Bismillah aku update lagi..
Gimana kabar kalian? Masih semangat kan?
°°°
#_#_#_#_#
Kusematkan pagi dengan memberikan keceriaan dalam hari baru pada pagi ini, semua siswa SMA asrama sudah menduduki singgasana di kursi masing-masing.
Pagi ini guru mapel sedikit terlambat dan membuat suasana kelas sedikit riuh dan bising, oleh siswa yang banyak bicara dan bercanda. Aku dan Ilke pun memanfaatkan waktu untuk sedikit santai sebelum guru mapel hari ini datang.
"Ke, gue mau kasih surat cinta buat Devin"
"whaattt??? Gila lo ya Ra?! Emang belom jelas lu dikejar-kejar gitu dan diancam begitu. Engga engga gue gak setuju" sahut Ilke penuh simpati.
"ko lu ngatur gue, kan gue yang mau jalanin. Lagian nih ya, gue nerima dia karena kali aja gue bisa ngerubah sifat dia" ujarku seraya tersenyum.
Ilke terdiam.
"tapi kan Ra, seenggaknya lo pikir-pikir dulu deh"
"tenang aja Ke, gue udah pikirin mateng-mateng"
"awas ya sampe lu ngeyakinin gue begini, tapi ujung-ujungnya lo nangis ke gue"
"iyaa gue jamin"
Aku dan Ilke tersenyum, dan Ilke meng-Iyakan usaha ku untuk membuatnya yakin akan pilihan ini.
Aku mencari secarik kertas putih yang telah kusiapkan tadi malam, ketika Ilke tertidur pulas aku menulis jawaban surat cinta dari Devin tempo lalu.
Semalam, aku merenungkan akan pilihan ini, tetapi sekelibat pikiran ku ingin bisa merubah sifat Devin yang seperti itu. Entah, pilihan ini terlalu naif atau memang suatu saat aku bisa temukan jawaban dari semua pilihanku.
Surat singkat berwarna putih telah ditanganku. Kuhampiri meja Devin yang masih satu kelas denganku. Dengan gugup kuyakinkan langkah dan memberikan surat itu padanya.
"Vin, semoga lo suka dengan jawaban gue, nih surat dari gue"
Aku menyodorkan surat itu kepadanya, Devin dengan sigapnya menerima surat itu dengan semangat.
"wihh akhirnya yang gue tunggu-tunggu, eh tapi ini isinya bikin gue seneng apa sedih nih. Males banget gue kalo ditolak"
"buka aja sendiri"
"selamat pagi anak-anak —"
Aku langsung ngacir ke tempat dudukku, karena tiba-tiba guru mapel masuk. Aku dan Devin menebar lirikan dari bangku masing-masing, ia tersenyum aku pun membalas senyum padanya.
Semoga ini pilihan yang baik. Gumamku
*****
"bi siomay sama es teh nya yaa"
"oke neng, seperti biasa ya 2 porsi"
"kali ini jadi 3 porsi bi" aku tersenyum lebar.
"wiih si eneng, punya gebetan baru yaa, atau punya temen baru nich" ujar bi Iyem dengan nada meledek.
"engga ko bi, itu temen Ayra"
"ohh temen" bi Iyem masih memasang wajah meledek.
Aku hanya menggeleng kearah bibi sambil tertawa.
"yaudah neng duduk aja nanti bi Iyem anterin"
"okedehh bi, makasih yaa"
Aku kembali bergabung di meja yang sudah Ilke dan Devin tempati. Hari ini pertama kalinya aku makan bersama Devin.
"kenapa gugup gitu?" tanya Devin menyambut kedatangan ku.
"enggak apa kok"
Ilke duduk di sebelahku dan Devin duduk di depanku. Ilke sibuk dengan ponselnya, karena ini pertama kalinya aku nge-date dan minta ditemani olehnya. Aneh memang, tapi untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan minggu lalu, terjadi lagi.
"itu temen kamu sibuk aja main hape, mending ke kelas aja gih daripada jadi laler disini"
"ih jijik banget lo, baru diterima cintanya sama Ayra aja udah Belagu banget, segala panggil 'aku-kamu' lagi"
"sirik aja lo, jomblo"
"enak aja, kalo ngomong dijaga ya"
"ehh udah udah, malah berantem efek belom makan nih jadinya pada galak, nanti kalo udah kenyang baru pada diem nih"
Bi Iyem datang membawakan pesanan yang sudah jadi, Ilke dan Devin masih melempar pandang seakan mereka berkata 'urusan lo dan gue belom kelar'.
