Chereads / Blanc Et Noir / Chapter 30 - BEN 4.1 Umur bukan masalah yang besar

Chapter 30 - BEN 4.1 Umur bukan masalah yang besar

Sehun memijat kepalanya pusing, laki-laki tampan yang memilliki hidung bangir itu menatap makanan yang tersedia dihadapan wajahnya dengan tatapan malas terkesan abai. Berbeda dengan Baekhyun yang tampak sangat menikmati hidangan makan paginya.

"Dimakan atuh, Hun. Mubadzir," titah Baekhyun lembut sembari menunjuk makanan Sehun yang mulai dingin. Namun decakan pelan serta gelengan kepala tegas diberikan oleh Sehun sebagai bentuk penolakan. "Kalo mau ambil aja, Bang," ujar Sehun malas.

"Nggak, urang juga udah kenyang. Maneh dari semalem belum makan, Hun. Udah hubungin Nata juga?" tanya Baekhyun.

Aduh, Sehun baru ingat bahwa ia memiliki kekasih.

Terlalu larut memikirkan pasal kehadiran serta kembalinya Yena—si kembaran dari Yuna yang selama 7 tahun terakhir ini menghilang bak di telan bumi.

Sehun membuka layar gawainya yang terisi penuh oleh baterai sebab di cas oleh Baekhyun semalaman. Menyembulkan senyum tipis serta merasa bersalah kepada Nata karena dua hari berturut-urut ia tidak membalas pesan tersebut.

Bang!

Aku sama Jaehyun udah baikan

Tadi nggak sengaja ketemu di Gramedia

Mawar yang punya ide buat bikin kami baikan

Sekarang kami mau ngerjain skripsi bareng di rumah Mawar

Kayaknya lagi sibuk ya Bang?

Ya udah deh, kalo ada waktu bales pesanku ya!

Ily 3000♥️

Perasaan Sehun kembali dilanda kehangatan, membaca pesan terakhir dari kekasihnya 'Ily 3000♥️' ditambah emot hati, sangat singkat tetapi bermakna. Jari-jari besar milik Sehun segera mengetik balasan cepat—seakan tidak ingin membiarkan kekasihnya menunggu lama.

Nata, mff

Psnny br dibls

Sdh baikan dg Elsa?

Lg ngrjin skrpsi jg ya? Smgt kl gt

Tidak perlu menunggu waktu lama, sepertinya Nata sedang berada di dalam waktu senggang. Melihat balasan yang masuk secara beruntun.

Kangen bangeeet...

Hanya dua kalimat singkat terakhir yang masuk. Seperti itu saja, wajah Sehun merah merona. Merasakan bahwa jantung yang memompa dengan cepat. Tiba-tiba akal pikiran tidak berfungsi secara sehat, membuat Baekhyun yang baru saja menyelesaikan acara makannya hampir tersedak sebab sedang minum.

"Bang, ayo pulang sekarang juga," ujar Sehun dengan sorot mata harap-harap cemas.

"Hayuh atuh, tapi kalo ada masalah di perusahaan maneh yang tanggung jawab, mau?" Baekhyun menjawab seperti itu. Mengundang decakan malas serta lirikan mata tajam dari Orlando.

"Sabarin dikit atuh, Hun. Urang juga udah kangen sama anak-anak nih!" ujar Baekhyun sembari membuka gawainya. Melihat wallpaper yang tertera di sana membuat ia menarik napas pelan.

Perlu diketahui saat ini Baekhyun masih lanjang dan perjaka. Anak-anak yang dimaksud olehnya adalah anak dari sang kekasih yang merupakan seorang janda berbuntut dua. Melihat Baekhyun yang pernah putus cinta saat dulu lalu mendapat seorang janda apalagi berbuntut dua sempat membuat Chanyeol melempar pandangan iri.

Mengabaikan Baekhyun yang memulai aksinya sebagai pemuda Bandung yang gemar sekali galau-galauan, laki-laki itu berjalan menuju kamarnya. Mendial nomor Nata sebab ingin bertatap muka.

