Riuh-riuh dari lapangan dan suara langkah berlari terdengar oleh roselina.
Biarlah. Tapi kalau gak datang, nanti dia..hahh
Menghitung jari-jarinya dan meminang antara turun ke lapang atau diam di kelas.
"iya nggak iya nggak iya nggak..?"
"rose! Di suruh ke lapang nonton si sean"teriak erlan tiba-tiba di jendela samping roselina
Roselina langsung mengusap dadanya kaget akan kedatangan erlan.
Tak ingin mengambil resiko, roselina keluar dari kelas dan mengikuti erlan ke lapangan.
Di lapang, hampir semua sismi menempati tempat duduk yang sudah di sediakan.
Padahal jika roselina ingatkan, siswi disini suka ngeluh akan teriknya matahari.
"Hihhh panas banget sih bisa pingsan lama-lama"
"Kenapa negara ini gak kaya negara lain sih?! Panas!"
"Kulit gw bisa gosong kalau kaya gini terus"
"Scincare gw sia-sia di beli"
Roselina menghembuskaan nafasnya saat mengingat keluhan mereka jika sedang berjalan di koridor ataupun mendengar teman sekelasnya.
Roselina tahu juga mereka turun ke lapang panas-panasan buat nonton pertandingan baske-ralat, Sean'7STONE.
"kok bengong sih ra, gih duduk. Gw udah boking ni kursi. Khusus buat lo"ujar erlan
Roselina menganga, kenapa harus kursi yang ini? Kenapa gak kursi lain aja.
Pasalnya, erlan memberinya tempat duduk bebarengan dengan 7STONE yang membuat semua orang menatapnya ada yang heran, iri, marah karena merasa roselina gak pantas disana.
Roselina akan pergi ke bangku yang lain, tapi tangannya di cekal seseorang.
Roselina menengok ke belakang lalu mendapati june yang memegang tangannya. Roselina pun menautkan alisnya tanda bertanya.
"duduk aja. Lo gak mau kan sean berbuat sesuatu yang lebih kalau lo melawan dia?"
"i-itu urusan nan-"
"duduk"timpal june dengan dingin
Tanpa kata-lata lagi, roselina duduk di sebelah kiri angga dan sebelah kanan june.
Tak lama, tim basket 12-G dan 12-D memasuki lapangan dengan kapten mereka yang terdepan.
Para warga sekolah yang menonton makin ramai meneriaki tim masing-masing, tapi kebanyakan adalah teriakan untunk sean si prince of school.
Roselina jadi khawatir. Jika sean benar-benar mencetak angka tertinggi, maka dia harus menciumnya di lapangan.
Semoga saja tim sean kalah-batin rose
"lo tenang aja, sean bakal menang kok" ujar angga tiba-tiba
"ha?"
"lo berdoa supaya sean menang kan?"
"nggak. Justru sebaliknya"
"eh busyet. Jujur amat, emang kenapa?"
"mau aja"
Angga hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan tertawa dengan sikap roselina.
Berbeda dengan roselina yang masih diam lalu semakin diam saat tanda mulai pertandingan di bunyikan.
Di sana, roselina bisa melihat dengan jelas bahwa sean sangat lihai bermain basket.
Ting
Sean mencetak poin pertamanya dengan datar. Dia terus memantul-mantulkan bola dan mengovernya lalu kembali menangkapnya dan di lemparkan pada ring di atas sana.
Ting
Poin kelas 12-G terus bertambah dan bertambah karena cetakan unggul sean
Ting
Ting
Ting
Ting
Ting
Semakin sedikit waktu pertandingan, semakin banyak poin yang kelas 12-G dapatkan.
Kini poin mereka 25-11 dan waktu yang mereka sisihkan sisa 10menit 23detik lagi.
Roselina benar-benar sudah keluar keringat dingin. Tadi saat waktu istirahat, kelas 12-D mencetak keunggulan dan itu membuat roselina tersenyum lega.
Tapi sesudah istirahat, sean tersenyum miring ke arah roselina dan kembali mencetak skor sampai poin mereka 34 yang nyatanya lebih unggul.
Menit-menit terakhir, roselina menekadkan dirinya yang sudah tak kuat berada di sana. Dia meminta ijin pada june untuk pergi ke toilet.
