SRAAKKK
Roselina menajamkan telingannya saat mendengar krasak krusuk di sebelahnya. Dia juga menguatkan rasa penasarannya lalu di genggamlah selimutnya dengan erat saat kasurnya sedikit terusik tanda bahwa ada yang naik.
Malam-malam begini, siapa yang berani masuk? Papa? Gak mungkin-pikir rose
Raina was was dan langsung terduduk tegap tanpa menoleh dia segera beranjak dari kasurnya untuk keluar kamar dan meminta bantuan. Tapi sayang, tubuhnya keburu di tarik kebelakang dan membuatnya jatuh kembali.
"hai" sapa seseorang itu
Aneh, roselina merasakan suara sean tadi. Apa jangan-jangan yang menyelinap ke kamarnya itu..? Dia membuka matanya dan ternyata benar.
"sean!"teriak rose terkejut
"dari cara lo teriak, kayanya kedap suara nih" ujar sean dengan seringaian di bibirnya
"gak. Kamar ini gak kedap suara. Aku bakal teriak supaya papa datang dan membawa kamu ke kantor polisi atas ketidak sopananmu"
"oh ya? Bagus dong kalo ketahuan. Papa lo gak sebodoh otak lo beibe. Palingan dia bakal nikahin kita"
"apaan sih mingg- ahkk! Sakit tahu!" pekik rose
Sean kembali menyeringai lalu melepas tumpuan sikutnya agar badannya menimpa wanita itu. Sean kembali menjatuhkan bibirnya pada tengkuk roselina. Dia menghirup, menjilat dan menggigit di area sana tanpa meninggalkan jejak.
Sungguh, aroma gadis ini membuatnya kecanduan. Bahkan dia tak bisa tidur dan dengan bodohnya, dia jauh-jauh keluar mansion hanya untuk menemui roselina di kediaman raquell lalu membobol jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Kok bisa? Karena dia mampu melakukan segala hal.
"lepasshin sean! Sakit jangan digigit! Minggir! Ahkk"
"mending lo nikmatin kalo lo nolak lagi, gw masukin sekarang" ancamnya
Mata roselina membulat tak percaya. Dia menatap sean yang stay di atas tubuhnya. Mata itu, mata yang tajam dengan gairah yang meningkat. Rose takut.
Walaupun sean hanya mengancamnya, tapi kalau sean benar-benar turn on, dia pasti tak tanggung tanggung.
"buka baju lo"perintahnya
"ap-apa? Gak"gugupnya takut
"oh, lo mau gw masukin? Ok"
"iya ak-aku buka. Tapi, tolong jangan melakukan hal yang lebih" pinta roselina dengan takut
Tanpa menjawab, sean bangkit dari tubuh rose lalu membuka bajunya dan celana jeans miliknya yang hanya menyisakan boxer hitamnya. Rose yang telah selesai membuka piyamanya terkejut takut saat melihat sean hanya menggunakan boxer tanpa atasan.
Tanpa babibu sean menerjang rose yang memalingkan wajahnya, lalu terpekik saat sean tiba-tiba menindihnya. Sebenarnya, rose nyaman dengan kehangatan tubuh sean. Tapi dia juga takut dengan kegiatan sean. Sean sangat bringas jika sudah melakukan itu.
"ahhkk sean aku gak mau! Ahkk"
"sekali lagi lo nentang, gw masukin pake milik gw"
Sean gila. Sean sungguh tergila-gila pada roselina. Mulutnya menghisap keras dada roselina kedua tangannya bekerja. Keempat jarinya ia keluarkan dari dalam roselina lalu bangkit mengambil hoodie miliknya. Roselina semakin terkejut kala sean mengeluarkan sebuah alat dari pakaiannya.
Roselina menggeleng keras tanda ia benar-benar tidak ingin sean melakukan itu. Tapi sean adalah sean. Dia menindihnya lagi lalu mengunci semua pergerakan roselina sampai akhirnya, alat itu terpasang tepat di milik roselina.
