Tiffin High School Int.
"tumben siang rose?"
"semalem aku nonton. Jadi kesiangan ren"
"terus kamu dihukum?" rose mengangguk
"untung hari ini semua mapel kosong. Guru-guru lagi pada rapat buat study tour nanti"ujar renata
"study tour? Ouh inget-inget''
"oh iya. Pulang nanti kita ketempat ayah kamu ya? Aku mau rasain mie ayam buatannya" lanjut rose dan renata mengangguk
"renata, nama kamu panjangnya apa?"
"kenapa? Nama aku Renata Trianti Putri"
"hmm nanti aku pampangin nama kamu di jurnal aku hehe"
"jurnal? Kamu suka ngejurnal?"
"bukan jurnal yang seperti kamu pikir re. Biasa, kaya diary"
"coba aku lihat rose"
Rose menghela nafas, ia mengeluarkan jurnalnya. Seperti buku diary. Tapi usang. Di sampul kotak buku itu, renata melihat nama rose tertulis indah. Roselina?
"lina? Nama kamu aslinya Roselina" tanya renata rose mengangguk
"tapi pas perkenalan didepan, kamu cuma nyebut rose. Kenapa?"
"hmm cuma pengen aja re"
"lah? Emang salah ketik ya di kartu keluarganya?" rose menggeleng tak setuju
"bukan itu. Kalau aku cerita juga nggak penting re"
"cerita aja sih. Aku dengerin dan aku kunci kok"
"hahh aku nggak pernah pakai nama raquell di depan masalah aku. Aku memang nggak pernah adil dalam penyebutan nama aku. Bukannya aku malu nyebutin, tapi akhiran 'lina' justru sangat membuatku bangga. Lina adalah nama mamah aku re. Dia meninggal karena kecelakaan saat ngandung aku. Alasan aku cuma pake 'rose de raquell' itu karena, seseorang bilang bahwa aku nggak pantes nyebut nama mamah aku. Dia selalu marah kalau tahu aku menyebutkannya. Jadi, mulai hari itu aku memutuskan tak akan menyebutkan 'lina'. Karena aku ingin seseorang itu tersenyum tanpa marah-marah"
"ya ampun rose. Sedih tahu nggak. Memang siapa yang kamu maksud 'seseorang' itu?"
"hmm kakak aku. Kak vernon" jawab rose dengan pelan
"jadi kamu punya kakak? Aku kira kamu anak tunggal"
"kakak aku di jerman. Dia tinggal disana"
"udah ah jangan sedih-sedihan. Mending kita ke kantin yuk? Laper"
Rose mengiyakan ajakan renata. Kini mereka pergi menuju kantin. Suasana kantin? Seperti biasa, selalu ramai. Tapi kantin 3 tak seramai kantin 1 dan 2. Karena, kantin 3 biasanya di kerumuni anak hits sekolah seperti 7Stone, girsl wanted, dan ketua-ketua organisasi dengan beberapa temannya.
Kini, renata membawa raina ke kantin 1 dimana mereka harus turun ke lantai 2 cuma buat makan. Saat akan memasuki lift, rose menahan langkahnya yang membuat renata berhenti dan menatapnya bingung. Di lantai 3 juga ada kantin tapi kenapa mereka harus ke kantin bawah? Pikir rose.
"ngapain ke kantin bawah? Disini juga ada kantin. Ayok"
Rose menarik tangan renata, tapi renata melakukan hal yang sama seperti rose tadi. Dia menahannya
"tunggu rose. Kantin itu seperti kantin VIV, kalau aku kesana aku bakal jadi bahan tontonan lagi. Kalau kamu mau kesana sendiri aja ya, aku nggak mau ikut"
"inget renata, kamu ada aku. Kamu tenang aja. Kalau terjadi sesuatu, aku yang turun tangan"
Rose kembali menarik tangan renata menuju kantin 3. Dalam perjalan menuju kantin, rose sudah menyadari tatapan heran siswa siswi yang ditunjukan kepada renata. Sesekali, rose menegur mereka yang menatap renata sampai akhirnya mereka tiba di kantin 3.
"ngapain tuh si renata disini?"
