Kepada sang malam yang diselimuti kelabu..
hilangkan lah bebanku dengan awan putihmu di pagi biru..
°°°°°
#_#_#_#_#
"udah ayo ikut gue lagi"
"engga Vin! Udah berkali-kali gue bilang enggak!"
Emosiku tersulut dengan paksaan yang dilakukan Devin kepadaku. Dia itu seperti sekeras batu, walaupun diteteskan air ribuan tahun pun, hatinya tak akan terbuka untuk tidak kasar terhadap perempuan. Entah mengapa dia bisa seperti itu kepadaku, apa memang seperti itu sifatnya atau lebih dari itu?
Tapi, walaupun dia seperti itu aku masih penasaran dengan latar belakang yang menjadi sebab ia berlaku seperti itu. Kasar, egois, dan tidak bisa menghargai orang lain.
Seketika tanganku ditarik oleh Devin, aku meringis karena cengkraman kuat oleh tenaga seorang lelaki di depanku ini. Ia tetap saja pada pendiriannya, bahwa aku harus ikut pergi dengannya, aku pasrah jika harus disakiti lagi oleh lelaki semacam dia.
Seperti waktu lalu, aku jadi teringat kejadian yang membuatku takut, bingung, dan depresi karena memikirkan solusi dari pilihanku ini.
"Vin lepasin!"
"Vin gue bilang lepasin! Lo kenceng banget megang tangan gue, tau gak!"
"oke oke gue lepasin, asal lo mau ikut setiap kali gue ajak kesini, oke?"
Memang sejak malam itu, Devin datang dan mengetuk pintu kamarku dengan menyamar menjadi cleaning service. Sejak saat itu pula ia jadi sering mengajakku ke sebuah bangunan kosong bekas gudang atau pabrik semacamnya.
Dan disana ia melakukan aksinya untuk memaksaku menghisap suatu benda yang mengeluarkan asap tebal.
Aku tidak tahu itu apa, yang pasti membuatku merasa sangat tidak nyaman karena kepulan asap yang dihasilkan dari benda itu.
Mulai malam itu, aku akan kabur pada setiap malam sekitar jam 09.00, jika aku menolak ia hanya akan mencengkram kuat tanganku hingga aku menurut.
"kalo gue bilang enggak, gimana?"
"ngeyel banget ya lo jadi cewe! Oh, atau lo mau keluarga lo gue ancam juga? Cerita keluarga lo yang 'broken' itu udah nyebar kali ke satu sekolah"
Hah? Dari mana kabar itu? Kenapa bisa sampai merebak ke satu sekolah?
Devin tersenyum menyeringai, senyum yang sama sekali tidak indah untuk dilihat. Bahkan aku ingin segera menampar wajah kekarnya itu, dengan sekuat tenaga.
"baru diancam gini aja, muka lo jadi merah. Naik darah ya lo? Hahaha"
Sekali lagi ia meledekku!!! Rasanya aku sudah naik pitam dengan kelakuan Devin kali ini. Kemarin aku masih bisa sabar, tapi kali ini ia seperti menjeratku dalam jebakan cintanya.
Kemana kata manisnya dulu, yang ia cantumkan di surat itu? Dan, benar itu hanya suatu pencitraan berlabel cinta yang sama sekali tidak ada gunanya ia berkata seperti itu.
Cih! Umpatku dalam sebuah penyesalan sekaligus penasaran yang sia-sia telah menjadikan ia sebagai pacar pertama dalam hidupku.
Benar-benar tidak punya hati! Mengapa pula manusia sepertinya ada di dunia ini? Hanya bisa merugikan dan menyakiti orang lain.
"cepetan masuk!"
Aku hanya diam, menahan amarah dan pasrah untuk menuruti apa maunya. Aku melawan pun tidak akan ada gunanya. Yang ada aku akan pingsan, dan aku tidak mau terjadi hal di luar dugaan ku.
