"sini sini Ayra, duduk sama Ilke yaa" ajak bunda sesuai dengan posisi duduk yang telah ditentukan.
"Oke bun" jawabku.
"Ra kamu udah makan?" Tanya Ilke, sembari memainkan ponselnya di bangku tengah. Sedangkan aku duduk di sebelah jendela bis.
"Udah ke, tadi sarapan sama emak. Kamu udah makan?" Tanya ku balik.
"Udah juga"
"Lagi main apa tuh ke, kayanya seru banget ya"
"Hehe iyaa aku main uler-uleran di hape"
"Oohh emang ada permainannya ya? Wuih canggih banget hape kamu ke"
"Iyaa dong, kamu mau main?"
"Enggak ah, aku liat aja dulu"
Di sela-sela perbincanganku dengan Ilke, bunda berdiri memberitahukan beberapa informasi penting untuk selama perjalanan.
"Oke ibu-ibu untuk bis satu sudah siap semua bangku terisi?" Tanya bunda sambil sedikit berteriak.
"Belum satu bangku lagi bun"
"Bangku siapa Bu yang masih kosong?"
"Bangkunya wahyu bun"
"Ohh oke" jawab bunda sembari merogoh kantongnya. Dan mengambil ponsel, untuk menghubungi siswa yang belum menempati tempatnya.
(Suara ponsel berdering)
"Halo bu, Wahyu udah sampe mana bu? Hayu bu nanti kita ketinggalan kuda, ehh bis maksud saya.. haduuh rempong banget ya saya"
Jawab bunda dengan sangat ripuh, hahaha bunda.. bunda.. karena khawatir dengan waktu yang terus berjalan, namun peserta belum juga lengkap.
"Ohh iyaa..
oke..
ohh bgtu..
oke ditunggu 10 menit lagi ya bu, kalo gak dateng nanti nyusul pake bajaj ya bu.. ehh bercanda maksud saya"
Jawab bunda dengan gaya lugu nan lucunya, lalu mematikan ponsel. Sisi bunda yang lucu seperti ini membuatku selalu tertawa.
"Hahaha bunda kocak banget si" ujar Ilke.
"Abisnya bunda pusying, masih ada yang terlambat" raut wajah bunda bercucur air keringat, walau AC bis sudah dingin.
(Suara ponsel bunda berdering)
"Halo pak, bis 2 sudah lengkap?"
Sedangkan di seberang telepon, pak supir bis 2 menjawab.
"Sudah ko bun, disini mah tepat waktu siswanya" canda pak supir bis 2 yang sedang menunggu untuk memacu gas bis nya.
"Ihh enak aja, karena dia ada hambatan aja"
"Haha iya bun, yaudah tunggu dikit lagi kali sampe"
"Iyaa pak oke.. tunggu sebentar ya pak, di bis 1 ada yang belum datang nih duh saya pusying pak.."
"Yoii bun"
Selang beberapa waktu akhirnya Wahyu dan ibunya datang. Peserta sudah lengkap semua, dan kami siap untuk melalui perjalan.
Menuju Ciater, Banduuungggg..
We're cominggg!! Wuhhuuu.
*****
Dag..
Dig..
Dug..
Rasa khawatir, bercampur cemas-cemas harap menjadi satu, ponsel pemberian emak sudah ditanganku.
Emak memberikan ponsel ini sebelum kita tidur. Semalam emak memberikan ponsel yang ku inginkan sejak lama.
Karena banyak temanku yang mempunyai ponsel bermerk ini. Jadi aku meminta keinginan ini kepada emak.
Sebenarnya aku takut emak keberatan atas permintaanku.
Dihujung permintaanku pun, aku membebaskan emak untuk memilih membelikan atau tidak. Aku tidak memaksa emak.
Tapi, emak tetap membelikan permintaanku ini.
Amplop berisikan secarik kertas yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh siswa/i SD Brawijaya 1, akan segera dibagikan.
Aku menunggu giliran namaku dipanggil.
Sesuai absen satu persatu nama para murid dipanggil. Nomor urut absenku ke-8.
"Ayra Altair. Jakarta, 09-September- 1999"
Kini giliran namaku dipanggil oleh bu Elsa, wali kelasku. Amplop sudah ditangan ku.
Amplop itu berisikan nilai UN dan ujian sekolah, beserta peringkat masing-masing murid yang diraih.
Perlahan amplop itu kubuka, dan terlihat lah putihnya kertas nilai itu. Kertas yang terlipat ku rentangkan agar terlihat angka-angka yang menjadi incaran para murid dan orang tuanya.
