Memijat pelipis dengan pelan bersamaan dengan nafas yang dihela begitu kasar. "Kenapa mendadak lo jadi kepo perihal latar belakang Dinata, Hun?" suara Baekhyun menggema tepat di kursi depan wajahnya.
"Nggak boleh kalau seorang pacar pengen tahu latar belakang kekasihnya sendiri?"
Shit! Umpat Baekhyun. Lelaki merangkap bawahan Sehun itu tertawa dengan kerasnya. "Bahasa lo Hun, geli anjir!"
Sedang Sehun mendengus geli sambil mengulum senyum. Ada apa dengan dirinya? Mendadak berubah menjadi dangdut sekali?
"Tapi... Marga Mahapraja itu tingkatannya sama dengan Bangsawan. Yang artinya Nata itu keturunan darah biru, untuk apa waktu itu dia melamar kerja disini?"
Pertanyaan dari Baekhyun masih terus menggema di otak tampan Sehun ketika lelaki itu pergi. Sebuah alasan yang sangat Sehun tidak pahami. Nata memiliki permasalahan dengan Oma nya sendiri.
Fakta bahwa Sehun sedang menggali seluk beluk permasalahan dari keluarga Dinata Ayu. Rupanya gadis itu memiliki banyak problematika kehidupan. Pengkhianatan dari kekasih nya dulu pun membuat pikiran Sehun bercabang kemana-mana. Apakah Nata tahu?
Bahkan meninggalnya kedua orang tua Nata karna sebuah tragedy kecelakaan membuat dada Sehun mencelos seketika. Kejadian itu sama persis seperti yang dialami kekasihnya Yuna, dulu.
Menyamakan sebuah kertas profil milik seorang model yang baru saja menandatangi kontrak dengan perusahaan Sehun barusan. Nameera Mahapraja.
"SEHUN!"
Terkejut dan hampir mengumpat kata kasar. Sehun bangkit ketika baekhyun membuka pintu secara kasar. "Dinata dengan model baru lo..." Langsung saja, ia berlari secepat kilat.
Benar saja. Penampilan Nata tidak kalah buruk dari pengemis dijalanan. Wajah cantiknya memerah dengan air mata yang hampir tumpah di sudut sana. Keadaan lelaki di tengah-tengah wanita itupun membuat Sehun mengangguk paham dengan otak yang koneknya berjalan.
Khalif Kuntoro, kekasih merangkap tunangan dari sepupu Nata.
—
Keadaan tubuh Nata sudah lebih membaik hari ini. Selepas menyelesaikan kelas siangnya, Nata berada kedai sebentar untuk membungkus dua minuman kesukaan Sehun. Pernyataan dari lelaki tampan kemarin benar-benar memporak-porandakan hati Nata saat itu.
Berjalan menuju kantor Sehun dengan wajah bersemu senang. Bahkan Baekhyun sempat menggodanya ketika bertemu di lift tadi. Memiliki kartu akses tersendiri membuat Nata tersenyum lebar.
Namun senyum yang tak bertahan lama itu langsung pudar ketika pintu lift terbuka lebar. Menampilkan dua orang yang sangat—amat—Nata kenali.
Dia Khalif Kuntoro dan Nameera Mahapraja. Sedang memeluk satu sama lain.
Dada Nata mencelos seketika. Ketika panggilan Dinata yang disuarakan oleh Khalif tidak ditanggapinya. Tubuh Nata melemas seiring sentuhan hangat yang dirindukannya terasa. "Dinata... dengerin penjelasan aku dulu ya" ucap Khalif menenangkan. Tangan yang ditepis Nata dengan kasar. Khalif menyadarinya. Cepat atau lambat bau bangkai akan tetap tercium.
Baekhyun menggiring ketiganya menuju sudut kantor. Bertepatan ia berlari menuju ruangan Sehun. Memberitahu bahwa Dinata sedang berada disini.
"Khalif kapan sampai? Dan kenapa... Nameera nangis sambil m-meluk kamu" bahkan sampai terbata-bata nada suara Nata.
"Dinata kami—"
"Tunangan!"