"aku mau ke toilet sekarang june. Masa mau keluarin urine di sini?" bujuk rsoselina
"gw tahu lo bohong"
"GAK. bemeran ini, kamu gak lihat muka aku keringatan? Pucet lagi"timpal roselina dengan sedikit bohong
Mukanya memang pucet, dan terdapat keringat di dahinya. Tapi roseina begitu bukan karena pengen ke toilet, justru karena sean.
Terpaksalah roselina bohong kepada june yang detail.
"ok"
Tanpa menjawab, roselina melesat menuju toilet sebari pura-pura memegangi perutnya.
TEETT
pertandingan berakhir. Mereka bersalaman lalu mengambil handuk masing-masing serta air mineral.
Sean pergi ke arah teman-temannya dan terheran saat roselina tidak ada di kursinya.
"kemana?" tanya sean dengan tajam
"toilet"jawab june
"tadi dia pengen pup"timpal angga
"harusnya di tahan bego!"amuk sean sebari melemparkan handuknya ke kursi kosong bekas roselina
Sean langsung berlari dan mencari-cari roselina ke toilet wanita. Dirinya geram, dan sekarang hanya tinggal satu bilik toilet yang belum ia periksa.
Ceklek
Ceklek
Berusaha membuka, tapi nyatanya pintu toilet itu terkunci.
GDOR GDOR GDOR
"buka pintunya roselina"tekannya
"jangan sampai pintu ini rusak dan ngundang seseorang yang tak di harapkan"
GDOR GDOR
CEKLEK
Pintunya terbuka dan menampilkan roselina yang gemetar takut akan aura yang sean keluarkan.
Sean langsung masuk ke dalam dan menutup pintunya dengan memojokan roselina di depan pintu.
"lo inget, di kelas gw ngomong apa?"tanya sean sebari menekan pundak roselina sampai meringis sakit
"maaf"lanjutnya
"jangan salahin gw karena lo milih di sini"
Roselina mendongak terkejut dengan perkataan sean lalu lebih terkejut saat sean langsung menempelkan bibirnya ke bibirnya.
Tak hanya diam, sean menggerakan bibirnya dengan brutal. Kasar dan penuh akan birahinya.
Roselina sangat tidak suka hal yang seperti ini, ia mendorong-dorong dada sean supaya menjauh tapi tidak bisa.
Sean tak menghiraukan tangan roselina yang melawan, toh dia kuat sehingga tangan roselina seperti angin lalu.
Gatal dengan tubuh roselina, sean melepas semua kancing seragam roselina yang membuat dalamannya terlihat.
SREKK
Penutup dada roselina dilepaskan oleh sean dan melemparkan ke toilet.
Sean menurunkan ciumannya ke leher dan terakhir dada roselina. Sehabis pertandingan, dia kelelahan.
Dan inilah obat dari rasa lelahnya, tubuh roselina walau di dalamnya belum ada sumber mata air.
Roselina berusaha menjauhkan kepala sean dari dadanya tapi dia berasa sean adalah batu. Keras.
"salah lo sendiri roselina. Andai lo milih di lapang tadi"
Sean kembali menjamah bibir roselina yang merah merekah, kedua tangannya stay di tempat sean tadi menghisap benda itu.
Turn on, itulah yang sean rasakan. Sangat sesak.
Sean semakin bringas, dan membuat roselina mulai menitikan air matanya kala sean membuka menurunkan hot pants dan celana dalamnya.
Tangannya berusaha menyingkirkan tangan sean dari dalam miliknya. Mulutnya ingin berteriak tapi sean membungkamnya.
Setelah itu, roselina bernafas lega saat sean menjauhkan dirinya.
Tapi sesaat kemudian, roselina menggeleng keras dan akan berbalik membuka pintu untuk kabur tapi dia kembali di balikan oleh sean.
"gak sean, gak hiks. Jangan kaya gini hiks hiks please hiks sean, sean NO SEAN"
"Sialan"
Roselina menjerit tertahan saat benda itu sedikit memasukinya.