"iya ngapain sih? Jijik. Anak kampung kok disini"
"dih raquell matanya katarak kali ya? Kok bisa-bisanya sih temenan sama anak udik"
"holly shit! Kalau temenan milih orang yang bener dong, ck malah milih sampah sekolah. Mendingan sama gw raquell"
Cukup. Kupingnya panas. Rose menghampiri wanita yang berambut panjang lurus item lagi. Apa katanya? Renata sampah? Ck
"dia sampah, bisa di daur ulang terus digunain lagi. Sedangkan lo? Tong sampahnya? Lebih nggak berguna dari pada sampah"
Setelah itu, rose kembali ke renata dan membawa temannya untuk mengambil makan siangnya. Beginilah mewahnya kantin 3, semua makanan dihidangkan berjajar seperti parasmanan di sebuah acara. Semua makanan ada di kantin 3. Nggak semuanya juga sih.
Rose mengambil tempat makannya lalu mengambil nasi dan mulai memilih makanan apa yang akan dia makan. Karena dia suka daging, dia mengambil banyak sekali berbagai macam olahan daging. Begitupun dengan renata, dia tak memilih-milih hidangan, justru ia langsung mengambil apa saja karena dia suka semua jenis makanan.
"oh itu meja kosong re. Ayok"
Drkk
Rose menghentikan langkahnya tepat di depan meja yang tadi kosong, tapi sekarang tidak lagi. Seorang pria tiba-tiba menduduki kursi yang akan ia tempati.
"hai lady. Duduk sini. Di sebelah tuh, kursinya kosong" ujar pria yang rose kenal
"kita pindah re-"
"nggak lihat kantinnya penuh hm? Kasihan tuh teman lo kepegelan. Mending lo duduk disini sama temen lo, dari pada keburu masuk"
Saat rose akan duduk di kursi sebrang depan kursi pria itu. Entah di sengaja atau tidak, 3 murid lain datang dan langsung menduduki 3 kursi di depannya. Tersisalah satu kursi dekat ketiga pria tadi. Rose akan mendudukinya tapi tiba-tiba June angkat bicara.
"renata duduk. Disini" tunjuknya pada kursi sebelah dirinya.
"lo duduk di sebelah sean aja ra" timpah erlan
Sebenarnya rose masih marah sama sean, ia juga lupa kenapa tadi nggak kepikiran kalau sean bakal istirahat di kantin ini. Ia menyesal menolak ajakan renata buat makan di lantai bawah.
Akhirnya, rose duduk di sebelah sean tapi berjarakan dua kursi. Karena sekarang dia duduk tepat di depan renata. Sean terkekeh melihat kelakuan wanita itu dan dengan segera, sean menyingkirkan kedua kursi yang ada di sebelahnya lalu menggeser kursi miliknya supaya mendekat ke roselina.
"i got you" bisik sean secara tak langsung dan membuat rose menegang
"lo mau pesen nggak yan, lan, june?"
"belaga lo. Yaudah sana suruh petugas makanan buat anterin jatah kita" tanya erlan
"oke masbro. Yan lo makan nggak?"
"nggak" jawab sean
"kerempeng baru tahu rasa lo. Tiap ditanya mau makan jawabnya always 'nggak'" angga terus mengoceh dan pergi untuk menyuruh petugas makanan membawa makanan mereka
"kenapa diem? Makan" titah sean pada rose
Rose hanya diam karena ia merasa sedikit canggung berada di lingkungan pria yang merupakan 7stone nya sekolah. Dia juga agak risih saat sean menatapnya terus menerus.
"buang tatapan kamu dari aku"
"kenapa? Baper hm?"
"jijik"
"se se se tuh makanan datang. Mending kita makan" potong angga
Karena erlan, june dan angga sudah mendapatkan makannya. Rose yang merasa tertemani pun langsung menyantap makanannya begitupun dengan renata. Kecuali sean, dia hanya meminum coklat panas. Entah kenapa, sean memang sering meminumnya karena itu minuman favorit dirinya.
Slurrrrpp
Slurrrrpp
"berisik tau nggak! Jauh jauh sana!" amuk rose kepada sean
Dengan gemas sean kembali menyeruput minumannya dengan keras di depan telinga rose. Dan itu sukses membuat rose marah, dia langsung bangun dan pergi dari sana di susul renata.
"lo sih yan"
"nah lo jadi ngambek"
"susul sono"
"gemesin tau nggak haha"
"maksud lo?" tanya sean dengan menatap tajam erlan
"e-eh nggak, bukan gitu. Gw cuma becanda yan, santay"
June sedikit memiliki kepribadian yang sama dengan sean, tapi tak separah sean. Jadi, obrolan di meja hanya dihiasi oleh suara erlan dan angga kecuali sean dan june.
