"Mengagumkan. Kamu kuat sekali."
"Ahahahaha! Kamu juga! Bidak Kuda, ya? Tidak ada satupun cela kelemahan! Ini hebat! Ya, ya. Ini dia. Akhir-akhir ini aku tidak pernah bertarung seperti ini! Aku bahkan sampai menagis terharu! Hmmm! Hmmm! Sekarang aku akan membunuhmu!"
"Kalau begitu aku juga akan berterung sedikit serius."
Bertarung dengan serius? Apa yang akan dia lakukan?
"Terima ini."
Suara berintonasi rendah.
Aku tidak percaya kalau tadi itu suara Kiba, benar-benar penuh dengan tekanan. Kemudian kuluar suatu berwarna gelap dari pedang Kiba. Hal itu menyelimuti seluruh bagian pedang Kiba.
Kegelapan.
Kalau mau menjelaskan hal itu dengan satu kata, itulah kata yang tepat.
Kegelapan menyelimuti pedang Kiba.
Tidak lebih tepatnya kegelapan itu membentuk wujud pedang Kiba. Pedang kegelapan yang beradu dengan pedang cahaya si pendeta membesar dan menelan pedang cahaya.
"Apa? Apa-apaan ini?"
Pendeta itu kelihatan bingung.
"Ini adalah "[Holy_Eraser]", pedang kegelapan yang menelan cahaya."
"Jadi kamu juga pemilik [Sacred Gear]!?"
[Sacred Gear]!? Kiba juga!? Maksudku pedang kegelapan itu keren sekali! Sialan! Jadi laki-laki ganteng juga akan mendapat senjata yang bagus juga!? Pedang cahaya si pendeta tertelan sepenuhnya oleh pedang Kiba dan cahayanya menghilang dan pedang itu kehilangan wujudnya. Sekarang! Ini kesempatan! Aku langsung menerjangnya!
"Aktifkan [Sacred Gear]!"
[BOOST!!]
Suara keluar dari permata di [Sacred Gear] ku dan aku bisa merasakan kekuatan mengalir kedalam tubuhku. Targetku adala si pendeta berengsek. Tetapi pendeta itu menyadari aku maju menyerangnya.
"Inilah yang aku maksud dengan menyebalkan!"
Dia menodongkan pistolnya yang diisi dengan peluru cahaya padaku. Pistol itu menembakkan pelurunya tanpa mengeluarkan suara. Ini dia!
"[Promotion], Menjadi Bidak Benteng!"
Peluru cahaya itu menghilang setelah gagal menembusku.
"[Promotion]!? Bidak Pion!?"
Pendeta itu kelihatan terkejut.
"Ya!, Aku memang Pion".
Pion yang akan menghajarmu!
"Kelebihan dari Bidak Benteng! Pertahanan super dan juga....!"
Tinju kiriku menghantam wajah si pendeta. Tetapi aku merasakan benda keras di tinjuku. Tetapi aku tidak memperdulikannya dan aku meninjunya sekeras mungkin. Pendeta itu langsung terlempar kebelakang!
".....Serangan super."
Aku tertawa sambil menarik bernafas.
"Itu balasan karena kamu telah memukul Asia waktu itu. Sekarang aku jadi merasa lega telah berhasil memukulmu sekali."
Pendeta itu bangkit perlahan dan meludahkan darahnya ke lantai. Pipi kanannya tampak membengkak.
Cuma begitu? Aku naik pangkat menjadi bidak "benteng", tetapi sepertinya aku tidak mendapatkan kekuatan sebesar Koneko-chan.
Tidak, setelah kulihat lagi, pedangnya yang hanya tinggal gagangnya saja jadi rusak. Apakah dia menggunakannya sebagai perisa tepat sebelum aku meninjunya? Jadi itulah benda keras yang kurasakan. Reaksinya refleknya cepat sekali.
"...Hmmmmm..... Huh...? Iblis sampah ini bukan hanya meninjuku, tetapi dia juga mengatakan hal yang aku tidak mengerti..... padaku... Jangan macam-macam denganku!!!."
Pendeta itu berteriak keras.
"Jangan macam-macam denganku!! Dasar Iblis rendahan!! Aku akan membunuhmu!! Aku pasti akan membunuhmu!! Aku akan memotong-motongmu!! Berengsek!!"
Pendeta itu mengeluarkan pedang keduanya yang juga hanya tinggal gagangnya. Dia masih punya!? Berapa banyak yang dia punya? Tetapi kami bertiga, aku, Kiba, dan Koneko-chan mengepung pendeta itu. Pendeta itu menyadarinya, dan melihat sekeliling. Kemudian dia tersenyum.
"Wow, wow. Bukankah ini disebut dengan krisis? Bagiku terbunuh oleh Iblis itu tidak boleh, jadi aku sebaiknya mundur saja. Sayang sekali aku tidak bisa mengusir kalian, tetapi aku juga masih belum mau mati!
