"wahh kayanya lantai lima khusus tempatnya guru deh" gumam rose
Rose melihat secara keseluruhan ruangan yang ada di lantai lima. Lalu dia berjalan ke arah lorong dengan pencahayaan yang minim, rose berhenti saat matanya membaca 7Stone's Room.
Sempat berpikir untuk membuka pintu mewah itu, tapi dia urungkan toh siapa yang peduli dengan ruangan itu? Orang dia mau keruangan guru. Rose memutar arah menuju area lain, lalu berhasil sampai di ruangan guru.
tok tok tok
Rose membuka pintu dua tersebut dan betapa terkejutnya saat dia melihat ruang guru yang begitu mewah.
"kamu rose de raquell? Saya Derana Mergawati wali kelas kamu"
"iya saya rose, ohh"
"kenapa baru sampai? Dari tadi ibu nungguin kamu. Ayo kita langsung ke kelas"
"maaf ya bu, tadi rose ada kendala di rumah" bohongnya
Rose dan wali kelas rana berjalan menuju kelas yang akan rose tempati. Mereka turun ke lantai tigak, dan berjalan di lorong kelas.
Aneh, bukannya sudah bel? Tapi kok masih ada yang diluar? Kenapa bu rana tidak menegurnya? Hahh emang dasar sekolah elite
"12G bu?"
"iya, dari 12A sampai 12K kamu di tempatkan di 12G. Masuklah"
"ohh oke"
Roselina masuk terlebih dahulu dan mampu membuat murid gaduh menjadi diam tanpa suara dengan mata tertuju ke arah rose.
"anak-anak dia murid baru dari jerman, ibu harap kalian menganggap-" ucapan guru rana terpotong saat kelas kembali gaduh
"Can't you speak indonseian?"
"mana mungkun tolol! Dia dari jerman mana bisa bahasa kita haha"
"tampang cantik kok bego haha"
Semuanya tertawa dan itu tak lepas dari penglihatan serta pendengaran rose.
"Perkenalkan nama saya Rose De RAQUELL. Senang bertemu dengan kalian" tuturnya dengan nada sinis dan tekanan
"eh raquell woy"
"raquell? Gw berasa pernah denger"
"Raquell ituloh the Queen of Familly in the World. Mereka pencetak uang terbanyak di bawah Tiffin Familly"
''Rose kamu duduk bangku belakang dengan Renata" rose mengangguk
"Hai, nama kamu siapa?"
"sebaiknya kamu jangan ngomong sama aku"
"kenapa?" renata menggeleng
Heran, rose memandang mata semua orang yang melihat dirinya dan renata dengan aura yang berbeda. Mereka memandang rose dengan pujian, tapi renata malah dipandang menjijikan.
Pelajaran dikelasnya berjalan dengan lancar sampai jam istirahat tiba. Rose menatap renata yang tiduran tak berniat ke kantin.
"renata? Ayo makan siang"
Tak ada jawaban
"renata? Ahk lama kamu"
Rose menarik tangan renata supaya berdiri, tapi renata menahannya saat rose akan mengajaknya melangkah.
"ayo rena kita ke kantin. Kamu jangan dengerin apa yang mereka bilang, dan jangan terima apa yang mereka berikan. Buang semuanya jauh-jauh"
"kamu bebas ngomong kaya gitu sama aku. Tapi lihat apa yang aku dapatkan setelahnya"
"mereka gak bakal jahatin kamu lagi selama ada raquell"
Rose tersenyum saat dirinya berhasil membuat renata percaya. Susah memang jika keluarga kita tak mampu tapi kita bisa sekolah di sekolahan yang lebih dari kata mampu. Ralat
keluarga renata jelas mampu menyekolahkan anaknya di Tiffin HSI. Walaupun bukan dengan uang, tapi renata mendapat beasiswa karena kepintaran otaknya. So siapa yang mewariskan otak pintarnya? Jelas, dia adalah orang tuanya renata.
Rose dan rena berjalan ke arah kantin, renata yang menunduk dan rose yang berjalan biasa.
"angkat kepalamu rena. Sekarang kau bagian dari Raquell" renatapun mengangkat kepalanya sedikit
Kantin Tiffin High School Int.
"cewek baru tadi beneran dari raquell?"
"iya kali. Gila cantik bener, kayanya keluarga Raquell itu gak ada yang namanya produk gagal bro semuanya muluss"
"kalau gitu gw pepet lah biar masa depan gw cerah"
"emang dia mau sama kamu June? Jangan ngarep kalau modal pas-pasan haha" canda Erlan
"Se lo gak tertarik apa sama Raquell? Body ok muka ok keluarga ok" tanya angga pada sean
"No"
"awas aja kalau lo naksir dia se haha"
"woy woy Raquell in here''
"mana? Eh gila cantik bener vixx inimah cewek langka" tutur angga
Sean yang awalnya tak memperdulikan kini mengangkat wajahnya dan memandang wanita yang disebut raquell.
Rose memasuki area kantin bersama rena, mereka memesan makanan lalu duduk dibangku yang kosong.