"hahaha bro, akhirnya lo dateng juga"
"iyalah bro, gue pasti kesini"
Di dalam ruangan itu ada beberapa laki-laki berbadan kekar dengan otot lengan yang dihiasi tato berbagai macam gambar. Bisa dibilang, di ruangan itu hanya aku perempuan yang duduk diantara mereka.
"lo bawa santapan tiap kesini, tapi kenapa gak lo gunain Vin? Hahahah"
"tenang bang, akan ada saatnya gue gunain dia, gue jamin dia bakal berguna buat kita"
Mereka saling ber-tos salaman, karena euforia yang mereka ciptakan sendiri.
Apa maksudnya dia berkata seperti itu? Secara tidak sadar aku memainkan ujung baju ku dengan menarik-narik nya karena ketakutan akan situasi saat ini.
Oh Tuhan, aku harus bagaimana? Aku tidak kuasa untuk melawan dan kabur dari tempat ini.
Kepulan asap membuatku sesak napas dan mual karena sangat memenuhi ruang oksigen yang seharusnya bisa kunikmati didalam suasana menegangkan ini. Tetapi, oksigen itu telah bercampur dalam zat-zat aneh yang entah itu apa namanya.
"denger ya Ra! Lo harus bungkam untuk hal ini, kalo sampe ketahuan polisi, lo tebusannya! Ngerti?"
Deg!
Aku semakin gusar dan aku sangat ingin menangis saat ini, tapi kutahan. Untuk apa juga aku menangis, mereka hanya akan meledekku atau malah memarahiku untuk tidak menangis lagi.
Benar-benar aku tidak berani untuk mengeluarkan sepatah kata pun, karena takut mereka berbuat hal buruk kepadaku.
Situasi itu mengalir sampai jam 11.00 malam, setiap malam aku harus menghadapi 2 jam yang buruk itu, yang seharusnya ku gunakan untuk istirahat. Tetapi aku harus ada dalam situasi menegangkan setiap malamnya.
Sejauh ini, Devin tidak melakukan hal aneh apapun seperti waktu di kantin ia mencoba untuk menyentuh ku. Tapi, aku selalu berwaspada dengan tipu muslihat yang sedang ia rencanakan di balik polosnya ia saat ini.
Tiba-tiba aku berpapasan dengan Ilke yang satu arah dengan toilet asrama.
"loh Ayra? Ngapain lo disini malem-malem sama Devin berdua?"
Skak mati! Aku harus jawab apa kepada Ilke?
Devin melirik kearahku seolah ia berbisik untuk mengingat ancaman sewaktu di gudang tadi.
"enggak Ke, gue cuma kebetulan aja ketemu Devin disini"
"iya Ke, gue cuma ketemu dia disini"
Ilke menilik kearahku dan Devin, ia mencari kebenaran pada sorot mataku dan Devin.
"ohh gitu, terus lo berdua itu bau banget asep, itu apa ya?"
Aku dan Devin panik setengah mati, khawatir Ilke benar-benar tahu bahwa aku dipaksa oleh Devin untuk pergi bersamanya.
"itu bang Mamat abis nabun di tempat sampah belakang, jadinya asepnya kemana-mana" Devin menjawab sekenanya, dengan hiasan senyum di akhir ucapannya tadi.
Ilke beranjak mencoba memeriksa apakah benar bang Mamat tukang sampah habis membakar sampah?
"enggak tuh, gak ada"
"yaa kan tadi bakar sampahnya, sekarang udah abis kali. Yaudah si ke, lu banyak tanya deh, gue ngantuk nih pengen istirahat, daah gue duluan yaa" ujar Devin.
Aku mendengus lega karena ia bisa meninggalkanku. Aku tidak berkomentar apa-apa pada Ilke, aku pun sudah lelah dan ingin beristirahat.
"gue duluan juga ya Ke, ngantuk banget nih"
"okee" kata Ilke sambil mengangguk ragu.
"aneh banget si mereka" lanjut Ilke.