Sean keterlaluan, brengsek pikir roselina
"Hiks Hikss Hikssss" roselina mengeluarkan semua air matanya di balik pundak sean
Sean berhenti, dia menghembuskan nafasnya kasar beberapa kali lalu memejamkan matanya saat air mata roselina mengenai pundaknya.
Bodoh! Lo kelewatan sean! Arggh FUCKING OF YOU-rutuknya dalam hati
Sean tadi hampir merusak selaput dara roselina, kini sean sedikit sadar akan air mata roselina yang keluar seperti dari viva air.
Deras sekali. Sean melepaskan setengah penyatuannya lalu membenarkan pakaiannya.
Dia melihat roselina menunduk dan masih menangis. Selesai dengan pakaiannya, sean merapihkan kembali pakaian roselina yang terbuka.
Setelah mengancingkan seluruh seragam roselina, sean mengangkat muka gadis itu dengan lembut lalu mengusap air mata roselina dengan jari-jarinya.
Dan tanpa aba-aba, sean menarik roselina kedalam pelukannya lalu mengusap-ngusap rambut coklat milik gadisnya.
Tak kuat menahan tangisnya, kini roselina malah semakin meraung di balik dada sean sampai suaranya terendam oleh dada miliknya.
"lain kali, turuti perintah gw. dan jangan melawan"
"maaf"
Cup
Sean menciumi kepala roselina dengan sayang. Lima menit berpelukan, sean membawa roselina keluar dari toilet ke kelas.
Sean tak menghiraukan siswa lain yang melihat dirinya keluar dari toilet wanita bersama roselina, toh mereka was-was jika mengusiknya.
Terus menggengam tangan roselina sampai kelas, renata yang di kursinya terkejut saat melihat roselina. Matanya sembab, dan merah.
"rose, kamu kenapa?" tanya renata khawatir
Roselina diam tak menjawab pertanyaan renata, sean melihat ke arah wanita itu dan heran karena tak bereaksi.
"abis nangis. Lo balik duduk sama rose lagi"jawab sean dengan datar
"ha? I-iya"
Sean melepaskan genggamannya lalu keluar kelas menuju markasnya, karena dia butuh ketenangan.
Renata langsung menuntun roselina ke kursi dan mendudukannya.
"kamu kenapa rose? Aku khawatir. Kalau mau cerita, cerita aja"
Roselina tak menjawab tapi malah mmenangis dan memeluk remata. Renata jelas bingung dengan kelakuan roselina,di saat dia hanya menangis dan memeluknya.
Mungkin masalah keluarganya lagi-pikir renata
"kalau kamu gak mau cerita gak apa-apa kok hehe. Nanti siang ke tempat ayah aku yuk? Dijamin, mie ayamnya bikin kamu senyum"ujar renata dengan sedikit menghibur
Roselina mengangguk dan berehnti menangis tapi masih diam di pelukan renata.
Renata tak mempersalahakan kelakuan roselina, dia terus mengusap-ngusap pundak roselina dengan lembut supaya roselina kembali ke dirinya yang asli. Tidak sendu begini.
Jam dua belas siang, sekolah di pulangkan karena besok hari kegiatan sekolah study tour.
Bukan study tour kaya yang dipikiran orang lain. Pihak sekolah memang mengadakan study tour untuk seluruh siswa kelas 12.
Dalam rangka pembelajaran? Tidak. Kelas 12 sudah pergi study tour saat kelas 11. Study tour yang sekarang adalah permintaan khusus kelas 12 untuk berkunjung ke maldives.
Katanya, maklum kelas terakhir nanti pisah, jadi ingin membuat moment yang bagus di maldives.
Jadi, hanya liburan semata. Pihak sekolah tak melarang, toh mereka sendiri yang ingin dan mereka yang membayar. Sekolah tinggal mengatur apa yang di butuhkan.
Di pasar, renata membawa roselina ke tempat ayahnya. Roselina sempat menghela nafas kasihan jika ayahnya renata tinggal di lingkungan seperti ini.
Sampai di depan gerobak ayahnya renata melambaikan tangannya lalu memasuki tempat itu.
