Chereads / Blanc Et Noir / Chapter 24 - BEN 3.4 Saya mau meninggoy

Chapter 24 - BEN 3.4 Saya mau meninggoy

Jaehyun memandang kuda besi milik Sehun yang keluar dari pekarangan rumah keluarga Bangsawan malam-malam begini. Lelaki berkulit putih itu mendesah napas pelan dan mengacak rambut frustasi. Memikirkan perkataan Sehun dan Chanyeol tadi sore.

Perihal alasan Nata—temannya yang menerima Sehun menjadi kekasihnya tanpa mau memberi tahu Jaehyun. Yang katanya Jaehyun bisa saja marah dan membenci Nata seperti saat ini.

Sungguh demi apa pun sebenarnya Jaehyun tidak membenci Nata. Ia hanya marah, kepada diri sendiri tepatnya. Berusaha mengabaikan rasa sakit serta kekecewaan yang mendalam karena kalah cepat dari abangnya.

Merebahkan tubuh di atas kasur besar yang ada. Jaehyun bergumul di dalam selimut miliknya. Berpikir apa benar dirinya telah kelewatan terhadap Nata. Mengabaikan gadis itu sebulan lamanya. Hanya karena salah paham semata.

Belum lagi di tambah permasalahan Mawar. Gadis cantik bermarga Disastro itu rupanya yang masih memiliki rasa hingga saat ini terhadap dirinya. Mawar yang sebulan lalu mengatakan bahwa perasaan ini adalah urusan hatinya.

Melarang Jaehyun untuk tidak ikut campur dan berusaha melupakan permasalahan ini.

Kalut.

Saat ini diri Jaehyun sedang berada di ambang kebingungan. Perlu ditegaskan sekali lagi hubungan pertemanan mereka sudah hancur karena masalah percintaan yang hadir tanpa persetujuan sang tuan.

Yang sekarang pemuda pecinta animasi Frozen itu sedang menangis dengan suara tertahan. Bak anak kecil oatah hati pada umunya.

Memikirkan nasib pertemanan mereka ke depannya nanti bagaimana. Seharusnya saat ini mereka sedang melakukan panggilan video seperti biasa. Memberi semangat karena mengerjakan revisi skripsi.

Tapi apa daya, itu hanyalah tinggal ilusi semata.

Sepertinya, Mawar juga sedang menjalankan aksi menjauh terhadap dirinya. Grup chat yang biasanya ramai mengalahi teriakan pasar senen di pagi hari.

Berusaha melupakan dan menghilangkan perasaan bersalah di hatinya. Jaehyun menutup mata supaya berjalan menuju alam mimpi.

"Sial!" umpatnya.

"Lo udah ngerjain sampai bab berapa, Nat?"

"Bab 3, sih. Capek banget, kalau lo?"

"Baru masuk awal bab 4, njir. Ini dosbing gue banyak maunya."

Nata yang saat ini sedang melakukan aksi panggilan suara bersama Mawar. Saling menanyakan sudah sampai mana mengerjakan revisian. Memberi semangat seperti biasanya tanpa ada Jaehyun di sana.

Kedua gadis cantik itu sama-sama mendesah napas pelan. Telepon ini sangat sepi dan tidak seperti biasanya. Tidak ada celotehan, gombalan maut ala Jaehyun selama sebulan.

"War," panggil Nata di dalam sambungan suara itu. Yang dijawab Mawar dengan deheman pelan. "Kenapa?" tanyanya.

"Tadi siang gue beli bakso di tempat biasa, terus..." Nata menjeda pembicaraannya. Membuat Mawar di sana semakin dibuat penasaran. "Terus apa anjir? Jangan setengah-setengah kalau mau ngomong!" hardik Mawar kesal.

"Gue ketemu Jaehyun..."

Hening.

Tidak ada sahutan kata-kata dari Mawar. Gadis cantik itu sepertinya terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Nata. "Terus, gimana?" tanya Mawar pelan.

"Dia nganterin gue balik ke kedai karena hujan deras. Kayaknya dia masih marah sama gue, War," lirih Nata.

Mawar yang berada di seberang sana berusaha menampakkan senyum lebar, walau tidak dilihat oleh Nata. Mengatakan bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. "Nggak, Jaehyun nggak marah sama lo... atau mungkin kita?" ujarnya.

"Dia mungkin saat ini hanya lagi kecewa. Karena kalah cepat dari abangnya..." Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Mawar sangat pelan. Membuat Nata kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh temannya.

"Kalah cepat apa, War—"

"Assalamualaikum."

Belum selesai Nata berbicara, gadis itu mendengar suara panggilan dari pintu utama. Sempat mengerut kening heran, tanda bingung. Siapa orang gila yang mau bertamu di jam malam seperti ini?

Memikirkan tersangka utama, kekasihnya—Sehun. Tidak mungkin! Lelaki itu bilang ia sedang tidak enak badan dan harus tidur di jam awal.

Oma Nira? Itu juga tidak mungkin. Neneknya yang saat ini sedang berada di kota Yogyakarta karena harus mengurus beberapa kegiatan acara bakti sosial.

"Kayaknya ada orang di depan rumah gue deh, War," ucap Nata memberi tahu.

"Siapa? Malem-malem begini? Hati-hati, Nat. Takutnya maling," Mawar dengan segala pikiran kotornya. Nata memutar bola mata malas. "Mana ada maling ketuk pintu, bule!" hardik Nata.

Gadis itu berjalan pelan mendekati pintu utama. Sempat berlari ke arah dapur guna mengambil garpu serta sapu. Takut-takut yang dikatakan oleh Mawar tentang maling benar adanya.

"Nata? Sudah tidur?"

Bertepatan dengan dibukanya pintu utama. Gadis itu membola, Sehun dengan bawaan di tangannya sedang tersenyum lebar. "Abang ngapain malem-malem ke sini? Ngagetin aja!" ujar Nata yang bersender di balik pintu.

Sedang Sehun mengerut kening bingung saat mendapatkan respon dari Nata. Yang dapat dilihat dari sini bahwa kekasihnya sedang memegang sebatang garpu di tangan kiri dan sebatang sapu di tangan kanan. "Kamu kenapa bawa sapu?" tanya Sehun.

"Aku kira ada maling!" Nata yang berbicara dengan nada oktaf yang tinggi membuat Mawar di sana mengerutkan kening bingung. "Siapa, Nat?" tanya Mawar.

"Bang Sehun."

"Oh, ya udah. Kalau begitu telepon gue matiin. Selamat malam cantik!"

Telepon dimatikan, Nata melepas earphone yang masih tersangkut di telinganya. "Ayo masuk, Bang," titah Nata. Sedang Sehun menganggukinya.

"Masih ngerjain revisian?" Tanya Sehun yang kini sudah mendaratkan bokongnya di kursi yang ada. Meletakkan barang belanjaan yang penuh dengan isi jajanan.

"Ini, saya bawain untuk kamu." Sehun menyodorkan dua bungkusan plastik besar kehadapan Nata. "Untuk teman begadang," tambahnya.

Nata tersenyum lebar, mengucapkan kata terima kasih karena terlampau bahagia. Tidak memikirkan tindakannya barusan membuat jantung Sehun berdetak tidak karuan.

Bekas bibir Nata masih terasa hangat di pipinya. Membuat Sehun masih terpaku dengan posisi yang sama. Tidak berani bergerak.

"Abang mau aku buatin teh anget? Eh kenapa mukanya merah?" tanya Nata yang bersikap seperti biasanya. Mengabaikan Sehun yang seperti cosplay menjadi patung pancoran. 

"Nata... saya mau meninggoy."