Nata tersenyum saat memandang seorang pengunjung yang masuk ke dalam kedai miliknya. Menyebutkan beberapa menu yang sedang banyak diminati oleh banyak orang belakangan ini. Tak lama tatapannya jatuh kepada Lukas yang sedang mengantar pesanan di barisan ujung sana.
Lelaki bertubuh jangkung yang selalu kelebihan energy, batin Nata. Gadis itu menggelengkan kepala pelan dan kemudian mendesah nafas berat.
Ini sudah sebulan lamanya. Tidak pernah berhubungan atau mengirim pesan kepada temannya—Jaehyun. Si bungsu Bangsawan yang rupanya masih memendam rasa amarah terhadap Nata.
Jaehyun yang selalu menghindar jika Nata mendekat. Bahkan tak tanggung-tanggung Jaehyun pernah memblokir nomor Whatsapp Nata karna gadis itu yang selalu memberinya pesan berisi kata maaf.
Agaknya Nata merasa bahwa ia sudah keterlaluan terhadap lelaki tampan itu. Mawar pun sama halnya. Gadis bemarga Disastro itu belakangan ini sedang sibuk sedang menggarap skripsi-nya.
Nata merasa ia kembali menjalani kehidupan sebatang kara, lagi. Oma Nira yang sekarang sudah kembali ke rumah besar kediaman Mahapraja. Seminggu sekali ia sempatkan untuk melihat cucunya.
Nata memperhatikan gawainya yang sedang bergetar, menampilkan sebuah notifikasi pesan yang sangat Nata ketahui siapa pengirimnya. Sehun.
Sdh mkn?
Nnti plgny sy jmpt
Ily 3000❤️
Ia terkekeh pelan. Menjalani hubungan percintaan dengan orang yang lebih berpengalaman seperti Sehun membuat dirinya merasa dilindungi. Sehun yang selalu memberi perhatian lebih kepada Nata sejak kejadian itu berlalu.
Bahkan tidak jarang lelaki itupun rela datang malam-malam kerumah Nata hanya karna ingin memeriksa bahwa kekasihnya sedang dalam keadaan baik-baik saja.
Irina pun sama, sering menelfone dan menanyakan kabar. Sekedar basa-basi karna sikap si bungsu yang masih mengabaikan calom menantu.
Nata pikir seharusnya tidak seperti ini rencananya di awal. Niat ingin mendapatkan duit dengan cara mudah, malah membuat semuanya kacau. Sekali lagi Nata sudah terjatuh ke dalam pesona abang Jaehyun.
Pernah ada niatan ingin mundur dalam hubungan ini, tapi Nata tidak bisa. Perasaan di hatinya serta pikiran Nata seperti terbelenggu dengan bayang-bayang wajah Sehun. Sebab lelaki itu juga dulu pernah merasakan kehilangan seseorang yang dicintainya.
Nata merasakan bahunya diguncang dengan lamat. Lukas yang menaikkan sebelah alisnya membuat Nata sedikit terperanjat. "Ada yang pesen, Kak... lo sakit?" tanya Lukas yang memperhatikan wajah Nata.
Dengan cepat gadis itu menggeleng kuat "Nggak, kok. Tadi ada yang pesen? Dimana orangnya?" tanya Nata berusaha mencari pelanggan yang memesan tadi.
"Sudah pulang," jawab Lukas santai berhasil mengejutkan Nata saat itu "Pulang?!"
"Karna pesenan dia tadi udah gue layanin, Kak. Mending sekarang lo istirahat aja dulu di ruangan. Mukanya kelihatan pucet," saran dari Lukas di abaikan oleh Nata gadis itu yang lebih memilih melangkahkan kaki menuju meja kosong di depan kasir.
"Nggak usah, nanti kasihan lo sendirian jaga kedai." jawab Nata sembari menggelengkan kepala pelan berhasil mengundang decakan malas dari Lukas.
"Minimal makan siang dulu, deh. Gue takut lo dimarahin Pak Sehun, Kak."
Ya, Lukas memang sangat takut jika bertemu Sehun. Perawakan kekasihnya Nata terlihat sangar sebab wajahnya yang selalu datar. Lukas sampai bergidik ngeri jika membayangkan mereka berdua akan mengobrol untuk waktu yang lama.
Nata tertawa pelan, melihat ekspresi yang diberikan oleh Lukas benar-benar mengocok selera humor. Tidak lama, Nata bangkit dan mengambil dompetnya di belakang meja kasir.
"Gue mau beli makan siang dulu, mau nitip apa?" tanyanya.
"Apa aja, yang penting anget. Sebab diluar sudah mau hujan kak, mendung banget dan jangan lupa bawa payung." Nata mengangguk patuh dan bergegas keluar. Menatap langit yang sedikit menggelap dengan cepat ia melangkah menuju rumah makan terdekat.
—
Yang namanya Taeyong sedang memutar bola mata malas. Melihat kelakuan temannya yang lebih mirip seperti patung hidup. "Makan satu suap aja susah banget sih?! Mau gue suapin?" tanya ia kepada Jaehyun.