Sean tersenyum miring, ia menekan tombol vibrate nya dan benar saja. Roselina bergerak gelisah. Sekarang sean tak perlu berusaha keras membuat roselina mendesah ataupun merintih.
"mmm seanh lepaskanh pleaseee!" tekan roselina bersamaan merasakan alat itu pada areanya.
Sean kembali melumat bibir roselina dan sesekali bergerak seperti setrika dari bibir ke leher. Tangannya meremas remas gundukan padat milik roselina. Ukurannya tak besar, tapi sangat padat sampai membuatnya berpantasi liar.
"hiksh..aku mohonhh. Cabutth. Seann"
"ada imbalannya?"tawar sean di depan wajah roselina
Roselina mengangguk cepat. Masa bodo, sekarang dirinya hanya ingin terbebas dari alat sialan itu. Dengan sensual, sean melepaskannya dan dengan jahilnya, dia sedikit menggosok dan memasukan jari tengahnya.
"oke. Lo main di atas gw. Cepetan. Dan gak ada penolakan" ujar sean dengan tegas
"t-tapi sean, aku gak bisa"
"cepat ata-"
"i-iya iya!" ujar roselina cepat cepat
Kini sean memposisikan roselina di atas tubuhnya. Tepat di atas miliknya.
"arghh" sean menggeram
"lakukan apapun roselina" desis sean tak sabar
Rose gelagapan, dia tidak tahu apa yang harus di lakukan. Tapi otaknya berputar dan mengingatkannya pada perlakuan sean.
Rose mendekatkan wajahnya dengan ragu, ia mencium bibir sean tanpa lumatan. Sean frustasi lalu dia menekan tengkuk roselina dan melumat bibirnya.
"balas aku, lakukan seperti kau sedang memakan ice cream atau permen" bisik sean di sela ciumannya.
Memejamkan matanya, rose akhirnya membalas pagutan sean. Dia benar-benar membuat sean bergairah hanya karena balasannya.
Tangan sean menuntun tangannya ke bawah tepat disitu sean menekan dan mengusapkan tangan rose di sana. Rose terkejut, dia langsung menjauhkan wajahnya dengan sean tapi sean kembali mengajaknya berciuman.
Tadi rose merasakan bahwa sean tidak memakai celana dalam, dia hanya memakai boxer sebagai dalaman celana jeans nya. Astaga. Benda itu semakin keras, pikir rose.
Tak tahan, sean membalikan tubuhnya menjadi di atas. Dia kembali mengisap dada roselina di bawah gulungan selimut. Roselina pasrah, toh jika ia melawan, sean akan membuatnya menjadi seorang wanita. Menyalurkan rasa yang aneh, tangannya meremas remas rambut sean sampai kusut.
"lo bisa blow job?" tanya sean tanpa menoleh dan terus saja menghisap
"gak, apa itu blow job?"tanya rose dengan muka polos
Saat roselina bertanya apa itu blow job, barulah sean mendongak. Dia langsung merenggut bibir gadisnya dengan rakus lalu menjilati dan melumat pipi roselina.
"lo berang-berang kaya gini kalo di sekolah, tapi gak tahu blow job?" roselina kembali menggeleng
Sean terkikik geli, lalu menggeser tubuhnya ke sisi roselina. Dia membalikan tubuh roselina untuk menghadapnya.
"nanti. Nanti gw ajarin apa itu blow job, sekarang mood gw sedang bagus. Lo tidur, besok sekolah" titahnya
Roselina tak menyia nyiakan kesempatan. Dia membalikan badannya lalu menarik selimut dan menutup matanya.
Tak lama, badannya di balikan lagi oleh sean untuk menghadapnya. Roselina tak peduli, jadi sekarang dia hanya akan memejamkan matanya lalu tidur.
Tapi, kesenangannya luntur seketika saat merasakan sean merendahkan posisinya dan sedikit masuk ke dalam selimut.
Sean kembali memainkan dada roselina tanpa menghiraukan keadaan roselina.
