Aku menaiki tangga sambil membawa Asia, aku keluar ke ruang-kudus. Ada yang tidak beres dengan Asia. Wajahnya pucat pasi. Aku membaringkannya di salah satu bangku.
"Bertahanlah sebentar! Sebentar lagi kamu akan bebas, Asia! Sebentar lagi kamu bisa bermain denganku lagi!"
Asia tersenyum mendengar perkataanku. Dia menggelengkan kepalanya. Aku tidak merasakan sedikitpun tenaga atau kehangatan dari tangannya.
"...Saya...Senang sekali.....Karena akhirnya.....Mempunyai teman.....Walaupun cuma sebentar....."
Asia tetap tersenyum walaupun aku tahu dia kesakitan.
"....Kalau saya bisa terlahir kembali.....Maukah Ise-san menjadi temanku lagi....."
"Bicara apa kamu....!? Jangan bicara seperti itu! Mari kita pergi bersenang-senang! Aku akan menyeretmu kalaupun kamu tidak mau! Kita akan pergi ke karaoke! Game Center! Juga bermain bowling! Juga kebanyak tempat lainnya! Ke sana! Dan kesini....!"
Air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Padahal seharusnya aku berbicara padanya sambil tersenyum. Aku tahu. Aku sudah mengerti. Perempuan ini sekarat. Dia akan mati. Tetapi, walapun begitu, aku tidak ingin mempercayainya. Ini pasti gurauan.....
"Kita adalah teman! Selamanya! Oh iya! Aku akan mengenalkanmu dengan Motohama dan Matsuda! Mereka memang sedikit mesum tetapi mereka berdua orang baik! Mereka pasti bisa menjadi temanmu! Pasti! Kita akan bersenang-senang bersama! Sebanyak kita mau!"
".....Kalau Saya terlahir di negeri ini.....Dan bisa sekolah di sekolahan yang sama dengan Ise-san...."
"Mari! Mari datang kesekolahku!"
Tangan Asia membelai pipiku.
"Ise-san bahkan menangis untuk seseorang seperti aku....Sekarang....Saya...Bisa...."
Tangannya yang membelai pipiku jatuh perlahan.
"......Terima kasih....."
Itulah kata-kata terakhirnya.
Dia meninggal dengan tersenyum. Aku kehilangan kekuatanku. Aku berdiri diam disana memandang wajahnya. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Mengapa? Mengapa perempuan ini harus mati? Padahal dia perempuan baik. Perempuan baik yang rela menyembukan siapa saja yang terluka. Mengapa tidak ada yang mau berteman dengannya? Mengapa aku tidak pernah ada disisinya?
"hey [Kami]? Kamu ada disini kan? Ada iblis dan [Tenshi], jadi kamu juga ada kan? Kamu melihat kami kan? Kamu melihat semua ini kan!?"
Aku berteriak ke atap gereja. Aku tidak tahu siapa yang akan menjawab. tetapi aku harus berteriak ke langit.
"Aku mohon jangan ambil nyawa perempuan ini!? Aku mohon! Dia sama sekali tidak bersalah! Dia hanya menginginkan teman! Aku akan menjadi temannya selamanya! Aku cuma ingin perempuan ini tersenyum selamanya! Tolonglah, [Kami]!
Walapun aku beteriak ke langit, tidak ada jawaban satupun.
"Apakah semua ini terjadi karena aku telah menjadi Iblis!? Apakah engkau meninggalkannya karena aku menjadi temannya!?"
Aku merapatkan gigiku! Aku lemah sekali. Aku sama sekali tidak berdaya. Kalau saja aku punya kekuatan sediki sebagai seorang iblis..... Kalau saja aku punya kekuatan untuk menyelamatkan Asia.....Tetapi walaupun aku menyesalinya sekarang, Asia tidak akan pernah tersenyum kembali.
"Hah? Ada seorang Iblis sujud di tempat seperti ini? Apakah kamu berdoa memohon sesuatu?"
Suara yang kudengar dari belakangku adalah Reynalle. Keitka aku berbalik [Da-Tenshi] itu tersenyum padaku.
"Coba lihat ini. Ini luka yang disebabkan dari pemuda "Bidak Kuda" itu ketika aku naik kemari."
Reynalle meletakkan tangannya kelukanya. Cahaya hijau muda menyembuhkan luka itu.
"Lihat. Menakjubkan bukan? Aku bisa menyembuhkan luka apapun. Bagi kami para [Da-Tenshi], yang kehilangan perlindungan [Kami], kekuatan anak itu adalah hadiah istimewa."
Oy. Cahaya itu adalah milik Asia. Mengapa kamu yang memakainya? Apakah Kiba dan Koneko-chan tidak apa-apa? Aku jadi khawatir.
"Seorang [Da-Tenshi] yang bisa menyembukan [Da-Tenshi] lainnya. Pangkatku akan naik. Aku bisa membantu mereka. Tuan Azazael-sama dan Samyaza-sama yang agung! Tidak ada yang lebih hebat dari ini! Aaaah, Tuan Azazel-sama...Seluruh kekuatanku adalah milikmu....."
"Aku tidak peduli."
Aku menatap Reynalle dengan amarah.
"Aku tidak peduli tentang semua itu. [Da-Tenshi], [Kami], ataupun Iblis...Semua itu tidak ada hubungannya dengan perempuan ini.
"Tidak, tentu saja ada hubungannya. Karena dia adalah manusia terpilih yang memiliki [Sacred Gear]."
"...Walaupun begitu, seharusnya dia dapat hidup tenang. Dia seharusnya bisa hidup normal!"
