Bunyi alarm tanda pulang sekolah sudah berbunyi dari balik speaker di setiap sudut kelas. Renata masih menatap rose yang sedikit murung dari saat dirinya izin ke toilet sampai sekarang. Renata sangat ingin bertanya 'kamu kenapa' tapi renata urungkan kala rose mendiamkan diri.
"kamu mau jadi mampir ke warung ayah aku?" tanya renata dengan hati-hati kepada rose
"lain kali aja ya re. Aku ada urusan di rumah" jawab renata dengan mukanya yang datar
"ouh oke, gak apa-apa. Kalau begitu aku duluan ya. Byebye"
Roselina tak membalas. Dia masih setia merapihkan alat tulisannya kedalam tas. Ia beranjak dari bangkunya dan langsung pergi meninggalkan kelas 12G. Di depan parkir, dia di kagetkan oleh klakson motor yang beberapa kali menlaksoninya.
Rose memalingkan wajahnya tak tala tahu bahwa yang menlaksonnya adalah seseorang yang ia benci. Sean. Dia kini menyampingkan motornya di hadapan rose yang akan keluar dari gerbang sekolah.
"bareng gw"
"gak"
"bareng gw ata-"
"minggir. Aku mau lewat. Aku gak mau pulang bareng kamu"ketusnya
"wuhhhh wawww kayanya badan gw gede banget yah? Ampe jalan lo ketutupin heh"
Sean berujar sambil merentangkan tangannya di hadapan rose dengan senyuman miringnya yang secara tak langsung, dia sedang meledek wanita itu.
Bodoh. Rutuknya dalam hati. Tak memperdulikan sean, rose kembali melangkahkan kakinya dan melewati sean. Sean yang melihat itu kembali tersenyum geli dan langsung menurunkan tangannya lalu memanggil rose.
"roselina. Gak bareng gw juga gak apa-apa. Setidaknya save nomor gw"
Setelah itu, sean kembali memakai helm full face miliknya. Lalu melajukan motornya dengan kencang melewati rose yang masih terdiam saat tadi sean memanggilnya. Rose tahu sean bilang begitu berarti dia sudah memiliki nomor pribadinya.
Rose kembali berjalan dengan santay melewati beberapa toko lalu taman dan jembatan. Dia sangat menikmati perjalanannya. Tanpa ada yang mengganggu.
Tanpa rose sadari, seseorang mengikutinya dari belakang. Jauh di belakang rose, seseorang pria berjalan santay dengan tangannya di masukan ke dalam kantung celananya.
Sean. Dia sengaja meninggalkan motornya begitu saja setelah tadi meninggalkan wanitanya. Saat roselina kembali melintasi dirinya, dia langsung keluar dari tempat persembunyiannya lalu mengikuti roselina dari kejauhan.
Sean heran, kenapa gadis itu ingin jalan kaki dengan jarak sejauh ini? Apalagi udara di sini tidak sebagus udara di jerman. Mungkin.
Memang dia yang terbaik-pikirnya.
Dua jam mereka berjalan dengan saling mengikuti layaknya sebuah drama. Kini roselina telah sampai di gerbang yang menjulang tinggi. Roselina menekan tombol di sebelah gerbang lalu berbicara sesuatu supaya orang dalam membukakannya.
Berbeda lagi dengan mobil, gerbang itu terbuka otomatis jika ada mobil yang akan melintas dari jarak kurang lebih tujuh meter.
Sean tak heran saat roselina berhenti dan masuk kedalam mansion yang ukurannya begitu besar, karena dia tahu roselina anak dari Raquell.
Tapi sean tak menunjukan sikap takjub toh Tiffin lebih tinggi di bandingkan dengan Raquell. Setelah matanya melihat gerbang kediaman raquell kembali tertutup, dia segera beranjak sebari menelpon seseorang.
"jemput gw di____"
Di kediaman raquell, roselina terkejut saat melihat jet pribadi terparkir di halaman mansion miliknya. Reflek, gadis itu langsung berlari menuju mansion.
Kakak!
Setelah melewati pintu utama mansion, roselina berniat menemui sang kakak di kamar milikmya. Tapi saat akan menaiki tangga, mata roselina langsung terpaku melihat seorang pria yang usianya tiga tahun lebih tua darinya. Pria itu berjalan menurunu anak tangga tanpa tahu adiknya sedang menatapnya di bawah.
Saking fokusnya pada berkas-berkas sampai tak menyadari sang adik, vernon memerhatikan langkahnya saat anak tangga terakhir sudah ia pijak. Tapi secara tak sengaja, matanya kini bertubrukan dengan mata indah roselina. Adiknya.
Roselina tersenyum manis melihat vernon telah kembali. Tapi senyumnya luntur seketika saat vernon dengan cueknya berjalan melewati roselina dengan beberapa berkas di tangannya. Dengan cepat, roselina menahan pergerakan vernon dengan memegang tangannya.
"kak"
"kakak rose rindu sama kakak, kakak bakal tinggal lagi di sini kan kak?"
"kakak kok diam aja? Rosel- rose mau kakak di sini, sama rose dan papah"
Terus saja begitu. Roselina berasa ngomong dengan patung. Vernon sama sekali tak menanggapi ucapan roselina, tapi saat adiknya itu akan kelepasan menyebut 'roselina', barulah ia menoleh dan sedikit geram.
