Chereads / DaraDira / Chapter 10 - Cinta Emang BUTA!

Chapter 10 - Cinta Emang BUTA!

Kata orang cinta itu BUTA nggak pandang bulu!!

Iya.

Dara sudah menemukan bukti nyata tentang pepatah itu, Hilman mencintai seorang cewek yang secara umur lebih tua darinya.

Apalagi cewek itu sedang hamil sekarang, sebagai seorang teman Dara hanya akan mendukung apapun keputusan Hilman.

Cowok itu terlihat kebingungan plus galau. "Asal lo tahu ya, Kiara nangis dan lebih milih putus sama gue pas gue suruh dia gugurin kandungan. Ya jelas gue nolak, gue sayang sama dia."

Cewek ini merasakan kegalauan teman sebangkunya ini, Dara menghembuskan nafas.

"Ya udahlah, kalo gitu jangan digugurin lagian pacar lo secara usia udah cukup kok buat ngurus anak. Udah punya kerjaan mapan lagi."

"Tapi gue belum kerja, jadi pemimpin diri sendiri aja masih belum mampu apalagi mimpin keluarga?gue juga belum kerja. Gimana mau nafkahin keluarga gue?masa iya Kiara yang memenuhi kebutuhan kami ,kan gue kepala keluarganya."

Dara mengerti kekhawatiran Hilman, dikondisi mereka dimasa remaja dan masih labil seperti sekarang mana bisa mereka mengemban tanggung jawab sebesar itu?

Menikah dan menjadi kepala keluarga.

"Menurut gue sih, mending lo diskusiin ini ke orangtua lo. Semoga mereka bisa ngasih solusi terbaik."

Dengan lemas Hilman mengangguk.

"Lo bener, apapun keputusan bokap-nyokap gue itu yang terbaik tapi kalo Kiara mau mempertahankan anak kami ya gue bakal kabulin."

"Nah gitu dong, jadi papa muda tuh memang berat banget tapi keuntungannya saat anak lo remaja maka kalian udah kayak sahabat kan."

"Iya, gue bisa jadi sahabat buat anak gue."

Hp Dara berbunyi ternyata dari Dira, cewek ini memutuskan mengabaikan panggilan masuk sang pacar.

Tak mungkin menjawab panggilan masuk saat bersama dengan Hilman.

"Balik ke kelas ,yuk." Ajak Dara.

"Yuk."

***

Sepulang sekolah Dara mampir di warung kopi buat telpon Dira..tidak ada jawaban, cewek ini menelpon hingga 3 x tapi hasilnya sama tak ada respon.

Tak mau membuang waktu Dara mutusin buat menunggu chat dari cowok itu aja.

Sekitar 2 menit kemudian...

Tiba-tiba hp nya berbunyi, dan itu dari Dira.

Dara langsung mengangkat.

*Kenapa tadi nelpon?* (Dara langsung melakukan introgasi)

*Kangen lo.*

Deg....

Mendengar jawaban Dira entah mengapa Dara jadi grogi?

*Terus?* Kata Dara sengaja memenggal kalimat.

*Ketemuan yuk.*

Zeng.....

Lagi...lagi.... perkataan Dira entah mengapa bikin Dara jadi deg-deg kan? sepertinya ada yang salah.

*Ketemuan di mana?* Dara mengigit bibir bawahnya. Sejujurnya Dara juga kangen tapi nggak bisa ngomong, entah mengapa bibirnya keluh?

*Gue kirimin alamatnya.*

Telepon pun terputus, tentu Dira yang memutuskan.

Hp Dara menerima sebuah alamat, gadis ini memesan ojol.

Alamat yang diberikan Dira ternyata sebuah kontrakan banyak cewek-cowok yang berada dalam kontrakan bahkan sepertinya cewek-cowok itu tinggal bersama.

Tapi kontrakan ini bagus dan bersih.

Jarak antar kontrakan satu dengan lainnya juga cukup jauh, privasi benar-benar terjaga.

Dara berhenti di unit kontrakan bernomor 5 ,tak lain kontrakan milik Dira.

Mengetuk pintu dan tak lama kemudian pintu terbuka.

Wajah Dira terlihat sedikit pucat.

"Lo sakit?kok mukanya pucat gitu?" Dara jadi merasa cemas melihat wajah Dira.

"Masuk dulu deh "

Kontrakan Dira bersih,rapih dan harum. Cowok itu menutup pintu.