Pendeta itu mengeluarkan sesuatu berbentuk bulat dan melemparkannya ke lantai. Seketika itu juga mata kami dibutakan oleh cahaya yang menyilaukan. Sialan! Bom cahaya!? Ketika pandanganku mulai pulih, aku melihat sekeliling dengan padanganku yang masih setengah pulih, tetapi pendeta itu sudah hilang. Kemudian terdengar suara pendeta itu dari suatu tempat.
"Hey, bocah Iblis yang disana itu... Kalau tidak salah namamu Ise-ku, ya? Sejujurnya, aku jatuh cinta padamu. Jadi lain kali aku pasti akan membunuhmu. Pasti, OK? Aku tidak akan memafkan Iblis sampah yang telah memukulku dan menceramahiku, OK? Kalau begitu, bye-bye."
Ketika penglihatanku sudah pulih total, kembali aku melihat sekeliling. Tetapi pendeta it sudah hilang sama sekali. Dia lari.... Dia bahkan sempat meningalkan kata perpisahan.... Aku berpikir sejenak, kemudian menyadari kalau tidak ada waktu untuk itu. Aku, Kiba, dan Koneko-chan salin memandang dan mengagguk, kemudian kami menuju ke tangga rahasia dibalik altar.
Kami bertiga menuruni tangga dibawah altar. Tampak cahaya lampu juga menyala di ruang bawah tanah. Dengan Kiba dibarisan paling depan, kami berjalan maju. Setelah menuruni tangga, terdapat lorong yang menuju ke bagian terdalam ruangan.
"Sepertinya diujung lorong ini.... Karena bau orang itu..."
Itulah yang dikatakn Koneko-chan sambil menunjuk ujung lorong. Jadi Asia ada disana. Seketika itu aku langsung termotivasi. Tunggu aku Asia. Aku akan segera datang! Setelah berjalan cukup jauh kami sampai pada sebuah pintu besar.
"Jadi disini?"
"Mungkin. Aku yakin didalam ada sekelompok [Eksorsis] dan [Da-Tenshi] didalam sana. Apakah kalian siap?"
Aku, dan Koneko-chan mengangguk menjawab pertanyaan Kiba.
"Baiklah. Akan kubuka pintunya....."
Ketika Kiba dan aku mau membuka pintu, pintu itu tiba-tiba terbuka sendiri. Dan setelah mengeluarkan suara keras, ritual didalam ruangan itu terlihat.
"Selamat datang para Iblis."
[Da-Tenshi], Reynalle, mengatakan itu dari ujung ruangan. Di ruangan itu ada banyak pendeta. Mereka masing-masing membawa pedang cahaya. Aku melihat ke seorang perempuan yang terikat di sebuah salib dan berteriak:
"Asiaaaaa!!"
Asia mendengar suaraku dan melihatku.
"....Ise-san?"
"Ya! Aku datang menyelamatkanmu!"
Aku tersenyum padanya dan air mata menetes dari mata Asia.
"Sungguh pertemuan yang menyentuh hati, tetapi sudah terlambat. Ritualnya sudah hampir selesai."
Ritualnya selesai? Apa maksudnya.....? Tiba-tiba tubuh Asia bersinar.
"....Aaaaaah, tidaaaaaaaak!!"
Asia menjerit kesakitan.
"Asia!"
Aku mencoba mendatanginya, tetapi para pendeta mengepungku.
"Tidak akan kubiarkan kalian menghalangi"
"Akan kuhancurkan kalia, para Iblis!"
"Minggir, kalian semua! Aku tidak punya waktu mengurusi kalian!"
BANG!
Terdengar suara keras. Itu suara Koneko-chan memukul terbang salah satu pendeta.
"....Jangan menyentuhku."
Kiba juga mencabut pedangnya.
"Sepertinya aku harus langsung serius dari awal. Aku benci pendeta. Jadi kalau ada sebanyak ini, aku tidak akan menahan diri untuk memakan cahaya kalian."
Pandangan mata Kiba menjadi tajam dan dingin. Kegelapan yang muncul memancarkan hawa membunuh yang kuat. Ini akan menjadi pertempuran habis- habisan.
"Tidaaaaaaak.....!!"
Diwaktu yang sama, cahaya besar keluar dari tubuh Asia. Reynalle menangkap cahaya itu dengan tangannya.
"Ini dia! Ini dia kekuatan yang kuiginkan sejak lama! [Sacred Gear]! Dengan ini, aku akan dicintai!"
Dengan ekspresi ekstasi, Reynalle memeluk cahaya itu. Kemudian cahaya terang menelimuti seluruh ruangan ritual itu. Ketika cahaya itu padam, berdiri seorang [Da-Tenshi] dengan cahaya hijau memancar dari tubuhnya.
