Di detik kelulusan ini, SD Brawijaya 1 mengadakan acara jalan-jalan terakhir.
Dengan konsep outdoor yang sudah menjadi kesepakatan, dalam rapat kelulusan satu minggu yang lalu.
Di pimpin oleh bunda Ilke, bunda temanku. Beliau yang mementori acara ini sebagai acara terakhir sebelum panggung kelulusan tiba.
Kami para murid pun ikut rapat bersama, walau hanya ibu-ibu yang berbicara. Kami hanya menyimak pembicaraan mereka.
"Jadi gimana ibu-ibu? Dari beberapa tempat yang menjadi target acara kita, akan divoting saja?"
Ucap bunda Ilke, ditengah-tengah rapat kelas 6 ini, sambil memperlihatkan kertas-kertas presentasi tempat yang sudah bunda Ilke siapkan.
"Iyaa kita voting saja bun" jawab ibu-ibu serempak.
"Oke, voting dimulai dari barisan yang paling pinggir kanan"
Voting dimulai dari barisan bangku sekolah, yang berada di pinggir sebelah kanan.
Ya, para wali murid ini mengadakan rapat di ruang kelas 6. Karena kelas-kelas yang lain di gunakan untuk KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
Voting berlanjut ke barisan para ibu-ibu selanjutnya, hingga selesai.
"Oke, ibu-ibu. Hasil voting jatuh pada tempat Ciater, Bandung. In syaa Allah kita akan melakukan jalan-jalan terakhir untuk siswa/i kelas 6 disana.
Sebagaimana rundown acara yang akan saya bacakan" lanjut bunda Ilke.
Para ibu-ibu memperhatikan secara seksama. Rundown acara yang disebutkan oleh bunda Ilke.
Rapat pun berakhir dengan khidmat, karena keputusan bersama yang tidak memberatkan satu sama lain.
Rapat berakhir pada sore hari, aku dan emak bergegas kembali ke rumah.
Di tengah perjalanan pulang, aku bertanya kepada emak.
"Mak, kira-kira Ayra lanjut sekolah dimana ya?"
"Terserah kamu Ra, yang mau sekolah kamu" jawab emak dengan legowo
"Ahh emak, Ayra bingung nih"
"Coba latihan untuk memutuskan keputusan sendiri, nanti kalau kamu sudah memutuskan. Bilang emak, biar emak pertimbangkan"
"Hmm.. iyaa deh Mak"
"Oiya Mak, jadi kan masak kangkung kesukaan Ayra?" Ucapku sambil tersenyum lebar.
"Iyaah jadi, tenang aja. Asal kamu gak berubah jadi putri tidur, karena kebanyakan makan kangkung"
Ejek emak sambil mencubit manja hidungku, hahaha emak ku yang satu ini. Paling bisa membuatku tertawa.
"Hahaha emak ih, kan enak kangkung tuh Mak"
"Iyaa deh terserah kamu" senyum puas emak, menyiratkan bahagia nya.
"Ayra, kangkung nya emak buatin. Tapi, emak gak bisa ikut acara jalan-jalannya ya"
Aku hanya mengangguk lemas, mengerti keadaan emak.
"Maafin emak ya, belum bisa nemenin Ayra setiap jalan-jalan sekolah. Kaya ibunya teman-teman Ayra yang lain"
Sambil berjalan aku mendengarkan kata-kata yang sangat mendalam bagiku.
Setiap ada acara sekolah, emak menabung dari hasil penjualan dagangan emak.
Namun, hanya cukup untuk biaya aku sendiri. Emak tidak pernah bisa ikut setiap kali sekolahku mengadakan acara.
"Gapapa ko Mak, Ayra jadi anak emak yang mandiri. Kalo Ayra ditemenin terus nanti Ayra gak berani-berani"
"Alhamdulillah pinter anak emak" balas emak dengan senyum simpul yang bermakna.
"Tapi emak usahain beliin Ayra hape Blackberry Dakota yang Ayra mau" lanjut emak sambil mengayun tanganku dengan riang.
"Beneran Mak?" Tanyaku berbinar
"In syaa Allah, Ayra. Emak udah siapin uangnya buat kamu. Nanti handphone itu kamu gunain buat hubungin emak pas nilai UN kamu sudah dibagikan yaa, emak mau denger ekspresi pertama kamu liat nilai UN"
Ujar emak sangat puas, mendengar hal itu aku sedih bercampur bahagia. Emak sungguh berusaha keras untuk membuatku merasa tercukupi.
"Emak yakin, anak emak yang pinter ini pasti lulus dengan nilai terbaik"
"Aamiin.. makasih banyak Mak!"
Pancaran positif dengan binaran cahaya bahagia yang menyelimuti diri, membuat senyum ku semakin sempurna.
Disaat aku kerap merasa menjadi orang yang paling merana, tapi aku punya paket bahagia yang sangat mudah di dapatkan.
Emak..
Terimakasih banyak..
Lirihku dalam hati
*****
"Bang, yang kemarin saya bilang ada kan?"
"Ada pak, tinggal tentuin pilihan nya, saya kasih dua pilihan"
Dalam situasi membingungkan, laki-laki itu tampak berpikir panjang, dan melalui pertimbangan berat di dalam hati.
Memikirkan kehidupan selanjutnya, meragu tapi perlu ditentukan.
"Bismillah ya bang, yang ini aja"
Tunjuk laki-laki itu tampak terlihat wajah berseri penuh kepuasan hati, karena telah memberikan kontribusi pada sesuatu yang "baru".