Kontrakan ini ada tiga bagian yaitu, ruang tamu, kamar tidur dan dapur plus kamar mandi.

"Lo bisa masak nggak?" Tanya Dira selesai menutup pintu.

"Bisa, meski nggak jago."

"Masa si?"

Dara merasa jengkel disepelekan. "Terserah kalo nggak percaya."

Menyadari pacarnya sedang ngambek Dira menghampiri cewek cantik itu, menarik pergelangan tangan Dara dan mencium bibirnya lembut.

Mereka pun berciuman, sekarang Dara tak malu atau canggung saat mereka berciuman.

Bahkan Dara menikmatinya, saat bibir mereka saling melumat disertai mata yang terpejam.

"Gue mau bubur sosis sayuran, lo bisa masakan?kalo nggak tahu bahannya ada di dicatatan di atas kulkas." Kata Dira setelah melepaskan ciumannya.

Dara berjalan ke arah dapur membuka buku catatan dan membuat bubur.

Dira sendiri menonton kartun Spongebob kesukaannya, tawa keluar dari bibir cowok itu saat ada adegan lucu.

Dara tak tahu apakah masakannya akan cocok pada lidah Dira, tapi dia tetap melakukan terbaik.

Akhirnya cewek ini menyelesaikan pekerjaannya, tersenyum puas.

Menuangkan bubur ke dalam dua mangkuk. Aroma bubur buatannya membuat Dara merasa bangga, karena sepertinya bubur enak.

Cewek ini meletakkan dua mangkuk bubur dan dua gelas jus mangga diatas meja.

"Makan yuk." Ajak Dara menarik jemari Dira.

Mereka berdua duduk bersama dilantai sambil menonton kartun.

Dira mulai mencicipi bubur buatan pacarnya itu.

"Gimana?" Dara terlihat penasaran.

Cewek itu belum mencicipi sama sekali masakannya karena ingin Dira yang duluan merasakan.

"Enak." Balas Dira singkat.

Tak ada ekspresi mengagumi masakan Dara, terlihat datar saja.

Cewek ini mulai mencicipi buburnya, rasanya memang enak.

Dara bersyukur kali pertama bikin bubur berhasil.

"Lo kenapa izin? katanya ada keperluan keluarga tapi nyatanya bohong."

"Gue nggak bohong." Dira terlihat acuh, masih menyantap buburnya.

"Oke,kalo mang lo nggak bohong. Kenapa kemarin dan sekarang ngajak gue ketemuan mulu?kapan ketemuan keluarganya?"

"Kemarin waktu pagi dan sekarang baru nanti malem dan besok seharian penuh."

Mendengar penjelasan Dira yang masih masuk akal. Cewek ini tak mau membahas persoalan ini lebih lanjut.

"Tapi aneh deh, Masa keperluan keluarga sampai 3 hari? Kayak ngebahas pernikahan aja."

"Lo aja yang ngerasa aneh, mang lo pernah nikah kok bisa ngambil kesimpulan gitu,sotoy banget."

Hp Dira berbunyi, dia langsung mengambil iPhone 12 nya itu. Masuk ke dalam kamar.

Dara jadi penasaran sebenarnya kenapa cowok itu harus masuk kamar? seperti urusannya rahasia aja.

10 menit kemudian Dira keluar kamar, dan Dara baru saja menyelesaikan memakan buburnya.

"Habis ini gue anter Lo balik ya."

"Nggak usah gue bisa balik sendiri." Tolak Dara buru-buru.

"Nggak lo balik sama gue, nggak ada penolakan! Gue mau nganterin Lo,sekalian gue ada urusan diluar." Volume suara cowok ini meninggi.

Males ribut Dara akhirnya setuju, selesai menghabiskan buburnya, Dara mencuci bekas peralatan masak dan makan mereka.

Dira sendiri masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian, cowok itu terlihat rapih mengenakan kemeja meski tanpa dasi. Dira terlihat dewasa dan keren saat mengenakan pakaian formal seperti itu

Bahkan gaya rambutnya berbeda, lebih menarik.

"Lo mau ke mana si?" Dara melepaskan apronnya.

"Adalah, Lo nggak perlu tahu." Balas Dira dengan gaya cuek.

Bersandar pada kulkas, memasukan kedua tangannya di saku celana.

"Sok misterius." Kali ini Dara memasang muka jengah.

Dira tersenyum. "Biarin."