"Fufufu. Ahahahahaha! Akhirnya aku mendapatkannya! Kekuatan super! .....Dengan ini aku akan menjadi [Da-Tenshi] super! Dengan ini aku bisa membalas mereka yang telah menghinaku!"
[Da-Tenshi] itu tertawa lebar. Aku tidak menghiraukannya dan langsung menuju ke tempat Asia. Para pendeta mencoba menghalangiku, tetapi Kiba dan Koneko-chan membantuku menghajar mereka. Sementara pedang Kiba memakan pedang cahaya, Koneko-chan memukul para pendeta dengan tenaga penuh. Kombinasi kedua orang ini menakjubkan, dan sudah tentu kombinasi ini bukan tercipta dari berlatih hanya beberapa hari.
"Terima kasih, kalian berdua!"
Asia, yang terikat di salib, tidak bergerak. Tidak, masih sempat! Aku melepaskan ikatan tangan dan kakinya, menurunkannya dan menggendongnya ditanganku.
"...I...Ise-san....."
"Asia, aku datang menjemputmu."
".......Iya."
Asia menjawab, tetai suaranya kecil dan lemah. Hey! Hey! Dia masih baik-baik saja kan? Dia tidak mungkin...
"Percuma saja"
Reynale tersenyum dan menepis semua harapanku lagi.
"Pemilik [Sacred Gear], yang diambil [Sacred Gear]nya akan mati. Perempuan itu juga akan mati."
"! .....Kalau begitu kembalikan [Sacred Gear] miliknya!"
Aku berteriak padanya, tetapi Reynalle hanya tertawa.
"Tidak mungkin aku mengembalikannya. Aku bahkan sampai berbohong pada atasanku untuk memperolehnya. Aku juga akan membunuhmu untuk menghilangkan semua bukti."
".....Sialan. Kamu sama sekali tidak mirip dengan Yuma-chan yang aku ingat."
Mendengar itu, Reynalle tertawa keras.
"Fufufu, Waktu yang kuhabiskan bersamamu sangat menyenangkan."
"....Padahal kamu adalah pacar pertamaku."
"Ya, melihatmu aku jadi merasa gemas. Senang sekali rasanya bermain-main dengan laki-laki yang sama sekali buta akan perempuan."
".....Padahal aku sungguh serius akan menjagamu."
"Fufufu. Ya, kamu memang menjagaku. Ketika aku dalam masalah, kamu segera membelaku dan memastikan aku tidak terluka. Padahal, tahukah kamu kalau aku sengaja melakukannya? Karena lucu sekali melihat wajahmu yang kebingungan."
".....Padahal aku telah merencanakan dengan baik kencan pertama kita. Untuk memastikannya agar jadi kencan yang hebat."
"Ahahaha! Iya, kamu benar! Itu memang kencan yang hebat! Karena itu, aku sampai jadi bosan!"
"....Yuma-chan."
"Dan akhirnya, aku memutuskan untuk membunuhmu. Indah bukan? Bagaimana menurutmu, Ise-kun?"
Kemarahanku telah melewati batasnya. Aku berteriak marah padanya:
"Reynalleeee!!"
"Ahahaha! Aku tidak ingin bocah busuk sepertimu memanggil namaku!"
Reynalle menghinaku. Aku marah sekali sampai-sampai rasanya jantungku menjadi warna hitam. Aku tidak pernah menemui orang seberengsek dia selama hidupku. Dialah yang seharusnya pantas disebut "Iblis".
"Hyoudou-kun! Formasi kita kurang menguntungkan kalau sambil membawa perempuan itu! Segera naiklah keatas! Kami akan membukakan jalan untukmu!"
Kiba mengatakannya sambil mengalahkan para pendeta. Dia benar. Masih ada banyak pendeta yang tersisa, jadi melawan [Da-Tenshi] sambil melindungi Asia akan sulit. Aku menatap tajam Reynalle, kemudian merapatkan gendongannku dan meninggalkan tempat itu.
"Koneko-chan kita bukakan jalan untuk Hyoudou-kun!"
".....Siap."
Mereka berdua mulai menghbisi para pendeta yang ingin menghalangiku. Berkat bantuan mereka, aku bisa mencapai pintu masuk ruangan ritual.
"Kiba! Koneko-chan!"
"Pergilah duluan! Kami akan menangani yang disini!"
"...Cepatlah pergi."
"Tapi!"
"Pergilah!"
Sialan! Kiba! Koneko-chan! Kalian benar-benar keren! Tetapi sekarang aku harus mengandalkan mereka. Senior Iblisku tidak akan mati ditempat seperti ini!
"Kiba! Koneko-chan! Kalau kita sudah kembali, kalian harus memanggilku "Ise"! Harus! Karena kita adalah teman!"
Itulah yang kukatakan pada mereka. Aku rasa aku sempat melihat mereka tersenyum. Aku segera meninggalkan ruangan itu dan menuju ke lorong.