Ia juga tak peduli, roselina mau tidur atau gaknya. Toh tadi dirinya sudah menyuruh roselina tidur.
"sshh aku akan tidur, jadi tolongh jangan kasar"
Tak menjawab ucapan roselina, sean terus bermain disana dengan satai seakan dia adalah bayi yang lapar. Tapi sean mendengarkan apa yang roselina katakan, sekarang dia tak akan menggigitnya dikala roselina sedang tidur.
Selang berjam-jam, sean menegakan tubuhnya dan menatap roselina. Dia mengecup dahinya lalu pindah ke bibirnya. Sean bangkit dari sana dan kembali memakai pakaiannya. Dia juga kembali memakaikan pakaian raina.
Sean berjalan menuju jendela lalu meloncat-loncat dari balkon ke pepohonan dengan lihai. Dia juga meloncati tembok besar yang tingginya semapai di bantu pohon juga pemirsa.
Sampai di luar mansion, dia menjalankan motor sportnya dengan kencang meninggalkan kediaman raquell.
Tiffin's manison, sean berjalan dengan santai memasuki mansion keluarganya. Saat akan menaiki anak tangga, sean melirik pintu putih dengan corak merah bergambar bunga, sean berjalan ke arah pintu itu dan membukanya.
Dia memasuki kamar milik orang tuanya. Di atas kasur, sean melihat ibunya tertidur dengan dengkuran halus. Sean mengusap surai ibunya dan beberapa saat ibunya terbangun karena mendapati seseorang telah mengelus kepalanya.
"will, kau kah itu?"
Hati sean mencelos sakit, saat ibunya sendiri tak dapat melihat dirinya. Ibunya dulu sedang mengandung sean, dia tertabrak oleh mobil lalu di larikan kerumah sakit bersamaan dengan pemilik mobil.
Karena cassandra dan sean sama-sama lemah dan cassandra mendapat banyak sekali pendarahan, dia akhirnya koma selama kurang lebih 10th. Ibunya juga tidak bisa melihat dan kakinya masih rentan untuk berjalan walaupun sudah 10th. Dokter bilang, kakinya bisa sembuh total tapi tidak tahu itu kapan.
Tergantung faktor. Sedangkan matanya? Tak ada pendonor yang berbaik hati menyerahkan matanya untuk sang ibu. Sean marah besar setelah ayahnya menceritakan kisah ibunya yang hampir mati.
Sean bersumpah. Sean akan membalaskan dendamnya pada sang pengendara. Dia berbicara seperti itu karena dulu, daddy nya terlalu fokus ke sang istri sampai lupa orang yang menabraknya entah di rawat dimana dan bagiman. Alhasil, sekarang mereka kelimpungan mencarinya.
"no mam, ini sean"lirihnya dengan membawa tangan cassandra ke pipinya.
"sean? Kamu belum tidur sayang?" suara ini. Suara lembut ini yang mampu membuatnya tenang.
"kamu nangis sayang?"lanjut ibunya
"No mam heh, aku ini pria. Mana mungkin aku menangis"
"mamih pikir kamu daddy, soalnya dia belum juga pulang. Mamih khawatir"
"ck. Daddy baik-baik saja mam, jangan berpikiran aneh. Daddy sayang banget sanget mamih, sean juga. Maaf telah membangunkan tidur mamih. Sean akan kembali ke kamar, goodnight my queen" ujar sean lalu mengecup dahi ibunya
Cassandra tersenyum. Dia memang tak bisa melihat sean, tapi hatinya mungkin bisa. Dia juga bernapas lega saat sean bicara pasal ayahnya yang sangat mencintainya.
Padahal ia sangat takut jika william akan berpaling darinya saat kondisinya sudah seperti ini.
Sean keluar dari kamar cassandra dan sesaat dia melihat sang ayah baru datang dengan tas kantornya. Sean kembali menuruni tangga dan menghampiri ayahnya.
