenangkan detak jantung yang memburu. Keduanya melemparkan pandangan dengan sorot mata tak terbaca.
"Apa perlu aku perkenalin diri lagi secara resmi di depan wajah kalian?" tanyanya. Tangan gadis itu bahkan sudah hinggap di atas bahu Sehun yang lebar. Matanya yang tajam pun memandang Baekhyun dengan manis.
"Baik, diamnya kalian berarti aku anggap sebagai jawaban iya," kata gadis itu sembari bersedekap dada.
"Kenalin, aku Yena Alfiona Damares. Kembaran Yuna yang sempat hilang tujuh tahun lalu. Senang bertemu kalian kembali," kata Yena yang lagi-lagi menampakkan senyum miringnya.
"Mulai kedepannya jangan lupa persiapkan diri... kita akan sering bertemu," bisik Yena tepat di sisi telinga Sehun. "Jangan lupa sampaiin salamku untuk kekasih barumu, Sehun. Siapa namanya?" tanyanya kepada diri sendiri. "Oh iya Nata. Dia cantik... persis seperti Yuna."
Setelah mengatakan hal itu, Yena pergi dengan langkah besar menghampiri mobilnya yang telah datang di lobby perusahaan. Meninggalkan Sehun dengan Baekhyun yang masih berdiri dengan apik di depan pintu mobil tanpa ekspresi.
"Yena... kembali, Hun," ujar Baekhyun dengan suara lirih.