Pembicaraan Khalif dipotong oleh Nameera. Gadis cantik merangkap sepupu dan teman terdekat Nata, dulu. "Kami tunangan, terus kenapa?" yang sangat angkuh nada bicara gadis itu.
Nata merinding sambil meringis meratapi nasib. "Maksudnya, ini apa Khalif? Aku nggak ngerti, Kalian tunangan? Kapan? Dan... apa itu alasan kamu menghilang setelah tiga tahun lamanya?"
Nata meremas telapak tangannya sendiri. Mengetahui fakta terdalam yang baru saja di ketahuinya barusan. Sejak kapan kekasihnya sudah bertunangan? Dan juga kenapa harus dengan Nameera?!
"Dan kamu Nameera, bisa tolong jelasin? Kenapa kalian tega dengan aku?! Apa Oma tahu?"
Maka saat anggukan angkuh dari Nameera sebagai jawaban, nata menangis dengan perih tak tertahan. Rengkuhan yang dirasa pun membuatnya diam membisu. Itu Sehun.
"Kita berbicara di dalam ruangan saya"
—
Terlambat.
Menangis memang tidak ada guna. Tetapi masih Nata lakukan. Untuk yang kesekian kalinya ia merasa sedang di anak tirikan oleh Tuhan.
Tolong katakan, bagaimana cara menghilangkan rasa sakit yang terus menjalar di seluruh tubuh nya?! Seakan Nata tidak pernah bosan atau merasa lelah. Air mata nya terus mengalir setiap pertengahan malam.
Lagi, fakta terbaru mengenai dirinya dan khalif beserta keluarga membuat Nata meringis pedih.
Ucapan tentang Khalif dan Nameera yang ternyata sudah dijodohkan dari dulu. Bahkan Oma tahu. Hal yang membuat Nata kembali merasakan sakit, kenapa semua orang begitu jahat padanya. Berlagak kasihan dan memberi perhatian karna rasa iba. Nata benci itu!
Khalif jahat!
Dan Nameera berubah!
Kata yang terus terlintas di benaknya. Jadi untuk apa mereka bertiga berbuat baik dulu selepas kepergian mendiang orang tua Nata? Apa karna sebuah rasa kasihan? Bersikap seolah semuanya baik-baik saja Nameera lakukan. Ketika Khalif memeluk bahkan bersikap romantis, saat itu?
Ketika telephone dari wanita paruh baya itu di anggurkan oleh Nata. Menangis sembari memeluk foto ayah dan ibu.
Tamparan yang diterima Nameera dari Oma tak membuatnya bergeming. Berdiri dengan gaya angkuh dilakukannya.
"Kenapa kamu bersikap seperti itu kepada Dinata? Kalian itu cucu Oma satu-satunya. Apa kamu masih belum puas? karna mengambil Khalif dulu?! Nata itu sebatang kara, bahkan dia nggak mau nerima uluran tangan pertolongan dari Oma-nya sendiri karna merasa terbuang, Nameera!"
Mendecih sinis gadis itu lakukan. Seakan Nameera sedang menantang Tuhan, tidak takut bahwa karma bisa datang kapan saja. Panggilan yang disuarakan oleh kedua orang tua nya pun di abaikan.
"Cucu satu-satunya? Nggak! Oma nggak pernah kasih perhatian yang sama dengan aku dan Dinata. Lagi, selalu Nata, Nata dan Nata. Bahkan ketika orang tuanya mati pun dia nggak mau bertemu dengan keluarga nya, Oma masih memperdulikan Nata!
Semua perhatian yang diberikan orang-orang selalu di limpahkan kepada Nata. Termasuk Khalif! Orang yang aku sukain sejak dulu, Oma. Jadi wajar, aku harus ambil kembali hak aku. Benar bukan?"
Bahkan setelah Nameera menyelesaikan perkataanya, Oma menangis dalam diam. Ber-istigfar sembari mengelus dada. Dosa apa ia dulu sehingga mempunyai cucu jahat seperti Nameera.
Berjalan dengan langkah gontai gantai menuju kamar tanpa memerdulikan panggilan dari anak dan menantu semata wayangnya. "Oma harap, setelah ini kamu sadar terhadap apa yang barusan kamu bicarakan Nameera"