"daddy baru pulang?" tanya sean dengan memicing
"daddy banyak kerjaan. Daddy capek" ujar william dengan dingin
"alkohol? Daddy udah bosan hidup?" tanya sean dengan tajam
Dan saat itulah william menatap anaknya. William tahu, anaknya lebih kejam dari pada dirinya.
"daddy memang minum" ujar william dengan santai
"minum alkohol dan bermain wanita cantik. Itukan yang daddy lakukan?"
"tidak"tukas william dengan tajam
"daddy lupa? Siapa yang menemani daddy dari nol? Daddy lupa sudah mempunyai istri? Daddy lupa siapa wanita milik daddy? Sepertinya daddy bosan hidup. Sean, dengan senang hati akan membunuh jalang-jalang daddy. Sekaligus. DADDY"ujar sean dengan tajam melebihi daddynya
Mereka saling pandang dengan mata mengkilap seperti baru di asah. Sean mengepalkan tangannya dan tak kuasa menahannya, lalu melayangkan satu pukulan ke wajah ayahnya. Sean tak habis pikir.
Ayahnya sendiri yang cerita bahwa dia sangat mencintai cassandra sampai-sampai membuat wanita itu kehilangan masa remajanya demi menjadi miliknya. Dan sekarang setelah menjadi miliknya, william justru mempermainkannya.
BUGG
PRAANGG
Guci di atas laci pecah dan tanamannya berhamburan. Seluruh maid tak berani keluar karena mereka tahu tuan besar dan tuan mudanya sedang tidak dalam keadaan baik.
Tubuh william yang membuat guci seharga milyaran itu pecah berserakan. Dia menyusut darah dari sudut bibirnya menggunakan ibu jarinya. Dia tertawa sinis, inilah yang dia suka dari sean. Tak tanggung-tanggung, padahal dia ayahnya. Ayah kandungnya.
CEKLEK
Mereka berdua mengalihkan matanya ke sumber suara, yang tak lain cassandra keluar dari kamar dengan meraba raba dinding dan di bantu tongkatnya
"sean, Apa itu kamu sayang? William?" panggil cassandra dengan lembut
William yang mendengar suara cassandra merasa bersalah, tak seharusnya ia begini.
BRUKK
"ahkk!"
Cassandra terjatuh dan memekik sakit pada area kakinya karena masih rentan untuk bisa berjalan.
William yang mendengar itu langsung bangkit dan berlari menuju istrinya. Dia membawa cassandra kedalam pelukannya.
"kenapa? Mana yang sakit sayang hm? Kaki kamu sakit iya? Mau ke rumah sakit? Atau aku panggil dokter pribadi? Sayang?" tanya william panik
"will, aku gak papa. Aku cuman kaget aja, kaki aku tiba-tiba lesu"
"kaki kamu masih rentan sayang. Ayo, aku bawa kamu kembali ke kamar"
William menggendong istrinya dan menurunkannya di atas kasur dengan lembut. Dia membuka jasnya lalu memeluk istrinya di atas kasur.
"maaf cassie" bisik william dengan kecupan kecupan lembut di kepala istrinya
"kamu kenapa will?"
"gak, aku gak papa. Aku, aku cuma minta maaf atas kesalahan aku. Semua kesalahanku"
"kamu salah apa will? Aku gak merasa kamu ada salah, jadi berhenti bilang maaf sama aku will" ujar cassandra dengan suara lembutnya
Sekarang william sadar, 2th terakhir ini dirinya memang bermain kesana kemari tanpa sepengetahuan cassandra. Dan sekarang, william mengakui kesalahannya.
Dia tidak akan menyakiti hati istrinya lagi. Cukup dulu ia menyesal karena sempat kehilangan cassandra dalam hidupnya. Semasa ia remaja. Dan juga, saat cassandra koma selama 10th.
Sedangkan di luar sana, sean memanggil maid untuk membersihkan pecahan kaca tadi. Dia menatap pintu kamar orang tuanya, lalu melaju menuju kamarnya.