Sedang yang ditanya berdecak pelan "Gue bukan anak kecil!" ucapnya lalu mengambil sendok yang berada dimangkuk baksonya.
Saat ini ketiganya sedang berada disebuah rumah makan yang menjual bakso solo, dekat sekali dengan kedai kopi Nata sebab hanya diwilayah itulah yang menjual bakso sapi terenak.
Doyoung yang sedari tadi berada disitu hanya menggeleng pelan. Jaehyun belakangan ini lebih mirip seperti wanita yang sedang dalam masa periode. Sensitive dan emosian.
Netra Doyoung kemudian tertuju kepada gadis cantik yang sedang memesan bakso didepan sana. Itu Nata. Yang sekarang sedang mendaratkan bokongnya tepat di belakang kursi Jaehyun karna lelaki itu membelakangi arah.
Nata yang tidak sadar bahwa ada Jaehyun disana. Merasa bahwa ia dipandangi Nata hanya diam. Memainkan ponselnya dengan perasaan risih karna tidak berani menatap lelaki asing disana.
Ayahnya dulu pernah berpesan jika ada seseorang yang memandanginya secara nyata dan tidak sembunyi-sembunyi, Nata harus berlari.
Begitu pesanannya jadi dengan segera gadis itu berdiri "Makasih ya, Mas." Ucapnya mengambil kantung plastik putih yang berisi dua bungkus bakso.
Jaehyun menajamkan telinganya, hujan yang terus berjatuhan dengan derasnya ditambah dengan suara seorang yang tidak terdengar asing. Doyoung sudah mewanti-wantu dan menghitung didalam hati bahwa tidak lama lagi Jaehyun akan berbalik badan.
Dan benar saja tebakannya. Lelaki itu memandangi Nata dari atas sampai bawah, tak lama memandang ke arah luar yang sedang berjatuhan air dengan deras.
"Mau pulang sekarang, Mbak? Neduh aja dulu, nanti bajunya basah." Saran dari mas-mas yang menjual bakso, sebab ia kenal dekat dengan Nata yang sering membeli dan menjadi pelanggan aktif disini.
"Eh? Nggak usah, Mas. Saya langsung pulang aja, kayaknya juga hujan bakalan lama reda. Pamit dulu, ya. Permisi." Ucap Nata seiring tubuhnya yang menjauh dan keluar dari tempat ramai itu.
Nata menghela nafas lega. Merasakan aroma petrichor yang menyeruak masuk kedalam indera penciumannya. Gadis itu lalu bergidik ngeri saat masih merasakan seseorang yang memandangnya didalam tadi.
Demi apapun, Nata tidak berani jika harus membalas tatapan dari pria asing didalam tadi. Jadi, ia hanya bisa menunduk saja.
Taeyong sedikit berdecak kala melihat Jaehyun yang duduknya seperti orang gelisah. "Samperin di asana, anterin sampai kedai. Kasihan, hujan lebat begini." Titah Doyoung.
Jaehyun membulatkan matanya, seolah seperti orang yang tertangkap basah karna maling. "Gue tahu, karna tadi nggak sengaja lihat Nata." Ucap Doyoung yang berhasil mengundang batuk dari Taeyong.
Lelaki yang tulangnya elastis itu menuangkan segelas air putih dan menegaknya hingga tandas "Ada Nata?! Dimana?" tanya Taeyong.
Jaehyun mendesah nafas pelan, ingin menghampiri tetapi ego masih menguasai. Berpikir bahwa saat ini dia sedang melakukan aksi protes kepada temannya itu dengan cara menjauhi Nata.
"Ego nggak bakal nyelesaikan masalah, Jae," ucap Doyoung lagi-lagi membuat Jaehyun menatapnya "Minimal anterin dia sampai tempat tujuan dan nggak usah bicara pun nggak apa-apa."
"Lo lihat hujan di depan, udah kayak ketumpahan air banyak," lanjut Doyoung "Tapi terserah lo, kalau mau besoknya denger kabar Nata sakit." Ucapnya sembari menggidikkan bahu acuh.
Mendengar hal itu dengan segenap jiwa Jaehyun bangkit. Menyisakan kedua temannya yang melanjutkan sesi makan siang yang sempat tertunda.
Nata hendak melangkah setelah membuka payung bewarna hijau yang tersedia di kedainya ketika sebuah suara berat mengintrupsi ia dari arah belakang. Nata membola, dan terdiam beberapa saat.
"Jaehyun..." lirih Nata. "K-kok bisa ada disini?" lagi-lagi Nata memberikan pertanyaan yang sialnya alah di abaikan.
Lengan Jaehyun mengambil payung milik Nata yang masih mengudara. Secepat kilat ia menarik Nata supaya masuk kedalam mobil miliknya. "Hujan deras, biar gue anter."
Seperti itu saja, Nata tersenyum dan mengangguk cepat. Merasakan bahwa Jaehyun juga masih memperhatikannya walau dengan cara seperti ini. Dingin dan tak tersentuh sama sekali.