Hari ini sampai lusa Dira tidak masuk sekolah dengan alasan ada keperluan keluarga, seperti biasa saat cowok itu meminta izin tidak masuk sekolah maka pihak sekolah tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Tapi jika murid lain melakukan hal sama?
Apalagi lebih dari satu hari!!
Bahkan jika alesannya sakit harus disertai surat keterangan dokter dan pihak sekolah akan menelepon orang tua murid bersangkutan untuk memastikan kebenarannya.
Luar biasa keterlaluan bukan.
Sebenarnya banyak siswa-siswi protes tentang hal ini tapi percuma, yang ada mereka akan dihukum.
Mereka akan mendapat hukuman dari mulai fisik sampai nilai merah dirapot.
Inilah salah satu persoalan yang belum bisa di mengerti oleh semua murid di kelas.
Mengapa Dira bisa dengan mudah meminta izin pada ada pihak sekolah ataupun guru?
Dia pernah seminggu tidak masuk tanpa keterangan apapun tapi cowok itu lolos dari hukuman.
Ada apa dengan Dirawangsa??
Variz meletakkan kaleng cola miliknya diatas meja.
" Gue heran kenapa Dira gampang banget bolos tanpa terkena hukuman sama guru-guru? pernah dia lupa nggak bawa topi saat upacara,terlambat datang sampai beratem sama murid lain tapi pihak sekolah nggak pernah kasih hukuman.
Apa mentang-mentang dia juara umum disekolah jadi dia dapat perlakuan istimewa?" Kata Variz, sang ketua kelas sekaligus penyandang gelar rangking kedua dalam kelas.
Hubungan Variz sama Dara memang sudah dekat dan akrab sejak awal masuk sekolah dan menjadi teman sekelas.
Tadinya banyak yang mengira bahwa mereka berdua akan jadian tapi nyatanya Variz malah jadian dengan Fera yaitu cewek yang sebangku dengan Dira.
Dara menggaruk kepala tanda dia sendiri pun bingung dengan hal ini.
" Bisa jadi omongan lo itu benar, Tapi menurut gue pihak sekolah berlebihan kalau emang kayak gitu. Setiap sekolah pasti punya juara umum tapi gue yakin sekolah lain nggak segitunya dalam memprilakukan juara umum mereka."
Dara mengambil cookies milik cowo itu dan memakannya.
Wajahnya terlihat cuek.
Variz merangkul pundak Dara, melihat disekitar mereka memastikan tidak ada seorangpun kelas memang kosong dan tak ada yang mendengarkan obrolan mereka.
Dan kelas memang ada mereka berdua.
Semua teman-teman sekelas mereka sedang beristirahat.
" Lo pacaran sama Dira ya?jujur aja ke gue, janji gue bakal tutup mulut kok." Tanya Variz kepo.
Kedua alis cowok itu terangkat keatas, memajukan mukanya ke Dara.
Entah apa penyebabnya sehingga cowok itu tiba-tiba bertanya pertanyaan macam ini?
Dara yang sekarang sedang asik memakan roti hampir tersedak, jika tak buru-buru minum.
"Lo ngomong apa si?ngaco deh."
Dara menepis dugaan salah satu teman baiknya tersebut.
Dia tidak mau mengakui hal tersebut meskipun faktanya itu benar, karena sebentar lagi mereka juga akan putus.
Akan lebih baik jika tidak banyak orang tahu, cukup Max yang mengetahui hal ini.
"Yaelah, masih aja ngeles. Apa perlu gue keluarin bukti?" Lanjut ucapan Variz, mengacak rambut Dara gemas.
Dara melotot, meminta cowok ganteng ini untuk berhenti memainkan rambutnya.
Variz pun mengikuti kemauan Dara.
Masih dengan sikap keras kepala Dara terus menyangkal ucapan teman baiknya ini.
"Lo kok bisa sih berpikir kayak gitu? Coba mana buktinya gue mau lihat." Cewek cantik ini malah menantang balik, Bertolak pinggang.
Mendapatkan tantangan seperti itu tentu saja tak membuat Variz semangat, dia mengambil ponselnya miliknya kemudian memperlihatkan sebuah video di mana Dira dan Dara sedang berciuman tepat didepan rumah Dara saat malam hari.
Ponsel Variz memang bukan iPhone tapi harganya tak kalah mahal dari iPhone.
HP androidnya bisa melakukan Zoom hinga 60 x dengan hasil luar biasa bagus.
Padahal saat itu Dara merasa suasana sepi tapi ternyata cucurut berstatus tetangga sebelah rumahnya ini diam-diam malah mengambil rekaman ciumannya bersama Dira.
Kali ini Dara mati kutu.