Dan..
Muncullah angka-angka itu tertangkap oleh kornea mataku dan disalurkan ke otak kemudian diingat.
Emaaak, Ayra lulusan terbaik tahun iniii!!!
Dengan sigap aku mengambil ponselku, dan menekan nomor emak.
(Ponsel berdering)
"Halo" suara pembuka salam di seberang telepon yang terangkat.
"Halo emaaakk.. Ayra jadi lulusan terbaik mak!"
"Maa syaa Allah, alhamdulilah Ra.. kamu emang anak emak yang hebat" puji emak dengan suara semangat dan bahagianya.
"Ayra dapet peringkat satu karna nilai NEM Ayra paling tinggi mak!"
"Senengnya emak denger kamu senang Ra, jangan lupa bersyukur ya Ra, dan ucapin terimakasih buat guru-guru Ayra. Karna udah ngajarin Ayra"
"Iyaa mak, pasti Ayra ucapin banyak-banyak terimakasih sama semua guru-guru"
"Pinter anak emak" ujar emak sambil tersenyum puas.
"Makasih juga ya mak, buat segalanya. Ayra gabisa ngomong lagi selain terimakasih sama emak"
"Iyaa Ayra, kamu jadi anak baik aja capek emak ilang langsung, wusshhh kaya kapal jet"
"Hahahaha emak, bisa aja.. secepet itu ya mak?"
"Iyaa gaada lagi capeknya, ilang kebawa angin husshh hushhh" canda emak sambil tertawa-tawa.
Sungguh puas diriku, bisa membuat emak bahagia seperti itu.
"Yaudah Ayra lanjutin dulu acaranya yaa, ada yang beli cakwe nih" lanjut emak mengakhiri telepon.
"Okee deh mak, semoga banyak yang beli ya mak, aamiin. Assalamualaikum mak"
"Aamiin, waalaikumsalam Ra.."
"Selamat untuk peringkat 3 besar yang sudah ibu sebutkan tadi"
Ternyata selama aku menelepon emak, bu Elsa menyebutkan juara 3 besar. Aku banjir selamat dari teman-temanku dan para ibu-ibu.
"Selamat yaa Ayra, semoga sukses selalu"
"Iyaa selamat Ayra.." lanjut ibu-ibu yang lain.
"Iyaa terimakasih banyak yaa bu" ucapku bersyukur.
*****
Acara telah usai, jingga nan kelabu menghiasi langit Bandung. Cukup melelahkan karena berbagai aktifitas yang kujalani seharian ini. Namun, ada kebahagiaan tersendiri dari apa yang telah dicapai hari ini.
Aku telah duduk di bis lebih dulu, dari Ilke dan bundanya. Banyak para ibu-ibu dan murid untuk melakukan sholat ashar dan bersih-bersih diri.
Aku selesai lebih awal, dan sudah duduk di bis.
Kupandangi sertifikat, hadiah kelas dan ponsel baruku. Seperti mendapat rezeki nomplok, hadiah dan kejutan yang kudapatkan bertubi-tubi.
Tak lupa kuucap syukur tiada henti, bahagia sekali rasanya hari ini.
Ponselku berdering
Ada pesan masuk dari emak, berupa pesan singkat.
Tapi, aku merasakan perasaan ku berubah seketika, karena firasat aneh yang berkelibat di hati. Khawatir akan terjadi apa-apa pada emak.
Ra, kamu masih di Bandung? Bapak kambuh lagi asmanya, emak ripuh dari tadi buat nenangin bapak. Tapi belum berkurang juga sakitnya. Kayanya mau emak bawa ke RS.
Kirim do'a untuk bapak ya. Hati-hati dijalan, nanti malam kalau sudah sampai kabarin emak, takut emak masih di RS. Nanti emak jemput!
Deg!
Selesai kubaca pesan emak, bukan malah menenangkanku. Tapi, malah membuat pikiranku kacau marut. Sudah kuduga firasatku tadi, benar.
Aku akan tenang setelah melewati 152,2 KM perjalanan. Jarak yang sangat jauh bukan? Namun, aku harus tenang dan selalu berdo'a untuk bapak.
Ada saja pikiran. Seketika aku ingat lambaian tangan bapak dan senyumannya, ketika aku akan diantar emak ke sekolah tadi pagi.
Baru bapak tersenyum melihatku pergi, sekarang bapak mungkin tengah berbaring disana. Entah bagaimana kelanjutannya.