"Halo, Bang." Wajah Nata yang pertama kali Sehun lihat setelah dua hari lebih tidak bertemu. Yang dapat disimpulkan oleh Sehun adalah kekasihnya itu baru saja bangun tidur. Melihat ada bekas kotoran mata juga air liur di sudut bibirnya. Membuat Sehun tertawa sebab merasa gemas.

"Kok ketawa?!" tanya Nata heboh.

Seperkian detik kemudian, layar menjadi gelap. Sehun yang saat itu langsung kelimpungan, sebab tidak dapat melihat wajah Nata di sana.

"Tunggu sebentar, Bang. Aku cuci muka dulu!" pekik Nata di ujung sambungan.

Lima menit telah berlalu, Sehun yang tidak mendapati tanda-tanda kembalinya Nata hanya dapat menghela napas pelan. kekasihnya ini lama sekali saat mencuci wajah.

"Kok lama?" Adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Sehun setelah melihat cengiran lebar gadis itu. Nata tampak terkekeh pelan di ujung sana, merasa malu sekaligus gemas. "Tadi ada tukang bubur lewat, kebetulan aku belum makan dari semalem, hehe."

Mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh Nata hampir saja membuat Sehun naik pitam. "Kenapa belum makan?" Bahkan Nata sampai bergidik ngeri mendengar nada bicara kekasihnya yang berubah menjadi dingin.

Memilih untuk menutup mulut dan enggan menjawab Nata lakukan. Kegiatannya itu berhasil membuat seorang Sehun menarik napas pelan.

"Sekarang udah makan?" tanya Sehun lembut. Yang dijawab Nata dengan gelengan kepala pelan. "...belum," katanya.

"Buburnya tadi udah di beli?" Lagi-lagi Sehun melempar pertanyaan kepada Nata dengan intonasi lembut.

"Udah..."

"Ayo sekarang makan, aku tungguin."

Belum sempat Nata mengucapkan satu patah kata. "Nggak terima penolakan." Sehun sudah memotong pembicaraan duluan, membuat gadis itu hanya dapat mengangguk dan segera mengambil peralatan makan.

Sehun tanpa sadar tersenyum tipis, entah mengapa ia lebih memilih untuk memendam rasa kesalnya dari pada memarahi Nata. Dua hari tidak bertemu membuatnya seperti sedang berada di penjara. Terlalu lebay memang, tetapi memang seperti itulah kenyataan yang Sehun rasakan.

Layar yang tadinya hanya menampakkan kasur berukuran sedang milik Nata yang berantakan kini telah kembali di isi oleh kehadiran gadis itu. Sehun mengernyitkan kening bingung saat melihat Nata yang hendak meletakkan sendok di dalam mangkuk.

"Mau ngapain?" tanya Sehun heran.

"Ngaduk bubur," ujar Nata polos.

"Psikopat!" Tanpa sadar Sehun mengucapkan kata-kata tajam seperti itu. Membuat Nata tercengang sebab merasa terkejut.

"Aku bukan pembunuh..." rengek Nata dengan suara bergetar. Sehun yang sadar akan perubahan suara Nata menggeleng kepala pelan. "Bukan itu maksudnya."

"Terus apa?"

"Kenapa makan bubur harus di aduk?"

"Kan enak..."

Ingin sekali rasanya Sehun menyemburkan tawa melihat wajah kusut Nata. Mengapa rasanya saat jauh gadis itu malah menjadi menggemaskan sih?! Membuat ia lagi-lagi merasa jatuh cinta dan mabuk kepayang.

Apakah ini karena faktor hormone?

Mengingat umur Sehun yang terpaut lumayan jauh dengan Nata. Laki-laki itu menggelengkan kepala pelan sekali lagi. Berusaha menepis pikiran negative tentang dirinya.

Tenang, umur bukan masalah yang besar, batin Sehun sembari mengelus dada sebelum akhirnya ia menyuruh Nata untuk lanjut makan. "Ya udah, lanjutin aja makannya," titah Sehun.