"hehehe iyaa nih bi, mereka pada bercanda aja kali" ucapku menengahkan.
Aku, Ilke dan Devin makan dengan suasana canggung, entah ini sangat awkward si menurutku.
"gue pamit undur diri ya Ke, lo baik-baik sama Devin"
"tapi Ke—"
"bye" ujar Ilke tanpa menghiraukan ku.
Setelah punggung Ilke menghilang dari pandanganku, Devin membuka percakapan.
"besok lo ikut gue ya"
"kemana coba?"
"udah ikut aja"
"enggak ah, ntar bolos lagi"
"yaelah gak bakal bolos ko"
"lo tuh maksa banget ya orangnya"
"emang kenapa lo gasuka?"
"di depan Ilke aja lo manggil gue 'aku-kamu' giliran gak ada siapa-siapa lo begini"
"ohh maunya di aku-kamu in" ujar Devin seraya memegang daguku.
"apaan si lo Vin, beraninya nyentuh gue"
"ohh nerima pacaran tapi gak mau disentuh-sentuh ya, sok suci banget lo"
"keterlaluan ya lo Vin" aku memukul meja kantin dengan keras, sehingga orang-orang disana melihat kearahku dan Devin.
Aku langsung pergi dan meninggalkan Devin yang berusaha mengejarku juga, namun aku terus berlari.
*****
"belom juga seminggu lo udah galau aja Ra"
Aku tidak menggubris perkataan Ilke.
"gini deh, pesen gue buat lo jangan polos-polos amat kalo lo lagi deket Devin" ujar Ilke lalu menyelimuti dirinya dengan selimut.
Aku masih merenung melihat ke luar jendela, sambil mencerna apa yang barusan Ilke katakan. Mungkin ada benarnya, aku harus bisa bertanggung jawab akan pilihanku.
"Ke—" panggilku.
Ilke tidak menjawab panggilanku, ia cepat sekali pulas kalau sudah ketemu kasur. Aku mendengus jengkel, lalu duduk di samping meja belajar.
Tiba-tiba ada suara ketukan pintu.
Tok tok tok.
Aku terperanjat kaget dan ragu untuk membuka pintu atau tidak. Namun, ia berkali-kali mengetuk pintu. Mungkin Bu Meti pikirku.
"iyaa ada ap—"
"udah rapih belom?"
*****
"halo mak, assalamualaikum Ayra kangen banget mak"
Aku sedang video call-an dengan emak di Malaysia. Emak tampak sedang beres-beres disana.
"apa kabar mak?"
"alhamdulillah baik Ra, kamu gimana belajar disana lancar kan?"
"alhamdulillah lancar ko mak"
"akhir bulan ini emak transfer agak telat ya Ra"
"iyaa mak, nggak apa kok" aku tersenyum kepada emak.
"Al sama bapak gimana ya kabarnya?"
"baik-baik aja ko mak"
"alhamdulillah kalo gitu"
Aku terpaksa berbohong pada emak agar tidak membuatnya khawatir dengan keadaan kemarin ketika aku kabur dari asrama.
Karena aku bingung harus berbuat apa kala itu, dan kini emak bertanya pun aku harus berbohong demi kebaikan emak.
"minggu depan kayanya kamu bakal di jemput kakak kamu untuk pulang"
"kakak? Siapa mak? Ngapain pulang?"
"iya, nanti juga kamu tahu"
Apakah kak Yasmin yang emak maksud? Lalu, untuk apa dia menjemputku pulang?
Aku menyimpan banyak pertanyaan pada ucapan emak, entah apa yang ingin emak tunjukkan padaku, tapi aku hanya mengangguk pada emak.
"yaudah emak mau lanjut kerja lagi ya Ra"
"okee maak"
Tut... Suara ponsel mati.
"kenapa Ra? Lo kaya bingung banget"
"gatau nih emak tiba-tiba aja ngomong gitu, katanya minggu depan gue bakal dijemput kakak gue"
"jemput ngapain?"
Aku menggidikan bahu, mengisyaratkan bahwa aku tidak tahu-menahu soal itu.
"tenang aja Ra, stay calm"
"hmmm iyaa Ke makasih ya"
"gitu dong senyum"
Aku sedikit lega setelah bercerita dengan Ilke, semoga memang baik-baik saja keadaannya.
*****
A/N:
Waah guys aku balik lagi nih, dengan cerita Ayra dan keluarganya.
Kira-kira emak mau ngapain ya ngasih tau kalo Ayra bakal pulang? Penasaran kaaan.. 🤭 Stay tune terus yaa dengan cerita inii..
Love you readers❤️