Dara terkejut saat Dira mengajaknya ke sebuah bangunan tua menakutkan, jelas sekali bangunan ini sudah lama tak berpenghuni.
Untung saja letaknya dipinggiran jalan raya, sehingga banyak kendaraan berlalu lalang.
Lampu-lampu jalan juga menambah kenyamaan Dara.
"Lo ngapain si bawa gue ke sini? Awas ya macem-macem!Gue teriak terus kalo lo bunuh gue, bakal gue hantui biar lo nyusul gue!"
Dengan raut muka kesal cewek ini bertolak pinggang, memperingati cowok yang sedang sibuk melepas helm.
Ancaman Dara tentu saja tak membuat Dira merasa takut, reaksi cowok ini tertawa kecil seolah apa yang diucapkan oleh Dara adalah ancaman tak berarti untuknya.
"Nggak ada sejarahnya setan bisa bunuh orang, nggak takut gue sama ancaman lo kalo perlu gue bayar dukun buat lawan lo." Dira menjitak kepala cewek itu lalu mengedipkan sebelah matanya.
Benar juga kata si brengsek itu, setan manapun pasti kalah sama dukun.
"Siapa si yang mau macem-macem sama lo, gue nggak mau masuk bui cuma gara-gara macem-macem sama lo. Nih bawa."
Dira mengeluarkan dua senter kecil, memberikan satu ke Dara dan satunya lagi dipegang dia sendiri.
"Buat naik ke atas gedung kita butuh penerangan, jangan lupa baca doa ntar kalo lo kesurupan gue nggak tanggung jawab ya."
Cowok macam apa yang ngomong kayak gitu sama ceweknya sendiri? Nggak..mungkin status Dara cuma selingkuhan bukan pacar.
Makanya cowok itu menyembunyikan hubungan mereka.
"Asal tahu aja ya, gue suka berdoa apalagi pas lagi bareng sama lo. Tahu kenapa? Takutnya setan kayak lo ini macem-macem sama gue, ngeriii." Cewek ini bergaya seolah-olah ketakutan.
Bukan tersinggung apalagi marah, cowok itu malah cuek bebek.
Bersiap-siap berjalan masuk ke dalam gedung tua terletak didepan mereka, sekitar 3 meteran.
"Masuk yuk."
Dira jalan duluan sedangkan Dara berjalan dibelakang cowok itu.
Tanpa izin memegang pergelangan tangan Dira, mencoba terlihat berani tapi gagal.
Dia tak bisa menyembunyikan ketakutannya, tak heran selama mereka berjalan menelusuri gedung ini sesekali Dara bersembunyi dibalik punggung pacarnya.
Menyadari Dara tengah ketakutan cowok ini merangkul pundak Dara saat berjalan, tak ada perlawanan atau protes.
Suasana gedung amat menakutkan dan sunyi, setiap kali melangkahkan kaki Dara merasa was-was takut ada mahluk tak kasat mata menujukan diri mereka.
Langkah mereka akhirnya behenti dilantai 4 , lantai terakhir gedung.
Ternyata suasana dilantai ini tak seseram seperti 3 lantai dibawahnya.
Banyak orang-orang yang tinggal disini, suasananya juga ramai.
Seperti sedang mengadakan acara, entah apa itu?
Dara tak menyangka suasana di lantai 4 seperti rusun.
Terawat tak seperti 3 lantai dibawahnya.
Tiba-tiba seorang bocah laki-laki menghampiri Dira
"Piwwiiittt..Siapa tuh? Bang." Tanya bocah itu terlihat kepo, umurnya mungkin sekitar 12 tahunan
Dira memeluk pinggang Dara. "Cewek gue. Acaranya udah dimulai belum?"
Si bocah bersiul. "Bentar lagi, busett toket pacar lo mantul, bang." Balas si bocil.
Tanpa tahu malu si bocah berkata kasar pada Dara, anehnya Dira malah ketawa bukan marah.
"Maaf ya, mba. Gue nggak niat buat nggak sopan cuma muji doang." Bocah tengik itu buru-buru menjelaskan persoalan sebenarnya.
Meskipun sudah mendapatkan penjelasan sekaligus permintaan maaf tetap saja Dara masih merasa kesal, masih kecil saja sudah ngomong ceplas-ceplos.
Apalagi tuh bocil udah gede?
"Lo nggak usah khawatir, dia pasti nggak marah kan cuma bercanda. Ya kan?" Dira menyenggol bahu Dara dengan bahunya.
"Lain kali pas ngomong jangan asal ceplas-ceplos ya, ngerti?" Nada ketus terdengar jelas dari cara Dara ngomong.
Tak lupa disertai mimik jutek.
Si bocil malah cuek bebek, bikin cewek ini makin Bt. "Yelah mba, kan gue ngomong apa adanya masa gitu aja BAPERRRR."
Jawaban si bocah tengik itu membuat Dara kesal, bukanya introspeksi malah ngeledek.
"Lo ya, kalo dinasehati sama yang lebih tua didengerin bukan ngebantah." Cewek ini melempar tatapan jengah.
"Yaelah, mba ucapan lo udah kayak mak-mak nggak dapet jatah dari suami aja. Gue nggak butuh nasehat tapi duit." Si bocah dengan santai meninggalkan Dira dan Dara.
Dara menatap tajam Dira, "Tuh bocil siapa si? Nyebelin kayak lo."