"Tidak mungkin. Mereka yang memiliki [Sacred Gear] unik akan dikucilkan oleh dunia. Karena mereka memiliki kekuatan yang besar. Karena mereka memilik kekuatan yang unik dibandingkan dengan lainnya. Kamu juga tahu kalau manusia tidak menyukainya kan? Padahal ini adalah kekuatan yang menakjubkan."
"....Kalau begitu akulah yang akan melindungi Asia, sebagai temannya!"
"Ahahaha! Itu tidak mungkin! Karena dia sudah mati! Kamu tahu kalau dia sudah mati kan? Tidak ada gunanya lagi melindunginya atau tidak. Kamu telah gagal melindunginya! Kamu sungguh laki-laki yang aneh! Menarik sekali!"
".....Aku tahu. Karena itulah, aku tidak bisa memaafkan dirimu... Dan juga diriku."
Aku tidak bisa memaafkan semuanya. Reynalle yang telah membunuh Asia, dan juga diriku sendiri yang tidak bisa melindunginya. Kemudian aku teringat kata-kata Buchou.
"Keinginan. Kekuatan [Sacred Gear] dipengaruhi oleh keinginan pemiliknya. Itu juga menentukan tingkat kekuatannya."
"Kembalikan."
"Meskipun kamu sudah menjadi iblis, hasratmu tidak hilang. Semakin besar keinginanmu, semakin besar respon [Sacred Gear]mu."
"Kembalikan Asia!!!!!"
[DRAGON BOOSTER!!]
[Sacred Gear] ditangan kiriku bereaksi dengan teriakanku. Permata di sarung tanganku bersinar. Dan tanda misterius muncul diatasnya. Dan disaat yang sama aku juga bisa merasakan suatu kekuatan mengalir dalam tubuhku. Dari lenganku mengalir sampai keseluruh tubuhku. Aku maju untuk meninju [Da-Tenshi] yang mencemoohku itu. Tetapi Reynalle dengan mudah menghindarinya saperti dia sedang berdansa.
"Aku akan menjelaskannya lagi agar orang bodoh sepertimu pun bisa mengerti. Singkatnya ini karena perbedaan kekuatan kita. Aku punya kekuatan sebesar 1000, sedangkan kamu hanya 1. Kamu tidak akan bisa melompati jurang pemisah kekuatan kita. Walaupun kamu menggunakan kekuatan [Sacred Gear] itu untuk menggandakan kekuatanmu, hasilnya cuma akan menjadi 2. Lalu bagaimana caranya kamu mau menang melawanku"!? Ahahahahaha!"
[BOOST!!]
Suara lain terdengar dari permata di lenganku. Tanda di permata pada sarung tanganku berubah dari [I] menjadi [II].
DEG
Ada perubahan lagi dalam tubuhku. Kekuatan baru..... Sesuatu untuk mengalahkan lawan didepanku ini.
"Aaaaaaaaaa!"
Aku maju lagi untuk meninjunya dengan kekuatan baruku. Padahal aku sudah menjadi "Bidak Benteng" dengan menggunakan [Promotion].
"Wow! Sepertinya kekuatanmu meningkat sedikit? Tetapi masih belum cukup!"
Pukulanku meleset lagi. Kemudian dari tangan Reynalle cahaya berkumpul dan membentuk suatu benda.
"Aku memasukan banyak energi ke dalam serangan ini! Terima ini!"
JLEB
Tombak cahaya itu menembus masuk kedua betis kakiku. Walaupun dengan atribut pertahanan "Bidak Benteng", aku tidak bisa menahannya.
"Guaaaaaaaaah!!"
Aku menjerit. Rasanya sakit yang luar biasa menjalar keseluruh tubuhku, Tetapi aku tidak boleh tumbang hanya karena hal seperti ini. Aku langsung mengenggam tombak cahaya itu.
CRESS
"Guaaaaaaah!"
Suara daging terbakar. Panas! Panas sekali! Apakah karena benda ini terbuat dari cahaya!? Tanganku langsung melepuh begitu memegang tombak itu. Dan asap keluar dari telapak tangan dan luka di betisku. Reynalle tertawa melihatku mencoba mencabut tombak itu.
"Ahahahaha! Seorang iblis mencoba mencabut tombak cahaya sungguh sangat bodoh! Bagi iblis cahaya adalah racun. Hanya dengan menyentuhnya tubuhmu akan terbakar. Itu adalah rasa sakit terhebat yang hanya bisa dirasakan Iblis! Iblis rendahan sepertimu....."
"Nugaaaaaaaah!"
Aku berteriak sekuat tenaga, dan mengenggam tombak itu lebih erat dan mencabutnya, sedikit demi sedikit. Kakiku sakit sekali karena tombak yang terbuat dari kekuatan cahaya itu. Aku sampai hampir kehilangan kesadaran. Rasa rasanya kalau aku tidak merapatkan erat gigiku aku akan mati. Tetapi aku tidak peduli! Memangnya kenapa!?
"Rasa sakit ini, tidak ada apa apanya dibandingkan dengan apa yang dialami Asia!!"
Aku mencabut sedikit demi sedikit tombak itu sampai air mata dan air liur keluar dari seluruh wajahku. Sakit. Sakit sekali!!!! Tetapi! Ini tidak ada apa apanya!
ZOOOM ZWESH
Dengan mengeluarkan suara buruk, tombak itu tercabut dari betisku. Setelah mencabutnya aku membuang tombak itu, tetapi tombak itu segera menghilang sebelum menyentuh lantai.
SPLASH
Setelah benda yang menutupi lubang di kakiku hilang, segera darah mengalir keluar dari lukaku. Walapun aku telah mencabut tombak itu, tetapi rasa sakitnya masih tertinggal.