Tawa kemenangan tergambar pada bibir Variz sekarang, melihat reaksi salting Dara menjadi suatu satu itu kesenangan tersendiri bagi cowok tersebut.
"Nggak mungkin kan, teman bisa ciuman sehot ini hahaha...nggak bisa ngeles lagi kan lo, udah ngaku aja. Apa susahnya si?gue nggak nyangka lo jago ciuman juga ya."
Variz memonyongkan mulut seperti ikan lalu menggerakkannya.
Merasa mengeles bukanlah hal benar saat ini ditambah tidak ada pilihan lain selain mengakui akan fakta sebenarnya.
Dara akhirnya menganggukkan kepala kemudian mengakui bahwa memang mereka sedang berpacaran.
" Inget yakin ini rahasia nggak boleh ada yang tahu, awas kalo lo bocor gue bakal marah!"
Senyuman kepuasaan tercipta pada bibir cowok itu. "Tenang aja ,Rahasia lo dijamin aman asal lo wajib ceritain hal sebenarnya. kok bisa kalian jadiaan?come on Dara,Tell me the truth."
"Ngapain si lo kepo banget,Riz." Sahut Dara mulai terlihat emosi.
"Masalahnya gue masih unbelievable aja, kok bisa padahal sikap kalian saling cuek di depan umum tapi pas dibelakang puanasss bangett hehehe."
Cewek ini menghembuskan napas dengan berat, bingung harus menceritakan hal sebenarnya atau membuat cerita karangan bebas tentang hal ini?
Akhirnya dia memutuskan jujur.
"Gue sama Dira udah jadian selama dua minggu lebih, kami sepakat buat ngerahasia ini sampai batas waktu belum ditentukan."
Dan akhirnya Dara membuat pengakuan pada teman baiknya tersebut.
Selama ini mereka sering berbagi cerita seputar kehidupan mereka masing-masing saking dekatnya hubungan mereka.
" Kenapa lo berdua mutusin kayak gitu?" Variz masih terlihat kepo.
Gaya dan cara bicaranya udah kayak polisi menginterogasi tersangka.
Mentang-mentang cita-citanya menjadi seorang intelijen negara.
"Sebenarnya yang mutusin merahasiakan hubungan kami ya Dira, Gue ngikut aja. gue sendiri juga nggak tahu kenapa tuh cowok maunya gitu. "
Masih dengan gaya polisi Variz kembali melalukan interogasi.
Wajahnya dipasang sok seram.
"Terus kok bisa lo berdua jadian?"
Mendapat pertanyaan macam ini Dara bingung haru menjawab apa?
Faktanya mereka berdua jadian karena kesepakatan konyol begitupun jika mereka berpisah.
"Lo janji nggak bakal bocorin ya?awas aja ya kalo sampai bocor."
Dengan semangat Variz membuat tanda janji dengan dua jarinya yang membentuk makna sumpah.
Karena Dara sudah mengenal sosok Variz maka dia percaya bahwa Faris tidak mungkin membocorkan hal ini
"Semua gara-gara topi, Masih ingatkah dua minggu lalu gue pinjem topi ke lo dan anak-anak tapi gagal. Saat itu Dira mau bantuin gue pinjemin topi tapi syaratnya gue harus jadi ceweknya."
Hal pertama yang dilakukan Variz setelah mendengar pengakuan teman baiknya ini adalah mengambil kesimpulan.
"Kayaknya Dira memang udah naksir lo makanya pake cara unik buat bikin kalian bisa pacaran, nggak nyangka cowok sekeren Dira malah naksir cewek absurd model lo."
Dara menjitak kepala Variz. "Ngaco lo, Mana mungkinlah." Protes Dara.
"Kenapa nggak?" Balas Variz cepat.
"Ya, karena nggak mungkin aja." Masih dengan logikanya cewek ini mengeluarkan sudut pandangnya atas praduga tak berfakta dari Variz tersebut.
"Menurut gue si mungkin aja, Ra."
Variz masih percaya dengan kebenaran dugaannya.
Dara mempertimbangkan perkataan teman baiknya ini.
Selama mereka berpacaran Dira memang sosok pacar perhatian bahkan berhasil bikin Dara baper dalam beberapa hal.
Tapi bukan berarti Dira sejak lama suka padanya kan?
"Terserah lo deh, yang jelas gue nggak ada pikiran kayak gitu."
Dara kembali melanjutkan makan roti isinya, begitupun dengan Variz.
Mereka memakan roti abon lezat buatan mama Variz tercinta yang sudah dianggap seperi ibu kandunya sendiri oleh Dara.
"Btw, Gimana rasanya ciuman sama cowok sengak kayak dia?"
Dara melotot dan memukul bahu Variz.
"Kepoooo."
Tbc