"renata? Abis pulang langsung kesini?"tanya ayahnya sambil membuatkan mie ayam untuk pembeli
"iya ayah. Oh iya, renata bawa temen nih ayah. Katanya pengen rasain mie ayam buatan ayah yang bikin senyum haha"tunjuknya kepada roselina
"oalah cantik tenan temanmu rena. Kemapa kamu ajak kesini sih sayang? Kasihan muka cantiknya haha"ujar ayah renata sambil tersenyum
"kenalin, Fahri Satriya. Ayahnya renata. Duduk nak, nanti ayah buatin buat kalian. Spesial" renata mengangguk
"ayok rose duduk. Eh tunggu, maaf yah tempatnya gak kaya di restoran" ujar renata seraya mengelap kursi kayu panjang yang akan di duduki roselina.
"kamu gak perlu gini re, aku gak apa-apa kok"ujar roselina menahan tangan renata yang sedang mengelap kursinya
"tapi kan-" roselina menggeleng
Renata duduk di depan roselina lalu ayahnya datang dengan dua mangkuk jumbo mie yang di atasnya ada toping ayam kryspi, kerupuk pangsit, daun bawang, bawang goreng, dan tomat yang berkembang di sisinya.
"silahkan dinikmati tuan putri"
"makasih ayah"ujar renata dan ayahnya tersenyum
Roselina tersenyum lalu ayah renata kembali membuatkan pesanan orang lain.
Renata menambahkan sambal di di mie ayamnya dan juga sedikit saus. Roselina pun melakukan hal sama seperti renata, tapi tidak untuk sambal.
"oh!"
"kenapa rose? Enak ya?"tanya renata dengan sumringah
"wahhh enak. Kenapa ayah kamu gak buka restoran aja sih? Enak gini ehmm"
Renata tersenyum mendengar penuturan roselina, kini temannya sudah tak murung.
Mereka melanjutkan acara makannya dengan girang dan sesekali mengobrol lalu tertawa, sampai-sampai roselina tidak sadar bahwa dirinya habis dua mangkuk yang membuat renata tertawa.
"mm berapa semuanya paman?" tanya roselina
"eh? Gak usah. Gak papa, kamu kan temannya renata. Jadi gak papalah. Lagian kemarin ibu cerita, pasal teman rena, yang belanjain rena barang-barang mahal"
"Yaa hitung-hitung balas budi, dua mangkuk mie ayam bahkan gak sebanding dengan apa yang nak roselina kasih. Nanti kalau nak roselina mau lagi, bisa saya buatkan. Gratis"lanjutnya
"kok gitu sih paman? Roselina kan ikhlas ngasih barang ke renatanya. Jadi gak ada balas budi, ini uangnya paman. Roselina kan pelanggan jadi harus bayar. Di terima ya paman?"
"kamu baik banget sih nak. Yasudah, paman terima. Makasih banyak ya nak rose" roselina mengangguk dan membalas senyuman ayah renata
"rose, kamu gak apa-apa kali gak bayar, toh kita ikhlas"timpal renata
"gak re, aku harus bayar. Ayah kamu kan kerja, butuh uang buat kamu. Udah ah aku mau pulang ya re. Kamu lanjutin bantu ayah kamu aja, aku pulang sendiri"
"eh, beneran? Kamu gak papa kalau pulang sendiri? Aku temenin deh sampai keluar pasar"
"gak apa-apa re. Aku udah minta jemput juga. Bye Byee"
Roselina pergi meninggalkan ruko ayah renata untuk pulang. Tadi dia sudah menghubungi supirnya supaya menjemput dirinya di pasar.
Sampai di depan jalan, mobil SUV hitam berhenti di depannya, roselinapun masuk ke dalam mobil itu.
Sampai di mansion, roselina terhenti saat kakinya hampir memasuki dalam manison. Bahkan penjaga disana sudah membuka pintu untuknya.
Dia memalingkan wajahnya ke arah rerumputan di sisi sana. Roselina masih ingat bagaimana kakaknya meninggalkan dirinya.
Roselina berjalan ke arah rerumputan itu dan meletakan tasnya, lalu berbaring mengadah ke atas.
Sebenarnya, roselina lebih takut di tinggal kakaknya di bandingkan di ganggu sean. Berbicara sean, roselina sedikit bergidig takut saat ingatannya memutarkan sean ayang hampir memperawaninya.