*****
Siang hari menyengat, membuat dahaga siapa orang yang berada di bawah teriknya matahari. Wajah-wajah pucat pasi mewarnai sinar benderang, seakan kasur dan air minum adalah suatu mangsa yang mereka cari.
Sisa tenaga yang dikumpulkan sedari malam hari, kini saatnya diisi dengan istirahat tidur siang. Bagi para siswa SMA asrama air wudhu adalah energi yang menenangkan, karena bisa meredakan dahaga jiwa dan raga setelah setengah hari penuh dihabiskan di kelas.
Dahaga jiwa yang diisi dengan ibadah menghadap kepada sang Maha Kuasa, dan raga yang dibasahi dengan dzikir, wirid dalam sholat.
Tetiba suara pintu diketuk.
Tok tok tok...
Aku masih dengan mukena putih berenda yang kukenakan selepas ibadah sholat dzuhur, hendak membuka pintu. Entah siapa dibalik pintu itu, semoga saja bukan Devin lagi yang membuatku seakan trauma untuk membuka pintu.
"iyaa siapa?"
Ketika aku membuka pintu, terlihat sosok perempuan paruh baya yang sudah sangat ku kenali. Ya, beliau adalah bu Meti, penjaga asrama.
"bu Meti ada apa?"
"ada keluarga kamu di depan, kamu rapih-rapih aja beresin barang kamu"
"emang saya mau ngapain bu?"
Bu Meti hanya menggeleng, aku semakin tidak mengerti akan apa yang terjadi.
Aku menengok sekilas dari jendela kamarku, siapa sosok yang yang ingin datang menemuiku. Di depan gerbang terparkir sebuah mobil yang sepetinya aku mengenali mobil itu.
Aku bergegas kebawah untuk menemui si empunya mobil.
Dan setelah aku mendekati mobil itu terlihat perempuan yang mengenakan rok panjang serta atasan yang senada.
"kak Yasmin?" panggilku.
"Ayra, gimana kabar kamu?"
"alhamdulillah aku baik ka, ada perlu apa kakak kesini?"
"kamu udah beresin barang? Ayo kita langsung berangkat aja"
"mau kemana kita?"
"nanti juga kamu tahu"
"tapi, udah izin sama bu Meti?"
"udah, udah beres kita tinggal berangkat"
"yaudah ka sebentar aku ambil barang dulu"
"okee ditunggu yaa"
"iyaa kak"
Aku buru-buru mengambil barang di kamar, Ilke pun keheranan melihatku sangat sibuk mencari ini itu dengan tergesa-gesa.
"lo kenapa si Ra?"
"gatau gue tiba-tiba disuruh pulang" ucapku pada Ilke yang masih sibuk dengan ke—terburu-buranku.
"mendadak banget"
"hmmm"
"semoga baik-baik aja ya"
"Aamiin. Eh gue titip absen ya, gue udah izin ko sama bu Meti, dahh gue jalan dulu ya"
"iyee hati-hati yaa orang cupu"
"yee emak rempong" teriakku sambil berlari meninggalkan Ilke yang masih berkutat dengan camilan nya diatas kasur.
Ilke mendelik keluar jendela, mengamati Ayra dari atas sana. Ilke merasakan energi yang berubah, seperti tiba-tiba atmosfer merubah suasana hatinya menjadi khawatir kepada perempuan yang menjadi teman sekamarnya, yang baru saja pergi.
Di dalam benaknya, Ilke berkata pada Ayra lewat telepati hati;
Memang entah apa alasan kak Yasmin tiba-tiba menjemputmu pulang. Tapi semoga kebahagiaan selalu menyertai mu, Ayra.
*****
A/N:
Bismillah aku update lagi readers..
Kira-kira kak Yasmin mau ngapain ya jemput Ayra tiba-tiba gitu?🤔
Coba jawab di kolom komentar yaa😉
Jangan lupa pencet bintang nya seperti biasa, dukung author untuk lebih semangat berkarya😍