"rose sumpah aku merasa gak nyaman kita seperti ini"
"santai aja ren santai. Btw nanti kita pulang bareng yah mau? Kita jalan-jalan"
"ini dek 2 porsi bakso dan 2 cola"ujar pelayan kantin
"terimakasih" balas keduanya
Brakk
Rose mendongak dan melihat siapa yang berani mengganggu istirahatnya. Berbeda dengan renata, dia justru menunduk ketakutan saat mengetahui siapa yang ada dihadaapannya.
"jangan karena lo dari Raquell lo jadi seenaknya disini!"
"lo siapa? Kenal juga enggak"
"sialan! Lo lo pikir gw takut pada raquell? Bokap gw donatur terbesar sekolah ini. Sedangkan lo?"
"aku gak pernah bawa-bawa nama Raquell pada urusanku. Tapi yang jelas, papaku gak selera jadi donatur sekolah kecil kaya gini. Dia donatur pertama di The Salisbury School Amerika"
"Stella mending kita cabut. Bisa turun pamour kalau kaya gini terus" bisik teman stella
"Awas lo! Urusan kita belum seles- eh cupu lo ngapain disini?! Gak pantes tau gak!"
Byurr
"Bakso juga punya selera kali! Dia gak mau lo mak-"
PLAKK
"Akh!"
"maksud lo apa nampar gw bitch!!"
Teriakan stella dan perlakuan rose mengundang warga kantin termasuk 7Stone yang sedari tadi memperhatikan di mejanya. Dan itu mampu membuat Sean menarik sudut bibirnya sedikit keatas.
"renata sekarang temen aku. Jadi, berani ngusik dia berarti ngusik aku juga!"
"kita cabut girls" ujar stella sambil memegangi pipinya
Setelah kepergian stella dkk, rose mengajak renata mengganti pakaiannya dengan punya miliknya.
Kelas 12G
Brakk
Suara pitu dibuka keras lalu menampilkan sosok dua pria yang rose kenal.
"renata duduk bareng gw yuk!"
ajak salah satu pria tadi yang tak lain adalah erlan dan satunya sean. Kini mereka berdiri di dekat bangku rose dan renata. Sean menatap rose datar sedangkan rose menatap temannya dan erlan bergantian.
"maksudnya apa kamu ngajak rena jadi sebangku?"
"mau aja. Lo sebangku sama sean. Gw bosen sama dia mulu. Ayo ren"
Erlan menarik tangan renata menuju kursinya di pojok kanan. Sedangkan kursi rose dan sean di pojok kiri. Sean menarik sedikit bangkunya agar tak terlalu dekat dengan dinding, dan tak sengaja siku nya menyenggol rose
"Aww!"
"gak sengaja"
"kamu sengaja kan? Pura-pura gak sengaja lagi!"
"gw gak doyan cewek tepos" balasnya dengan datar
Sialnya sean berbohong antara mulut dengan pikiran
Setelah jam istirahat, guru-guru mengadakan rapat penting dan membiarkan jam pelajaran menjadi kosong sampai bel pulang berbunyi. Rose bergegas pulang bersama rena, karena dia sebal diam di bangku dengan orang datar yang dari tadi memandanginya terus.
Cyber Park Mall
"rose kita mau ngapain kesini? Aku gak mampu kalau harus jajan disini"
"rena tenang aja. Rose yang akan beliin rena perlengkapan, sekalian rena di permak yah"
"apa? Nggak rose. Aku nggak mau, semua ini pasti mahal-mahal. Aku nggak mampu beli"
"maff bukan maksud merendahkan, tapi aku pengen kamu berubah. Supaya mereka nggak bully kamu lagi. Kamu harus berubah ok!"
"tapi ro- rose tunggu dulu!"
"sudahlah ayok!"
Setelah selesai memilih, rose membiarkan renata mencoba beberapa baju pilihannya bersama pelayan. Sedangkan dirinya berada di toko baju pria.
Rose sengaja melihat lihat baju pria. Dia sudah memutuskan akan membeli baju pria sebagai kado untuk kakaknya nanti. Tapi, dia tidak tahu mana yang pas untuknya.
Saat sedang memilih, rose terkejut karena tangannya tiba-tiba ditarik dan berlari ke arah ruang ganti. Mereka masuk kedalam ruang ganti dengan posisi rose terhimpit tubuh pria itu dengan dinding di balik punggungnya.
"kamu? Ngapain sih tar- ehmm"
Belum sempat meneruskan, mulut rose di bungkan oleh sean menggunakan tangannya dan bersyarat 'diam'
"Kemana dia? Sial kita kehilangan jejak"
"cari lagi sampai dapat ayok!"
"ke parkiran. Kalau tidak ada di parkiran, kita kembali ke markas!"
tap tap tap
Rose menghela nafasnya saat mengetahui orang luar sudah pergi. Sean menatap gadis raquell di hadapannya dengan datar, dan itu membuat rose sedikit tak nyaman.
"minggir aku mau keluar"