Suara hati yang tak pernah didengar.
Kami, hanya ingin bapak sadar.
~Altair's children.
#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#_#
"Udah diem-diem aja dirumah!"
"Al mau main pak!"
"Kenapa si gak bisa gitu diem dirumah temenin bapak!"
"Kan tadi Al udah ambilin bapak makan, skrg Al mau main" gentak Al menyuarakan isi hatinya.
"Mana, makan mana?! Ngambil nya aja gak bener"
"Kenapa si Al gak boleh main!" Protes Al.
"Main mulu kerjaan lu! Main-main sama anak kampung sebelah yang gak bener itu mau jadi apa?! Mau bapak cekek? Hah?"
"Gak mauuuu"
Teriakan yang disusul tangisan semakin kencang memenuhi ruang di rumah yang sudah 1 bulan kami tempati itu.
Sejak kepergian emak untuk bekerja di negeri 'Menara Petronas' membuat Al dipaksa mandiri di usia nya yang baru beranjak 6 tahun.
Aku tak membayangkan bagaimana susahnya Al mengurus bapak yang se-nyebelin itu. Selalu dihadapi dengan amarah, tak pernah ada damainya.
Aku masih bisa menghibur diri di asrama, tetapi Al? Bahkan untuk main saja harus mengendap-endap, agar tidak ketahuan bapak.
Al kesal dan pergi ke kamar nya.
"Maaakk, ka Ra"
Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Bocah berumur 6 tahun harus menerima kenyataan yang begitu pahit.
Bahwa keluarga nya tak seperti yang lain, penuh cinta dan kasih sayang. Hah, rasanya muak berbicara tentang cinta.
Tak pernah terdaftar dalam kamus kehidupan kami, bahwa cinta keluarga itu indah.
Yang kami tahu sejak kecil, hanya sosok emak yang memberikan kekuatan bagi kami untuk menghadapi seorang bapak yang tempramen seperti itu.
Namun, sosok emak yang kami harapkan kasih sayangnya. Kini jauh di negeri orang.
Pupus harapan kami untuk mendapat ketenangan dalam sebuah keluarga.
*****
Selesai sekolah aku beristirahat di kamar, sembari menyetel salah satu lagu kesukaan ku.

Entah mengapa aku sangat suka dengan lagu ini, walaupun aku tidak pernah punya kisah cinta seperti ini.
"Woyyy!" Ilke mengagetkanku.
"Apaan si lo Ke! Kaget gue"
"Hahahaha, biarin wleee. Ehh, btw mana nih surat dari Devin katanya ada yang abis ditembak tuh"
"Yaelah sok tau banget lo Ke! Gue aja lupa belom baca suratnya"
"Ish, lo pinter banget si bukan dibaca suratnya.. ya ampun Ra!"
"Tuh ambil aja suratnya di meja gue"
Ilke dengan sigap mencari surat yang ku maksud.
"Giliran ginian aja lo semangat banget" sindirku kepada Ilke.
"Yee, gua kan perduli sama lo. Biar seenggaknya lo punya tempat buat berteduh Ra"
"Terserah lo"
Aku masih bersenandung dengan lagu dan earphone yang terpasang di kedua telingaku.
Ilke masih sibuk dengan surat yang Devin berikan tadi malam. Aku tidak terlalu ingin tahu apa isinya, lebih baik aku tidak membacanya daripada membuatku bingung dan terbebani.
"Ra, beneran nih lo gak mau baca?" Seperti ada nada kecewa dari suara Ilke.
"Kenapa? Dia gak nembak gue kan? Gue si gak kepedean, lagian mana mau si Devin yang ganteng dan anak baik-baik itu suka sama gue yang begini, ngaco!"
"Yaa, apa salahnya berharap untuk sesuatu gitu Ra"
"He'eh" jawabku seadanya. Sambil melanjutkan bersenandung dengan lagu dan menambah sedikit volume nya.
"Ternyata isi suratnya, lo keterima di eskul menulis itu Ra"
"Apa apa? Gue gak denger" ujarku sambil membuka sedikit earphone yang terpasang di kepalaku.
"Makanya buka dulu kali Ra, lo keterima di eskul menulis"
"Hah? Beneran?? Yeaaayyyyy"
Aku langsung memeluk Ilke, tak menyangka isi surat yang dilipat rapih itu ternyata sebuah informasi bahwa aku lolos masuk seleksi menulis.
Ku rebut surat yang ada ditangan Ilke, karena sudah tahu isinya apa? Aku ingin membacanya sendiri.
"Tapi bohong hahaha, ada surat cinta nya tuh cieee" celetuk Ilke tiba-tiba.
Aku membuka surat itu dan membaca sekilas.
"Apaan si Ke, ko lu bohong sama gue!"
"Haha lagian kalo gue jawab jujur lu gak bakal buka suratnya, iya kan? Lo kan paling cuek banget sama yang namanya cowo. Udah tuh baca kalo bisa dibales deh" pandang Ilke merayu pada diriku.
"Iya iyaa gue baca"
Aku pun membaca surat itu, dan ternyata benar Devin memberikan surat cinta untukku.

