"خيركم خيركم لأهلك"
Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga.
•••
#_#_#
"Kemana nih maunya?" Tanya laki-laki itu membuka pembicaraan di pagi yang sejuk.
"Terserah kamu"
"Hmm, saya pengen denger kamu minta sendiri mau kemana"
"Ke taman deh, kayanya enak jogging di taman"
"Okee"
Burung-burung berkicau bebas dengan alunan yang membuat rindang siapa hati yang mendengarnya.
Ibu-ibu dan bapak-bapak komplek sedang mempersiapkan dengan segala aktifitas masing-masing, mencuci mobil, mengibas-ngibas kasur yang baru dijemur berharap kering karena semalam kena ompol oleh si kecil, memalah-milih sayuran dan roti oleh pedagang yang berkeliling komplek, terlihat juga anak-anak SD yang sudah bersiap diri mengenakan seragam merah-putih nya dengan gaya kunciran rambut bermacam-macam dan anak-anak SMP kena omel karena bangun kesiangan.
Al sudah kian membaik keadaannya, dan aku pun sudah memikirkan nasib status 'kabur' ku ini. Akankan ketahuan oleh bu Meti penjaga asrama yang terkenal galaknya? Semoga saja bisa terhindar dari segala yang tidak diinginkan.
"Oiya Ra, kamu udah tinggal disini dari kapan?"
"Udah hampir setahun, dari aku masuk asrama"
Laki-laki itu hanya mengangguk.
"Oiya nama kamu siapa? Dari semalem aku lupa nanya"
"Nama saya, Arkhan"
"Arkhan" ucapku mengulang namanya "panggilnya?"
"Ar atau Khan"
Aku tersenyum mendengarnya.
"Hahaha Oke okee"
Sedikit lagi sampai taman namun tiba-tiba aku merasakan sakit pada bagian dada. Aku meringis kesakitan dan mencengkram kuat dada sebelah kiri ku. Berharap berkurang rasa sakitnya. Aku meng-aduh dan sedikit berlutut.
"Kamu kenapa Ra? Ra Ra.."
Arkhan terlihat panik melihat keadaanku.
"Duduk dulu di taman yuk, aku bantu pegangin"
Aku dan Arkhan beranjak untuk beristirahat di taman, setengah jam berlalu untuk mengelilingi komplek dan membuat buliran keringat ku mengalir deras.
Aku terduduk sambil mengatur nafas.
"Aku cariin minum dulu ya"
Aku tidak bisa menjawab apa-apa, karena rasanya begitu nyelekit.
Arkhan kembali dengan 2 botol air mineral, dan ia memberikannya kepadaku.
"Nih Ra coba minum dulu"
"Makasih banyak ya Arkhan"
"Iya sama-sama"
Aku meneguk dengan perlahan-lahan, semoga bisa lebih membaik. Dan alhamdulilah aku bisa bernafas lega.
"Udah baikan?"
Aku mengangguk.
"Tadi itu kenapa? Kamu lagi sakit?"
"Engga ko, emang sering begitu"
"Pernah periksa?"
Aku menggeleng, dan baru tersadar akan perkataan Arkhan. Perkatannya ada benarnya, selama ini aku selalu meringis tanpa mencari tahu apa penyebab rasa sakit ini.
"Aku takut, mending gak usah periksa"
"Ta–"
"Karena gak ada uang juga jadi gak pernah periksa" lanjutku memotong omongan Arkhan, karena tak mau ia bertanya lebih dalam.
"Sorry" ucap Arkhan dengan rasa tak enak.
"Nggak apa Ar" aku tersenyum kepadanya.
"Tapi, aku pengen nanya sesuatu ini bikin aku penasaran banget"
"Tanya apa?"
"Kamu baik-baik aja kan di rumah? Sebelum ke supermarket kemarin aku denger suara yang keras dari rumah kamu, terus gak lama kamu keluar dan mau beli obat juga"
"Ohh, ituu. Hahaha nggak apa ko cuma biasa piring kebanting" ucapku berbohong pada Arkhan agar ia tidak berpikir macam-macam.
"Aku tahu kamu bohong"
Aku berhenti tersenyum palsu dan kembali menurunkan garis bibirku setelah usaha berbohong ku kepada Arkhan tidak berhasil.
