Chereads / ABDUL / Chapter 10 - RINTANGAN BERGANTI KEDAMAIAN HATI

Chapter 10 - RINTANGAN BERGANTI KEDAMAIAN HATI

"Tidakkah satupun tempat berteduh atau mata air disini? Letih sekali, apakah kau tidak mengasihani ku." Ucapnya berjalan sempoyongan. Beberapa saat terlihat bangunan masjid di tengah gurun pasir, lantas Abdul berlari mendatanginya, namun setelah hampir mencapainya perlahan-lahan masjid tersebut menghilang dari padangan, dia terduduk lelah merasa kedua kakinya taksanggup lagi untuk berjalan. Namun Ketika terduduk dia melihat lagi dari arah kiri terlihat sumber mata air yang cukup luas untuk di singgahi, walau lelah dia sanggupi berlari untuk menjangkaunya, setelah berhasil menjangkau air tersebut di minumlah olehnya, namun seketika air itu berubah menjadi pasir. Abdul dibuat kesal lantaran minum adalah pasir bukanlah air.

"kau sengaja mengerjaiku berlari hingga lelah namun tidak ada yang aku dapatkan." Ucapnya bernada tinggi. Sejak awal kepergiannya burung-burung pemakan bangkai selalu terbang tinggi di belakangnya sambil mengawasinya, membuat Abdul berfikir apabila nantinya dia telah tiada burung-burung itu akan menyantapnya.

"lihatlah kau kirimkan lagi sekumpulan burung-burung itu untuk menyantapku ketika aku tak berdaya, mengapa tidak sekarang saja?." Abdul mengambil sekumpulan pasir dari tangannya lalu melemparkannya seperti melempar batu. Berulang-ulang kali dia terus melempari burung-burung itu hingga sekumpulan burung itu pergi meninggalkannya.

Tak beberapa lama dari jauh mata memandang kini terlihat lagi sebuah bangunan masjid yang di kelilingi pepohonan dan sumber mata air, namun kali ini dia benar-benar tak mau mempercayainya lagi, dia takut itu hannyalah tipuan terhadapnya. dia mencoba pergi melewatinya, tiba-tiba seorang pedagang tua yang tengah mengendarai unta menghampirinya. "hay nak kamu terlihat lesu dan lelah? Dari manakah asalmu?." Abdul melihat pedagang tua yang ternyata juga melintasi Padang pasir ini.

"apakah bapak sering ataukah baru melewati gurun ini juga?." Tanyanya kepada si pedagang tua. Lantas si pedagang mengatakan dia sudah sering sekali melewati gurun ini karena ia seorang pedagang, lantas si bapak mengajukan pertanyaan kembali kepadanya. " nak mengapa kamu tidak singgah saja di masjid itu?." Melihat masjid lalu Abdul berkata. "tidak, saya tidak akan lagi tertipu dengan bayangan itu, itu semua hannyalah ilusi saja." Lantas bapak tersebut tersenyum melihat pengakuan yang telah terjadi kepadanya. " ketahuilah nak gurun ini sebagai mana gambaran setiap perbuatan seseorang?." Ucapnya.

"jadi apakah karena perbuatanku yang selalu licik di balaskan dengan yang aku lihat saat ini?." Tanya Abdul. Tersenyum lagi si pedagang tua lalu dia berkata. "kau licik dalam keburukan maka itulah yang kamu dapatkan namun kau licik dalam kebaikan maka itu pula yang akan kamu dapatkan, pintar boleh namun jangan pintar dalam membodohi orang lain dalam keuntungan diri sendiri."

Lantas Abdul binggung di buat olehnya, Abdul kembali bertanya dengan arti perkataan si pedagang namun si pedagang meminta agar Abdul mencari jawabannya sendiri saat kemanapun nantinya dia melangkah. Abdul mencoba mendatangi masjid tersebut, dia mencoba mendekati pepohonan dan sumber mata air untuk memastikan, setelah tersentuh ternyata itu semua nyata di depan matanya. Berikutnya dia perlahan-lahan melangkah memasuki masjid dia merasakan hal yang berbeda di dalamnya, yang tadinya dia di kelilingi oleh amarah serta putus asa, kini dirinya merasakan tenang serta tau apa yang harus dia lakukan untuk langkah selanjutnya.

Kini awal dari pengembaraannya akan dia jalani karena takdir yang telah di berikan kepadanya, akan ada bermacam peristiwa yang akan dia alami kelak baik itu sedih, senang, susah, maupun duka, semua akan dia alami nantinya sebagai penguatan diri dan kebenaran baginya.