"GW BILANG JANGAN BAWA-BAWA NAMA MAMAH! LO INGET GAK HAH!"bentak vernon
Roselina kaget dan memejemkan matanya takut. Vernon memang menyeramkan kalau sudah marah.
"SADAR DONG! LO ITU PEMBUNUH! DAN GW BUKAN KAKAK LO! NGERTI?!"
"hiks..ta-tapi kak, rose bukan pembunuh"lirihnya
"mamah kecelakaan hiks..rose..rose ga-"
"TERUS INI SEMUA SALAH MAMAH GITU?! JELAS-JELAS LO YANG SALAH! KALO AJA MAMAH GAK BELA LO, MAMAH MASIH HIDUP! ITU SEMUA GARA-GARA LO ANJING!"
"ASAL LO TAHU! PAPAH JUGA HIDUP SENGSARA KARENA DI TINGGAL MAMAH!! DAN GW NYESEL PUNYA ADIK KAYA LO!"
"VERNON!!"
Suara bariton lainnya menghentikan bentakan vernon pada roselina. Mereka melihat ke sumber suara tadi dan saat itu pula, ayah mereka langsung menghampiri anak-anaknya.
Richard dengan badannya yang tegap berjalan dengan tegas menuju roselina dan vernon. Sungguh, ia merasakan sakit hati dengan ucapan vernon barusan kepada adiknya.
Sebagai ayah, dia tidak mau anak-anaknya dalam lingkungan masalah. Richard mau anak-anaknya akur dan bahagia bersama. Tapi ini?
"CUKUP VERNON. PAPAH GAK MAU KAMU KAYA GINI. Kamu menyakiti adik kamu berarti kamu juga menyakiti papah vernon. Kalian itu saudara, gak sepantasnya seperti ini"
"Pah! Dia yang bikin mamah pergi kalau papah lupa!"
"IYA PAPAH TAHU ITU! tapi itu murni kecelakaan vernon. Ini semua bukan salah roselina. Ingat, mamah kamu pergi karena sayang sama roselina. Dia juga yakin kamu bakal jaga adik kamu dengan baik. Kamu ingat kan waktu itu mamah ngomong apa?"
"vernon, mamah yakin. Mamah yakin kamu bakal jaga adik kamu dengan baik. Mamah sayang sama kamu dan kamu sayang adik kamu. Kalo mamah pergi, tolong jangan sekali-kali kamu nyakitin adik kamu ya. Mamah mau kamu jadi pria dewasa yang baik dan selalu menjaga papah sama adik. Mamah pergi bukan karena orang lain, karena itu kemauan mamah sendiri...i love you sayang"
Tuuuuuuuuuut
"AKU TETEP BENCI SAMA DIA PAH! BAGAIMANAPUN, dia titik masalahnya"
Serelah mengatakan itu, vernon pergi meninggalkan manison dengan amarah yang tinggi. Dia berjalan menuju jet pribadinya tanpa peduli roselina tengah mengejarnya.
Saat dirinya memasuki jet pun, roselina masih berlari dan berusaha menggapai jetnya saat jet itu sudah lepas landas. Vernon melihat itu.
Roselina jatuh tersungkur saat berlari mengejar jet milikknya dengan wajah mengadah ke atas karena takut kehilangan.
Sambil berlari, roselina terus menangis dan memanggil kakaknya. Lalu dia terjatuh di atas rumput-rumput. Memang tak seberapa sakit, tapi mampu membuat goresan di lututnya.
Roselina terus menerus memanggil kakaknya dengan derai air mata. Para pelayan langsung berlari membantu roselina yang sangat mengenaskan.
Jika waktu bisa berputar kembali, aku memilih tak ingin muncul di muka bumi. Aku hanya ingin melihat orang yang aku sayangi berbahagia. Itu saja-roselina
"hiks..kenapa? Hiks..kenapa kakak sangat membenci rose? Hiks..rose sungguh gak tahu apa-apaa hiks..ros-rose sayang sama kakak hiks..rose mau kakak kembali hikss"
Richard yang melihat putrinya dari pintu utama mansion, hanya terdiam dengan hembusan nafas berat. Sangat di sayangkan putrinya.
Richard juga mengalami depresi setelah meninggalnya lina. Dia sempat akan membenci roselina karena istrinya memilih mempertahankan kandungannya di banding nyawanya.
Tapi dia sadar, lina memilih yang terbaik. Jika emoai richard tidak stabil, dia langsung melihat roselina karena wajahnya mirip sekali dengan lina istrinya. Itulah mengapa richard sangat menyayangi roselina. Karena salah satunya dia benar-benar keturunan lina.
Richard memasuki kamarnya dan menjernihkan pikirannya di sana..sedangkan roselina, dia juga di bantu pelayan ke kamarnya lalu membantunya membersihkan diri.
Malam hari, roselina masih termenung dengan sedikit air mata. Tadi dia selesai sarapan di kamarnya dan juga tadi ayahnya sedikit membawanya mengobrol. Tapi hasilnya? Tidak ada. Roselina hanya duduk terdiam menghadap jendela dengan titikan air mata.
Mahh, rose mau kakak kembali. Kalu kakak mau rose pergi, rose akan pergi. Nyusul mamah.
Tes
Tes
Tes
Air mata terakhir roselina untuk malam ini. Sekarang dirinya sudah tertidur pulas karena kelelahan dalam seharian ini.