Dia butuh seseorang untuk cerita, kakaknya. Vernon yang dia butuhkan. Dia terlalu malu jika cerita kepada ayahnya, dia hanya ingin vernon. Tetes demi tetes roselina rasakan di wajahnya. Rintikan hujan turun.
"nona, tolong masuk kedalam mansion. Nanti jika tuan tahu, dia bisa marah karena nona kehujanan" ujar salah seorang maid dengan membawa payung
"tidak bisakah kalian meninggalkanku? Aku lagi ingin bersama kakaku, sesaat"
"tapi nona, nanti hujan semakin deras. Tolong masuk kedalam"
"tinggalkan aku! Sekarang!"titah roselina dengan tajam
Maid itu menunduk takut lalu pergi meninggalkan nonanya dengan hujan yang sedikit demi sedikit semakin keras.
Roselina memejamkan matanya, dia merasa senang dan sedih bersamaan.
Sampai akhirnya, dia tak lagi merasakan hujan. Roselina terheran, suara deras hujan masih terdengar di telinganya, tapi wajahnya tak merasakannya.
Perlahan roselina membuka matanya dan sedikit mengintip siapa yang menghalangi momentnya.
Roselina kembali mengerjapkan matanya saat melihat seorang pria yang ia harapkan. Vernon. Berdiri menjulang dengan tinggi di hadapannya.
Jika ini mimpi, tolong jangan membangunkanku. Aku akan membunuh siapapun yang berani mengusik mimpi indah ini-pikirnya
"Masuk"ujarnya dengan datar dan tentu saja dingin
"k-kak vernon?"
"BERDIRI DAN MASUK KEDALAM MANSION"bentaknya
Roselina langsung berdiri dan langsung memeluk vernon. Jika vernon perempuan, mungkin dirinya sudah terhuyung ke tanah karena tubrukan roselina.
"Jalan"titah vernon
Roselina patuh, dia berjalan beriringan dengan stay memeluk vernon di balik payung sampai ke depan pintu.
Vernon memberikan payungnya kepada maid lalu berjalan masuk diiringi roselina yang memeluk tubuh belakangnya.
"naik dan bersihkan dirimu"
Roselina tak henti mengibarkan senyumannya. Dia mengangguk lalu mencium pipi vernon dan berlari menuju kamarnya.
Roselina sangat senang karena vernon kembali dan memperhatikannya. Walaupun sedikit dan masih dingin, tapi adiknya itu sangat senang.
Vernon berubah karena penuturan kakeknya saat di jerman.
Dia sempat tak mendengarkan, tapi apa yang kakeknya ucapkan itu membuat hatinya sedikit berubah untuk adiknya. Lalu vernon kembali ke indonesia pagi tadi.
Saking senangnya roselina, dia berlari dan melompat saat menuruni tangga sehingga dirinya oleng dan akan terjatuh bila seseorang tak menahannya dari bawah.
"bodoh!"
"m-maaf kak"
Vernon menggendong roselina ke sofa dan membawa obat oles untuk pergelangan kaki adiknya.
Jika kalian bertanya apa Vernon mengidap sister complex, jawabanya tidak.
Vernon hanya ingim menjaga adiknya walau masih 0,10% dari 100%.
Dia lagi berusaha untuk menerima kenyataan bahwa roselina tidak salah atas meninggalnya lina. Sang ibunda.
"makan dan bereskan barangmu untuk besok. Tidurlah lebih awal. Aku akan mengantarmu besok sampai tujuan"ujar vernon masih dingin lalu beranjak pergi ke kamarnya.
"Makasih kak! Rose sayang kakak!"teriaknya pada vernon yang di lantai atas.
Roselina menebarkan senyumannya kepada semua orang di rumah, lalu pergi menuju meja makan.
"ah, papah belum pulang?" tanyanya kepada maid yang sedang menambahkan air minum roselina
"tuan mungkin lagi sibuk, malam baeu bisa pulang mugkin. Jika nona bertanya apa tuan tahu tuan muda ada di mansion, jawabannya tahu. Tadi pagi tuan vernon berbicara dengan tuan richard di telepon"
"ouh baiklah. Terima kasih" maid itu mengangguk dan kembali ke dapur