Saat Dara akan melewati Dira, pergelangan tangan cewek itu ditarik oleh Dira.

Cowok itu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Dara, kembali mencium bibir pacarnya dengan sedikit kasar.

Dara memejamkan kedua matanya, gerakan bibirnya mengikuti pergerakan bibir cowok ganteng itu, kedua tangan Dara juga melonggarkan tangannya pada leher Dira.

Ciuman mereka semakin dalam, bahkan Dira saking gemesnya menggigit bibir bawah Dara untung saja gigitaanya tidak terlalu keras sehingga tak meninggalkan jejak.

"Nanti pas gue lomba pidato calon OSIS lo datang ya? gue mau lo hadir." Penuh kelembutan Dira membelai rambut panjang Dara.

"Nggak janji." Giliran cewek cantik ini bersikap cuek.

"Kalo gue menang nanti, kita bakal ngerayain berdua ya."

Cewek menyipitkan kedua matanya. "Yakin bakal kepilih, kalo gagal gimana?"

"Ya kita putus." Dira menatap Dara.

Cewek ini terlihat tidak suka, melepaskan tangannya dari leher Dira.

"Oh iya, Variz udah tahu tentang hubungan kita waktu kita ciuman didepan rumah, ternyata dia ngerekam."

Mendengar fakta ini Dira terkejut tapi berusaha bersikap biasa saja. "Cuma dia doang kan yang tahu?"

Cewek ini mengangguk. "Iya."

"Nggak apa-apa, toh kalo kita nggak putus semua orang juga bakal tahu. Sekarang pergi yuk. Makasih ya udah bikinin gue bubur,enak lagi rasanya."

Dara tak menyangka Dira bisa berucap seperti itu, dan hatinya merasa senang saat mendapatkan pujian dari cowok di depannya ini.

Tersipu malu, satu kecupan mendarat pada kening Dara.

"Pergi yuk." Ajak Dira.

Dara mengangguk. "Yuk."

***

Mobil Dira berhenti tepat di dua rumah sebelum rumah Dara.

"Sorry, Nggak bisa anter sampe depan." Wajah Dira terlihat tak enak.

"Nggak apap-apa, hati-hati di jalan ya."

"Oh..iya besok gue nggak bisa kasih kabar, kayak biasa." Tiba-tiba Dira mengatakan hal ini.

Meskipun terasa aneh tapi Dara mengerti.

Cewek ini mengangguk. " Oke."

Tak ada yang bisa Dara ucapkan selain satu kata itu, sebenarnya dia mau bertanya "kenapa?" tapi lidahnya terasa keluh.

Dara membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil cowok itu.

Dira langsung melajukan mobilnya pergi.

Dengan lemas Dara berjalan menuju rumahnya. Sesampai di rumahnya ibunya sedang bermain dengan adiknya.

"Kok kamu baru pulang?mampir ke mall lagi?aduh sayang.. jangan sering-sering mampir ke mall ntar kamu diperkosa atau diculik orang asing gimana?"

Mendengar ocehan ibunya yang asal bunyi buat Dara kesel.

Duduk disamping ibunya.

"Apaan si ngomong gitu, ma? Jangan bikin aku takut dong. Insyah Allah..Nggak bakal gitulah ma." Wajah cantik Dara terlihat jengkel.

Liliana mengelus rambut anaknya. "Ya, Amin deh. Namanya ibu kamu belum jadi ibu jadi nggak ngerti perasaan mama."

Apa yang dikatakan ibunya Dara mengerti, suatu hari nanti dia akan menjadi ibu kan. Melihat tingkah ibunya yang berlebihan sekarang meskipun sedikit jengkel, tak menjadi persoalan berat.

"Aku mau nanya sesuatu dong,ma." Cewek ini terlihat serius.

"Tanya apa?" Balas Liliana santai, sesekali menggelitiki Virgo sang adik.

"Apa yang mama sukai dari Dira?kok ngizinin aku pacaran sama dia? Padahal sebelumnya mama paling nggak suka aku pacaran selama masih sekolah. Pas kuliah baru boleh."

Senyuman menghiasi bibir Liliana. "Mama juga nggak ngerti, pas kamu kenalin dia waktu pertama kali. Mama ngerasa dia adalah orang yang bisa mama percaya buat jaga kamu. Anehnya ternyata papa ngerasain hal sama."

Mendapatkan penjelasan dari ibunya Dara merasa aneh juga.

Kok bisa kayak gitu?

Tbc