"tadi pagi gw lihat rose di anterin sepupu lo"
"maksud lo june?" tanya erlan
"kemarin gw juga dapat kabar kalo lo bawa dia ke markas"
"katanya dia juga nangis-nangis'' lanjut june
"maksud lo apaan si june gw nggak ngerti. Yan lo ngerti?" tanya angga
"kemarin gw bolos ngajak-ngajak dia. Gw bawa ke markas, terus dia di bawa pulang sama sepupu gw"
"dia nangis lo nggak mau jelasin?" tambah june
"kaya lo nggak kenal sean aja june, dia nangis pasti kaget karena kelakuan si sean yang bejat" ujar angga
"lo nyentuh dia?" tanya june
Sean hanya diam karena tak berniat menjawab. Dia dengan santay menyeruput kembali coklat panasnya dan sesekali menyomot kripik punya angga.
Di kelas 12G rose dan renata asik memaca buku karena setelah istirahat selesai, kebetulan guru kimia tidak masuk karena ada urusan dan hanya mengasih tugas kepada mereka.
Karena rose dan renata mempunya otak yang di luar nalar, mereka menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Alhasil, anak-anak kelas 12G meminjam buku rose untuk mereka salin.
"aku ke toilet dulu ya, mules banget nih"
"mau aku anter rose?"
"nggak usah. Aku bisa sendiri kok"
Rose langsung berlali kecil menuju toilet karena memang dirinya tak tahan untuk buang air. Setelah selesai, dia keluar dari toilet. Karena toilet wanita dan pria bersebelahan lalu ada gudang alat-alat pembersih di sisi toilet wanita, rose mendengar suara aneh. Bukan. Bukan aneh, ia tahu jelas ini suara apa.
Sungguh menjijikan! Apa yang mereka pikirkan sehingga melakukannya di sekolah cih.
"ahmmm sialhhh hahh"
"akkkh tolong pelanin"
Dukkkk
Mereka yang di dalam mungkin tak sengaja menyenggol pintu dan menghasilkan suara. Karena tak ingin melihat, rose hanya menyandarkan tubuhnya di dinding sebari memegang ponsel miliknya yang siap merekam kejadian di depan kameranya.
"oii..gak bisa nyewa hotel ya? Jijik banget begituan di gudang"
Di dalam gudang yang agak sempit, mereka terdiam saat mendengar suara seseorang dari luar.
"se-sean, kita ketahuan akhh" cicit perempuan itu
"diam. Gw belum selesai"
Tak memeperdulikan siapa yang ada di luar, sean kembali melakukan aktivitasnya dengan gerakatan cepat yang membuat wanita di depannya frustasi menahan sakit di daerah miliknya sekaligus sedikit nikmat.
"eh ada bu dewi. Kebelet ya bu?"
Kembali terdengar, sean menggeram menahan emosinya karena aktivitasnya terganggu. Ia bersumpah akan memusnahkan orang itu. Sean langsung mendorong wanita di depannya sehingga terhuyung ke dinding. Ia merapihkan celananya dan membenarkan rambutnya.
Dengan tak sabar, dia menendang pintu gudang lalu keluar dengan aura yang sulit di gambarkan. Saat keluar melewati pintu, sean terkejut melihat orang yang tadi mengganggunya lalu tersenyum miring.
Jangan tanyakan keadaan roselina, ia justru lebih terkejut dari pada sean. Roselina pikir yang di gudang siswa lain eh ternyata malah sean. Orang yang paling ingin ia hindari.
"oh gw tahu sekarang, kalo gw mau sama lo berarti harus ke hotel dulu ya kan? Roselina?"
"kamu? Nama aku rose gak pake lina. Oh ya untung aku rekam, jadi bisa di kasih ke wali kelas"
"kalo berani" timpuh sean
Sean berjalan ke arah rose dengan pelan dan itu mampu membuat rose di rendam rasa takut. Sudah cukup ia di lecehkan kemarin. Dan sekarang, tidak akan lagi. Segera rose melangkahkan kakinya untuk keluar dari daerah toilet.
Tapi langkahnya terhenti dan langsung tertarik lagi ke belakang. Ia kaget karena dengan punggungnya lagi-lagi harus bertabrakan dengan dinding. Ia berusaha melepaskan cengkraman sean dari tangannya namun tidak bisa.
Sean tersenyum puas, ia merapatkan tubuhnya pada rose yang sudah menegang takut. Sean mendekatkan wajahnya ke sebelah kanan pipi rose lalu menyentuhkan pipi mereka.