Aku hanya bisa berharap, semoga bapak baik-baik saja.
"Weii, bengong aja" Ilke tiba-tiba datang dan mengagetkanku yang sedang melamun keluar jendela bis.
Sontak aku terperanjat kaget.
"Ilke ngagetin aja ih"
"Hahaha lagian bengong aja, seneng dong kan jadi juara" hibur Ilke sambil menyenggol sikutnya ke lenganku.
"Hmm iyaa seneng si, tapi bapak tiba-tiba masuk rumah sakit ke"
"Hahh? Kapan bapak masuk rumah sakit? Sakit apa?"
"Asma kata emak" jawabku lemas.
"YaaAllah Ra, maafin aku gatau tadi"
"Iyah, gapapa ko ke" aku tersenyum.
"Terus gimana udah mendingan di rumah sakit?"
"Aku gatau, mungkin bapak lagi dalam penanganan"
"Yang sabar ya Ra, coba angkat tangan kamu begini" ujar Ilke sambil memperagakan telapak tangan yang seakan-akan sedang berdo'a.
Aku pun mengikutinya.
"Kamu ikutin aku ya"
"Iyaah" jawabku.
"YaaAllah"
"YaaAllah" ikutku
"semoga bapak Ayra baik-baik saja di rumah sakit"
"Semoga bapak Ayra baik-baik saja di rumah sakit"
"Disehatkan lagi YaaAllah"
"Disehatkan lagi YaaAllah" lanjutku
"Aamiin"
"Aamiin" lalu kami mengusap telapak tangan kami seusai berdo'a ke wajah kami. Sesuai adat agama yang kami anut.
"(Aku tersenyum senang) makasih ya Ilke buat do'a nya. Semoga terkabul"
"Hehehe sama-sama Ra, jangan bengong lagi yaa. ntar kesambet aja" canda Ilke sambil meledekku.
Tiba-tiba lampu bis yang kami tumpangi mati, entah karena apa. Tapi, yang jelas suasana menjadi gelap dan seram.
Ide isengku keluar. Hihihihi
"Hahaha iyaa engga ko, gak bengong lagi. Paling nanti kalo aku bengong tiba-tiba aku begini disampingmu" ujarku sambil memperagakan tangan seperti hantu.
"Ilkee aku disampingmuuuu..." Ledekku balik, dihiasi dengan suara ala-ala hantu seperti di film-film.
"Ihh ngarang aja, mana ada hantu begitu"
"Kalo ada gimanaaaa.." sambung sosok laki-laki di luar jendela, dengan suara serak dan menyeramkan. Sudah keadaan gelap, lalu kami tengah membahas sesuatu yang seram.
Kami sontak berteriak
"Aaaahhhhhhhh hantuuuuu" teriak kami berdua sambil berpelukan karena ketakutan.
"Kalo ada gimana? Emang tas saya dari tadi di bagasi ko pak" ujar salah satu ibu-ibu kepada pak supir yang sedang mencari tas ibu itu keatas bis.
Kami masih memejamkan mata karena ketakutan.
Ternyata suara laki-laki itu adalah pak supir. Sungguh menyebalkan! Membuat kami ketakutan nih pak!
"Ehh kalian kenapa" tanya bunda keheranan melihat kami berdua berpelukan sambil memejamkan mata.
"Waaahhhh hantu, bunda hantuu"
"Ih apasih, ini bunda bukan hantu"
"Lagian bunda makin nakutin aja ih, tadi ada hantu diluar jendela" ujar Ilke membuktikan.
"Ohh itu pak supir lagi liat-liat keadaan bis, kamu ngarang aja"
"Huhh lega deh" ujarku sambil mengusap-usap dada yang sangat berdebar. Hahaha
"Gara-gara mati lampu dan kamu nih Ra. Nakut-nakutin aku"
"Ko aku yang salah??"
"Ehh udah udah, bis nya udah mau berangkat nih"
Aku masih tidak terima untuk disalahkan Ilke, Ilke pun tidak mau disalahkan. Hahaha kami kesal tapi bercanda.
Akhirnya kami siap-siap untuk melanjutkan perjalanan pulang. Seketika kegelisahanku hilang karena kejadian tadi, tapi tetap saja kembali lagi aku memikirkan bapak.
"Semua udah lengkap?" Tanya pak supir.
"Sudah pak" jawab bunda.
"Okee markimon, mari kita kemonnnn!!!"
Bis meluncur untuk menempuh ratusan kilometer.
Bismillah. Gumamku dalam hati.