Tumben banget si Devin, ada angin apa coba tiba-tiba nembak gue.
"Gimana Ra?" Tanya Ilke sembari menaik-turunkan alisnya seolah ia meledek ku.
"Gimana apanya?"
"Yee itu gimana? Lo mau gak jadi pacar Devin? Kalo lo gak mau gue aja deh, secara dia kan ganteng uwuw"
"Yaudah nih lo aja"
"Iihhh ko lu serius amat si, bercanda kali Ra"
"Haahhh, Gak tau gue. Lagian kenapa tiba-tiba dia nembak gue si?"
"Yaa, kan cinta itu gak butuh alasan Ra. Ih, gue si kalo jadi lo langsung klepek-klepek hahaha" ujar Ilke sambil menggerakkan tangannya seperti kepakan sayap burung.
"Bisa gak lo, gak usah ledekin gue terus. Gue usir nih ya dari kamar"
"Ihh galak banget si wleee" lidah yang menjulur-julur dari mulut Ilke, ingin rasanya ku cubit.
Yaa, aku masih belum percaya dengan cinta tanpa alasan. Hatiku berkali-kali dipatahkan oleh cinta bapak. Aku tidak bisa merasakan apa itu cinta? Meski cinta seorang ayah telah hilang. Aku tidak akan pernah mengemis cinta dengan laki-laki lain.
Yang aku ingin, hanyalah kehangatan keluarga.
*****
Malam sunyi, anak asrama pasti sudah terlelap. Waktu menunjukkan pukul 23:00 WIB. Aku masih bergelut dengan sesuatu yang menyambangi pikiranku.
Tiba-tiba aku rindu dengan sosok emak. Terakhir kali emak kesini, waktu menjenguk ku, dan aku tidur di pangkuan emak.
Al juga apa kabar dia? Baik-baik sajakah? Aku harus bagaimana agar bisa membantu Al di rumah?
Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Percuma saja hati terus gelisah tanpa solusi.
Namun, tetiba terlintas di benak ku. Menulis sebuah surat untuk Ilke yang sedang asyik terlelap, dengan indahnya di malam sejuk ini.
Aku meraih jilbab, lalu memakainya. Mencari secarik kertas dan pulpen.
Aku mulai menulis sekata demi sekata.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar, entah itu siapa yang pasti membuatku terkejut.
"Ayra.." panggil seseorag dibalik pintu.
Aku panik dan langsung pura-pura bergaya seperti orang yang bangun tidur.
Ketika aku membuka pintu.
"Loh! Devin? Lo ngapain kesini?!"
Ternyata Devin-lah sosok dibalik pintu itu. Mau apa dia datang malam-malam begini.
"Lo tau gak ini bahaya! Kalo ketahuan gimana??"
"Sssttt, udah diem. Gue cuma mau kasih ini" Devin menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya.
Dan, ternyata itu adalah sekuntum bunga mawar.
"Yaudah gue balik ya. Sama-sama!"
Devin langsung melipir jauh meninggalkan asrama khusus perempuan.
"Eh iya makasih!" Ucapku telat.
Karena takut ketahuan, tanpa basa-basi aku masuk ke kamar dan segera menutup pintu.
"Sok romantis deh dia. Bikin kaget aja malem-malem kesini"
Ku letakkan bunga itu di atas meja. Lalu, ku lanjutkan menulis sepucuk surat untuk Ilke.
Dengan sunyi dan tenang pada malam yang baru saja terbilang manis. Karena Devin tiba-tiba nekat memberikan bunga kepadaku.
Padahal, resiko nya sangat besar jika ketahuan.
Sungguh, aku tak habis pikir.
Ilke sahabat gue yang baik. Gue minta tolong sama lo. Tolong izinin gue sakit ya besok pas sekolah. Plisss!
Dengan hati-hati kulipat surat itu dan ku letakkan di meja Ilke.
*****
Kringggggg!!!!
Bel sekolah berbunyi, para siswa berhambur keluar menuju kelas.
"Si Ayra kemana si gue ditinggal sendirian. Tumbenan si dia kaga bangunin gue tadi, kan gue jadi telat gini" dumel nya.
Ilke masih sibuk memasukkan buku kedalam tas, dan dia menemukan surat yang kutulis semalam.
"Apaan lagi nih?"
Ilke membaca sebentar surat itu, lalu memasukkan surat itu kedalam tasnya.
"Kenapa lagi si itu orang, idupnye demen ilang-ilangan. Pake acara izin sakit, tapi orang nya au kemane, pusing gue"
Berlari adalah cara jitu untuk sampai ke kelas, tidak menghiraukan seberapa banyak orang yang melihat.
Ilke sampai ke kelas, dengan nafas tersenggal-senggal. Ternyata sudah ada pak Udin yang mengajar.
"Pagi pak"
"Pagi, kamu kenapa ngos-ngosan gitu Ke?" Tanya pak Udin.
"Takut telat lah pak, saya boleh masuk kan pak?"
"Ya, saya mau marah juga percuma. Yang ada saya yang dimarahin balik. Dasar milenial"
"Yee bapak, saya gak gitu kok" protes Ilke.
Ilke menghampiri tempat duduknya. Mengeluarkan buku pelajaran, handphone dan secarik kertas yang ia bawa tadi.
Dengan curi-curi kesempatan, Ilke mengetik pesan singkat.

*****
Hy readers!
Kembali lagi sama Ayra dan keluarganya.
Kali ini sudah mulai banyak variasi cerita ya. Yeaaay, semoga kalian suka🤗
Stay tune terus yaa, sama cerita Ayra.
Mohon doanya juga supaya project cerita ini lancar.
Yaudah gitu aja.
Makasi kelean🧡