*****
Acara kelas 6 pun tiba, aku sudah siap mengenakan kaos seragam berwarna putih, bertuliskan nama sekolahku.
Dengan rambut dikuncir kuda, aku menyetarai kaos dengan celana levis.
Tas yang berisi persiapan telah sempurna dirapihkan oleh emak.
Pagi yang sangat cerah, kusambut dengan hati yang sangat bahagia.
Para siswa/i kelas 6 dihimbau untuk berkumpul pada pukul 07.00 pagi. Dengan titik kumpul di lapangan sekolah.
Kedatanganku di antar emak, mengendarai motor bapak.
Memang hanya untuk bepergian jarak dekat, emak masih diperbolehkan mengendarai motor. Termasuk mengantar ku ke sekolah, Karena jarak sekolahku dan rumahku hanya berkisar 50 m.
Eshaal masih dalam mimpi indahnya, bocah 5 tahun itu sedang menikmati hari liburnya. Si rambut keriting, yang sering di sebut "giring Nidji" itu, mengisi hari liburnya dengan tidur.
"Ra, botol minum udah dibawa?" Tanya bapak.
"Udah pak, udah semua di rapihin emak"
"Buku tulis, pulpen kamu dibawa gak?"
"Engga bawa lah pak, kan namanya juga jalan-jalan"
"Berangkat jam berapa Ra?"
"Jam 06.30 pak"
"Buruan nanti kamu terlambat aja"
"Iya pak ini juga udah mau selesai"
Selang beberapa menit aku masih sibuk mempersiapkan diri.
"Berangkat jam berapa Ra?" Tanya bapak lagi
"Jam 06.30 pak"
"Mak, bapak bawel banget" bisikku kepada emak.
"Tinggal dijawab Ra" saut emak sambil mengoseng makanan diatas wajan.
"Ya tapi kan nany..."
Belum selesai aku berbicara, kalimat tadi terulang kembali.
"Berangkat jam berapa Ra?" Tanya bapak kembali untuk ketiga kalinya.
"Kan tadi udah dijawab pak"
"Jam berapa?" Tanya bapak seperti memang baru pertama kali bertanya. Raut wajahnya tidak menunjukkan bahwa bapak tahu aku akan berangkat jam berapa.
"Setengah tujuh pak"
"Ohh iya iya" jawab bapak sambil tersenyum.
Hmm bapak, aku tidak mengerti mengapa bapak bisa lebih bawel dari pada emak. Tapi, emak juga gak kalah bawel si.
Jadi kesimpulannya, emak bapak bawel untuk urusanku.
Aku jenuh bila bapak sedang bawel-bawelnya, merasa malas untuk menjawab semua pertanyaan bapak yang hanya itu-itu saja.
Dan berulang-ulang.
Terakhir persiapanku tinggal memakai sepatu di teras dan bapak duduk di bangku "bakso" depan. (Baca bagian 3)
Ketika aku ingin berpamitan kepada bapak, akan berangkat ke sekolah.
"Berangkat jam berapa Ra?"
"Bapak, ini kan Ayra mau pamit berangkat" jawabku sedikit mengernyitkan dahi, dan menyalami bapak.
"Ohh, udah jam setengah tujuh ya?"
Jam menunjukkan pukul 06.29
"Belum tuh kurang semenit" jawab bapak setelah melihat jam di dalam rumah.
"Lebih cepat lebih baik pak" jawabku singkat.
"Mak, ayo berangkat"
"Pak, emak nganter Ayra dulu ya"
"Iya iya, hati-hati"
Emak mempersiapkan motor, dan aku naik ke motor.
Ketika gas akan dipacu...
"Ra, botol minum dibawa gak?"
"Ini paaakk" teriakku sambil menunjukkan botol minum yang tergantung di leherku.
"Huffttt..." Hela nafasku.
Kulihat bapak melambaikan tangan kepadaku, sambil tersenyum senang entah apa yang bapak pikirkan.
Ku bergumam dalam hati, buat apa bapak bertanya botol minum yang sudah jelas disangkutkan di leher ku?.
*****
Sesampainya di sekolah, emak memarkirkan motor dan menunggu ku hingga aku masuk bis.
"Mama Ayra ikut?" Tanya bunda Ilke kepada emak.
"Eh, engga bun.. biar Ayra aja, saya kan jualan, nanti siapa yang jaga" jawab emak diakhiri senyum canggung.
"Ohh gitu, kasian ya Ayra gak ditemani mamanya"
"Iyaa nih mama Ayra, kasian Ayra" sambung ibu-ibu lainnya.
"Hehe..." Jawab emak hanya tertawa.
"Gapapa ko mak, kan Ayra biar mandiri" jawabku sambil sedikit menaikkan suara.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya para peserta telah lengkap.
Kini, waktunya para siswa/i kelas 6 untuk menaiki bis yang sudah berjejer rapih di depan sekolah.
Aku menyalami emak dan langsung mencari tempat duduk yang sudah ditetapkan untukku.
"Mak, Ayra berangkat dulu ya mak. Emak pulang nya hati-hati"
"Iyaa Ayra, kamu juga hati-hati dijalan. Maafin em..."
"Sshhtt, udah emak. Emak jualan aja yang semangat yaa, nanti Ayra kabarin kalo udah sampe disana"
Aku dan emak berpelukan.
Ahh, sungguh berat meninggalkan emak. Apalagi waktu aku kecil tidak bisa ditinggal emak sebentar saja.
Semoga aku bisa menghadapi apapun yang terjadi disana mak.
*****