"Gak ada kekerasan atau apapun yang kamu alamin?"
"Oiya aku banyak cucian piring nih di rumah hehe, kita pulang aja yuk" ucapku mengalihkan pembicaraan, sambil berdiri dan bersiap pergi.
Aku dan Arkhan saling memandang cukup lama, mungkin Arkhan mencari tahu kebenaran yang terpancar dari mataku. Tapi, aku segera menolak pandangan itu.
*****

Ku kirimkan pesan kepada Ilke, berharap ia langsung membaca pesan dan membalasnya.

Yes!
Gumamku berbahagia karena balasan Ilke yang memuaskan.
Aku bergegas berkemas barang untuk kembali lagi ke asrama, dengan berat hati ku lanjutkan untuk pulang ke asrama.
Walau nyatanya hati tak sanggup melihat wajah polos Al seakan menyiratkan bahwa 'ia ingin aku di rumah'.
"Al, nggak apa kan ka Ra pulang ke asrama?"
"Iyaa ka Ra nggak apa-apa ko"
"Al baik-baik di rumah ya, kalo ada apa-apa kaka nya Edo in syaa Allah bisa bantu Al"
"Iyaa ka"
"Yaudah ka Ra berangkat ya"
Lalu aku mengusap-usap kepala Al sembari tersenyum.
Langkah aku terhenti ketika melihat pintu kamar bapak terbuka, aku mengumpulkan nyali untuk menentukan bahwa aku pamit atau tidak.
Aku melangkah sedikit ragu untuk mendorong pintu kamar bapak, tapi kemudian terhenti ketika aku mendengar suara bapak sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an yang terbata-bata karena keadaan mata bapak sudah tidak baik, mata bapak katarak sebelah kiri walau sudah dibantu dengan kacamata tapi tetap saja penglihatan bapak tidak membaik sedikit pun.
"Pak.." perlahan aku mendorong pintu, agar tidak terlalu mengganggu bapak.
"Ayra, pamit pulang ke asrama ya pak"
"Ohh, udah waktunya pulang ya" ujar bapak menghentikan bacaannya, dan membuka kacamatanya.
Aku duduk di ranjang bapak yang sudah sedikit reot karena termakan usia. Walaupun aku tinggal di komplek tapi tetap saja rumah yang kami tinggali seperti rumah kontrakan pada umumnya. Hanya terlihat lebih luas dari rumah ku sebelumnya.
"Iya pak"
"Kamu hati-hati yaa–, bapak doain mudah-mudahan Ayra sukses dan dimudahin belajarnya" di sela-sela bapak berbicara, ada nada yang tersendat karena bapak seperti ingin menangis.
Aku yang mendengarnya pilu, dan tak kuasa melihat bapak seperti ini untuk pertama kalinya, menahan tangis karena mendoakan ku.
"Aamiin, yaudah Ayra pamit ya pak takut telat"
Aku menyalami bapak dan kemudian pergi meninggalkan nya bersama Al di rumah. Ketika aku keluar kamar bapak, Al berdiri di ambang pintu untuk melepas kepergian ku lagi kembali ke asrama.
"Ka Ra pamit yaa, assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam ka Ra" Al melambai kearahku.
Setelah menutup pintu gerbang, Arkhan pun keluar rumah dengan membawa motor nya"
"Mau balik ke asrama ya Ra?"
"Iyaa Ar"
"Bareng aja yuk, searah ko"
"Nggak apa gak usah, aku naek ojek aja di depan"
"Yakin nih gak mau? Itung-itung permintaan maaf karena kemarin udah nanya yang aneh-aneh, gimana?"
"Hmm okelah"
"Nah gitu dong hehehe"
*****
"Udah sampe sini aja Ar, gak enak sama yang lain. Makasih banyak yaa jadi nganterin aku gini" ucapku memelas karena sudah diantar sampai asrama.
"Selow aja kali, aku seneng ko bisa nganterin kamu"
Aku tersenyum mendengar ucapan Arkhan.
"Yaudah aku masuk ya, kamu hati-hati"
"Okee"
Aku beranjak pergi kedalam kerumunan orang yang sedang menghadiri acara tahunan asrama, karena memperingati milad harlah asrama.