"lo tahu gw lagi ngapain kan? Dan lo ganggu barusan. Ngerasainkan kalo punya gw masih tegang, pengen nembak" bisik sean dengan sensual
Pipi rose memerah malu karena ia merasakan sesuatu yang sama seperti di markas sean. Sekarang ia tahu bahwa yang menegang di bawahnya adalah milik sean. Tak memperdulikan rasa malunya, rose justru takut kalo sean bisa berbuat seenaknya seperti kemarin dan tadi pagi.
"minggir atau aku sebarin videonya. Dan aku kasih ke orang tua kamu"
Sedikit terkejut, sean menjauhkan wajahnya tapi tidak dengan bawahnya. Ia kembali menatap wanita itu lalu tatapannya tak sengaja melihat tanda merah di leher rose dan sedikit terlihat di bawah lehernya. Lalu sean menyibak rambut rose dan sedikit menarik seragamnya sehingga membuka dua kancing atasnya dan terlihatlah pemandangan indah disana.
"lo tahukan seberapa cintanya gw ke lo sampe-sampe gw bikin tanda di lo hm?"
"itu bukan cinta sean! Tapi nafsu!" jawab rose dengan jengkel
Ceklek
Pintu gudang kembali terbuka dan menampakan sosok wanita tadi yang bergulat bersama sean. Dua menunduk malu karena terciduk siswi lain saat melakukan rutinitasnya.
"m-maaf. Sean gw gk mau berurusan sama pihak sekolah, jadi gw mohon soal tadi jangan ada yang tahu. Apa gw bisa pergi?"
"ya"
Wanita itu mengerti dengan jawaban sean, dia melangkahkan kakinya keluar dari area toilet dengan tergesa gesa.karena takut terciduk kembali. Sedangkan rose menatap wanita itu jengkel karena tidak menolongnya.
"minggir gak sean?!" rose kembali berontak
"gak. Lo rasain aja punya gw sampe bel pulang sekolah"
"gila! Gw makin benci sama lo tahu gak! Minggir!"
"gw bakal minggir kalo lo mau jadi pacar gw"
"lo tahu gw siapa? Gw raquell. Gw bisa lakuin apa aja buat nyingkirin lo"
"wow..kalo lo lupa, gw ketua 7STONE. Dan lo pasti tahu juga siapa gw sebenarnya"
"nggak penting buat aku tahu kamu itu siapa"
"ini yang gw suka. Lo mau jadi pacar gw atau sekarang gw perkosa lo di sini. Biar ada yang lihat dan semuanya tahu kalo lo milik gw"
"heh ancaman lo gak mempan buat gw. Sekarang minggir atau gw ten-"
"lo gak bakal bisa nendang sekarang baby. Udah gw kunci. Karena lo nolak, gw bakal perawanin lo sekarang juga"
Dengan seringaiannya, sean memajukan wajahnya untuk mencium gadia itu. Tapi dengan cepat, rose memalingkan wajahnya sehingga sean hanya mencium pipinya. Tak keberatan, sean malah menjulurkan lidahnya dan membawanya menuruni tengkuk dan lehernya. Sean mengunci semua pergerakan rose sampai rose tak bisa berontak dengan keras lagi.
Sean menarikan lidahnha di leher jenjang roselina. Dia juga menggigit kecil di sana lalu turun ke atas dada gadis itu. Dengan mulutnya, dia menarik kasar seragam rose sampai dua kancingnya terbuka lagi. Kini baju rose sudah terbuka lebar lalu menampilkan bra merah muda miliknya dengan pita di tengahnya.
Kembali menggunakan mulut, sean menaikan bra rose lalu terjuntailah dua gundukan disana. Dari tadi rose menangis minta dilepaskan oleh sean. Ia takut, sangat takut.
"tubuh lo juga salah satu keinginan gw buat milikin lo. Di bawah lo udah sekeras batu kan? Gw tanya sekali lagi. Lo mau jadi pacar gw atau gw masukin sekarang juga? Gw gak bisa nunggu lama-lama"
Yang terdengar masih isakan. Sean tak bisa menunggu. Ia mendekatkan mulutnya pada salah satu gundukan itu lalu memasukannya kedalam mulut. Sean akan lebih senang jika di didalamnya terdapat air, lalu mengalir saat dirinya menghisap bukit kembar itu.
"gw mau hiks hikss hiks"
Setelah mendengar itu, sean menyudahi pagutannya dengan akhiran sedikit menggigit ujung dada rose yang membuat rose merintih sakit. Dia menjauhkan wajahnya lalu merapihkan baju rose dengan tangannya.
Sean benar-benar melepaskan rose. Untuk saat ini. Karena rose tidak akan lepas lagi dari sean setelah menyandang gelar sebagai PACAR KETUA 7STONE.