Tawa kecil menghiasi bibir Dira. "Namanya Jo, anak jalanan tapi suaranya bagus."
"Percuma suara bagus tapi sikapnya jelek!" Masih dalam kondisi kesal Dara menimpali ucapan cowok ganteng itu.
Dara meninjau disekitar, semua orang pada sibuk menata makanan.
Bahkan Dira meninggalkan Dara untuk membantu orang-orang.
"Ada apa si?kok semua pada sibuk?" Cewek ini memutuskan menghampiri seorang ibu yang sedang duduk sambil menyusui bayinya.
Tak risih sama sekali memperlihatkan dadanya yang tanpa pelindung menyusui anaknya.
"Ibu numpang nanya, lagi ada acara apa si sebenarnya?"
Si ibu menjawab pertanyaan Dara.
"Malam ini kita mau ngilewet bareng, biasanya sebulan sekali mas Dira bakal bikin acara babacakan disini, Neng pacarnya mas Dira?ya."
Dara mengangguk. "Udah berapa cewek yang pernah diajakin kesini, bu? Tolong dijawab jujur, bu."
Cewek ini langsung melakukan interogasi dadakan, karena dia kepo sudah berapa banyak korban Dira?
Berharap si ibu menjawab jujur.
"Baru neng doang, sumpah deh."si ibu terlihat jujur saat mengatakan hal itu.
" Masa si bu?" Mimik muka Dara masih tak yakin akan ucapan si ibu.
Cewek ini berfikir, Masa cowok bad boy kayak Dira nggak pernah bawa cewek lain kesini?
"Beneran, Neng. Kalo ditanya mana ceweknya mas Dira selalu bilang nggak punya tapi kami nggak percaya. Masa cakep gitu jomblo, palingan nyembunyiin pacarnya dan benar kan mas Dira punya pacar cantik kayak neng. Oh iya nama neng siapa ya?"
Dara tersenyum dipuji cantik oleh si ibu, bukan karena selama ini nggak ada yang bilang dia cantik cuma rasanya beda aja mendengar pujian dari seorang ibu jalanan macam ini.
"Saya Dara, kalo ibu?"
Sikap Dara sopan dan tak memandang jijik pada si ibu yang mengenakan pakaian lesu.
"Ibu Rena. Ibu sama suami itu pemulung, maaf ya kalo aroma ibu bikin neng nggak nyaman."
"Nggak kok, bu. Oh iya ada bisa saya bantu nggak?"
Ternyata Dara bukan hanya gadis cakep tapi baik hati, sama kayak Dira.
"Tolong tatain makanan aja neng."
Dengan senang hati cewek ini melakukan apa yang diminta si ibu, dan Dara berkenalan dengan ibu-ibu yang lain.
Tanpa cewe ini sadari diam-diam Dira memperhatikan Dara, tersenyum bangga.
Pacarnya ternyata bukan tipe cewek jijik akan tempat sperti ini dan cewek itu tak memandang rendah pada orang lain yang status sosialnya dibawah dia.
"Wih salut gue,cewek lo udah cantik humble lagi, kasih tahu tip dapetin cewek?gue juga mau punya satu syukur-syukur lebih dari satu." Kata bang Lukas, salah seorang teman Dira.
Dira menggaruk kepala dan tertawa. "Gue ngga punya tips tapi trik, Mau lo?"
Lukas tertawa mendengar ucapan Dira.
Ternyata cowok seganteng Dira harus pake trik buat dapetin cewek? Padahal dari penampilan cewek normal mana nggak tertarik sama Dira?
Merasa penasaran Lukas bertanya.
"Boleh tuh, apaan triknya?"Lukas terlihat penasaran, sebenarnya meskipun seorang supir truk dan berbadan kekar tapi soal cinta laki-laki berumur 24 tahun masih butuh petuah.
" Siapapun cewek yang lo taksir bikin dia nggak ada pilihan selain nerima lo."
"Caranya gimana? Perkosa dia? Lukas main ambil kesimpulan sendiri.
Dira buru-buru menggelengkan kepala. " Bukan, lo harus cari peluang dimana cewek lo taksir butuh bantuan lo dan lo mau bantuin dia kalo dia mau jadian sama lo."
Mendengar perkataan Dira malah bikin Lukas pusing. "Ya contoh apa?"
"Misalkan, cewek lo taksir butuh uang lo kasih utangan asalkan dia mau jadi pacar lo. Ya sebenarnya itu cuma formalitas aja."
"Jatuhnya pemaksaan dong? "Oceh Lukas.
"Betul, makanya disebut Trik." Dengan santai Dira mengatakan hal ini.
Laki-laki ini seperti mempertimbangkan ucapan Dira.
"Tapi laki-laki sejati nggak pernah memaksa perempuan, Dir."
"Laki-laki sejati berjuang mendapatkan cewek dicintai dan setelah mendapatkan cewek itu dia bakal menjaga hati dan raganya biar tetap setia sama satu cewek. Cuma pria sejati yang mampu setia. Bang."
Apa diucapkan Dira benar juga...
Lukas merangkul pundak Dira. "Gue setuju sama lo, ok deh mulai besok gue bakal ngejebak si Titi buat jadi istri gue."
Dira terkejut mendapatkan fakta perempuan incaran hati bang Lukas adalah Titi, si biduan bertubuh super montok dan kalo joget bikin kaum adam berlabel "straight" jadi nafsu.
Tbc