Ketika aku mendekati gerbang, seseorang mengagetkanku.
"Ohh jadi ternyata lo diem-diem jadian sama cowo tadi"
"Ilke! Ngagetin gue aja, apaan si lo jadian dari mana, orang itu tetangga gue kebetulan tujuan dia deket-deket sini"
"Alaah alesan aja"ucap Ilke mengejek.
"Anterin gue ke kamar yuk, taro barang-barang nih"
"Kenapa? Takut ketemu Bu Meti ya haha"
"Udah cepetan anterin gue"
"Iya iyaa bawel, eh gue nganter Ayra dulu ya" ujar Ilke pamit kepada teman-teman sekelas kami.
"Iya duluan ya"
Langkah ku dan Ilke terus menerus tanpa henti agar cepat sampai kamar, dan membereskan barang-barang bawaan. Dengan menyusuri tangga dan ruang penjaga asrama.
Ketika kami hendak melewati ruang tersebut, dari arah yang berlawanan bu Meti berjalan sembari membawa-bawa berkas di tangannya.
Aku dan Ilke panik seperti kebakaran jenggot, dan salah tingkah ketika berhadapan dengan bu Meti, namun aksi Ilke jauh lebih pro, ia mengajakku berpura-pura menangis agar bisa mengelabui bu Meti.
"Ilke, siapa itu yang nangis?" Tanya bu Meti menyadari keberadaan kami.
"Ini bu Ayra, biasa sedihnya anak asrama, kangen sama emak"
"Ohh, yaudah anterin ke kamar ya"
"Siaap buu" ucap Ilke meyakinkan bu Meti.
"Cup cup, iyaa Ayra gak apa ko, yang sabar ya" Ilke mengeraskan suaranya agar seperti terdengar oleh bu Meti.
Dan kami lanjut beranjak ke kamar.
*****
"Hahaha gila si lo, kepikiran buat akting nangis begitu"
"Yaa lagian harus gimana dong kalo gak sigap begitu, bisa ketauan telak lu bisa-bisa di DO dari asrama karena kabur"
"Amit-amit dah, gue masih mau belajar. Tapi kan namanya darurat Ke, gue juga bingung kalo gak kabur"
"Lagian ada angin apa si lo tiba-tiba kabur, gue jadi kesiangan terus"
"Bangun pagi makanya haha"
"Lo dan bokap lo baik-baik aja kan di rumah?"
"Itu dia, gue pulang ternyata Al lagi sakit panas, gue kabur juga bukan tanpa alasan apa-apa. Gue gak tega ninggalin Al sendirian di rumah tanpa pengawasan yang lain"
Ilke mendekat kearahku, karena pembicaraan mulai serius.
"Terus gimana?"
"Ya, gue rawat dia sampe sembuh baru gue bisa balik lagi kesini. Kebetulan gue juga ketemu tetangga gue tadi, dia orangnya baik banget, Arkhan namanya"
"Alhamdulillah udah sembuh"
"Dan bapak gue juga masih main tangan, gue ditanya sama Arkhan tentang kekerasan di rumah. Tapi gue belum berani buat cerita. Mungkin karena gue susah buat percaya sama 'orang baru'"
"Hmm, iya Ra gue paham, lo Yang sabar yaa. Gue selalu ada buat lo disini" seru Ilke memberikan semangat dan membuatku jauh lebih tenang.
"Makasih ya Ke, lo sahabat gue yang paling ambyar!"
"Hahaha bisa aje lo beras bulog"
Kami tertawa serempak, mengindahkan suasana yang serius menjadi cair kembali.
Satu hal yang patut disyukuri, semua hal buruk terjadi berbarengan dengan hadirnya orang-orang baik. Dan itulah yang membuat ku semakin yakin, bahwa hidup ini adil.
*****
Yoww come back again!
Dengan Ayra dan keluarganya.
Gimana nih readers?
Seru gak ceritanya?
Jangan lupa vote dan komen ambyar sebanyak-banyaknya yaa, ditunggu respon kalian.
Komen yang ambyar sangat dibutuhkan biar updatenya semakin cepet, ya?!
Haha udah gitu aja dari author, takut dikata bawel♥️